Abstract
INDONESIA:
Sikap terhadap perilaku Merokok merupakan symbol bagi para remaja untuk mendapatkan kepuasan psikologis, yang mana mampu mendatangkan perasaan nyaman pada diri mereka, dimana perasaan yang dibutuhkan kebanyakan laki-laki pada masa remaja, dimana Sikap terhadap perilaku Merokok mampu mengurangi rasa tegang, perasaan yang kurang nyaman, dan mampu mengurai kebuntuan berfikir pada saat saat tertekan begitu pengakuan para perokok.Sikap remaja sangat dipengaruhi oleh rasa self confident (percaya diri). Rasa percaya diri adalah percaya pada dirinya sendiri, percaya akan kemampuan yang dimilikinya, tanpa membanding-bandingkan dengan orang lain dan selalu berusaha untuk menjadi yang lebih baik. Dari latar belakang tersebut ada rumusan masalah apakah ada hubungan Sikap terhadap perilaku Merokok dengan self confident mahasiswa perokok psikologi UIN Malang.
Permasalahan penelitian ini di rumuskan: 1. Bagaimana tingkat Sikap terhadap perilaku Merokok Mahasiswa perokok psikologi di UIN Malang. 2. Bagaimana tingkat self confident Mahasiswa psikologi di UIN Malang. 3. Apakah ada hubungan antara Sikap terhadap perilaku Merokok dengan self confident pada Mahasiswa perokok psikologi di UIN Malang. Tujuan peneliti untuk mengetahui: 1. Untuk mengetahui tingkat Sikap terhadap perilaku Merokok Mahasiswa psikologi di UIN Malang. 2. Untuk mengetahui tingkat self confident Mahasiswa psikologi di UIN Malang. 3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara Sikap terhadap perilaku Merokok dengan self confident pada Mahasiswa perokok psikologi di UIN Malang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dengan menggunakan angket dan dokumentasi. Analisis data menggunakan korelasi product moment. Populasi yang dipakai adalah mahasiswa laki-laki yang merokok di fakultas psikologi UIN Malang yang berjumlah 50 mahasiswa.
Dari hasil analisis diperoleh hasil Sikap terhadap perilaku Merokok mahasiswa perokok Psikologi UIN terdapat pada kategori sedang dengan prosentase 76% dari 50
Mahasiswa dan hasil self confident mahasiswa Psikologi UIN malang pada kategori sedang dengan prosentase 68% dari 50 mahasiswa. Dan hasil dari hubungan Sikap terhadap perilaku Merokok dengan self confident dapat diperoleh rhit untuk Sikap terhadap perilaku Merokok sebesar -0,100, dengan nilai rtabel 0,2787 sehingga rhit >rtabel (ρ < 0,05) untuk taraf signifikan 5% yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Sikap terhadap perilaku Merokok dengan self confident. Dengan hasil yang demikian, berarti hipotesis yang diajukan dalam penelitaian ini tidak diterima dengan hasil yang didapatkan, karena tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Sikap terhadap perilaku Merokok dengan self confident pada mahasiswa.
Mahasiswa dan hasil self confident mahasiswa Psikologi UIN malang pada kategori sedang dengan prosentase 68% dari 50 mahasiswa. Dan hasil dari hubungan Sikap terhadap perilaku Merokok dengan self confident dapat diperoleh rhit untuk Sikap terhadap perilaku Merokok sebesar -0,100, dengan nilai rtabel 0,2787 sehingga rhit >rtabel (ρ < 0,05) untuk taraf signifikan 5% yang berarti bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Sikap terhadap perilaku Merokok dengan self confident. Dengan hasil yang demikian, berarti hipotesis yang diajukan dalam penelitaian ini tidak diterima dengan hasil yang didapatkan, karena tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Sikap terhadap perilaku Merokok dengan self confident pada mahasiswa.
ENGLISH:
Attitudes towards Smoking behaviour is a symbol for the teens to get psychological satisfaction, which is able to bring a feeling of comfort in themselves, where the feeling is that it takes most men at adolescence, where attitudes towards Smoking behavior was able to reduce the sense of edgy, feeling less comfortable, and able to unravel the deadlock thought at the time when depressed so the recognition of smokers. The attitude of adolescents are strongly influenced by a sense of self confident (confident). Self-confidence is believing in itself, believing the ability assets without proclaimed with others and always trying to be better. The background of the formulation of a problem is there a relationship attitude toward the behavior of smoking with self confident student smokers psychology UIN Malang.
Research on the problems: 1. How to deduce a level attitude toward the behavior of Student smokers Smoking psychology at UIN Malang. 2. What is the level of self confident Psychology student at UIN Malang. 3. Is there a relationship between attitudes towards smoking with self confident behavior on Student smokers psychology at UIN Malang. Researchers aim to find out: 1. To know the level of attitudes towards Smoking behavior Psychology student at UIN Malang. 2. To know the level of self confident Psychology student at UIN Malang. 3. To determine whether there is a relationship between attitudes towards smoking with self confident behavior on Student smokers psychology at UIN Malang.
This research uses a quantitative approach. Data collection by using question form and documentation. Data analysis use product moment correlation. The population used is a male student who smokes in the Faculty of psychology of UIN Malang that add up to 50 students.
From the results of the analysis of the obtained results the smoking behavior of attitude toward the student smokers Psychology UIN is present on the category are with a percentage of 76% of the students and the results are self confident Psychology student UIN malang on categories being with percentage 68% of 50 students. And the result of the relationship of attitude toward the behavior of smoking with self confident can be obtained for the rhit attitude toward the smoking behavior of 0.100, with value rtabel 0,2787 so rtabel > rhit (ρ <0.05) for a significant level of 5% which means that there is no significant relationship between attitudes towards smoking with self confident behavior. With such results, it means that the hypothesis presented in this penelitaian is not acceptable with the results obtained, because there was no significant relationship between attitudes towards smoking with self confident behavior in the students.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari
seringkali ditemui orang merokok di manamana, baik di kantor, di pasar ataupun
tempat umum lainnya atau bahkan di kalangan rumah tangga sendiri. Kebiasaan
merokok dimulai dengan adanya rokok pertama. Merokok adalah suatu perilaku
menghisap rokok sehingga perokok merasakan kemampuan berfikirnya lebih
cemerlang dan kondisi psikisnya tenang, tetapi apabila seseorang berhenti
merokok maka perasaan tenang, gelisah, dan salah tingkah. Belakangan ini
peningkatan jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat, bahkan ditunjang
dengan iklan rokok yang digambarkan dengan keberanian menghadapi tantangan dan
ditambah kurangnya perhatian, pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
bahaya merokok secara mendalam mengakibatkan merebaknya sikap merokok.
Ternyata, merokok menimbulkan berbagai dampak yang merugikan bagi orang yang
merokok tetapi juga orangorang yang berada di sekililingnya atau dikenal dengan
perokok pasif. Merokok dapat memicu terjadinya kanker, mengakibatkan gangguan
berfikir dan perilaku serta mengakibatkan depresi ringan (Susilowati, 2008).
Meski semua orang tahu akan bahaya yang akan ditimbulkan akibat dari merokok,
Sikap terhadap perilaku Merokok tidak pernah surut walaupun Sikap terhadap
perilaku Merokok masih tidak dapat ditolerir oleh sebagian masyarakat. Hal ini
dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari seperti di rumah, lingkungan kantor,
angkutan umum 2 maupun jalan raya. Hampir setiap saat dapat disaksikan dan
dijumpai orang yang sedang merokok Masalah yang paling memperihatinkan adalah
usia mulai merokok yang setiap tahun semakin muda. Menurut teori tingkah laku
terencana (theory of planned behaviour) yang pertama kali dinyatakkan Ajzen dan
Fishbein (1980, ajzen,1991) menyatakan bahwa keputusan untuk menampilkan tingkah
laku tertentu adalah hasil dari proses rasional yang di arahkan pada suatu
tujuan tertentu dan mengikuti urutanurutan berfikir. Kemudian keputusan itu di
refleksikan dalam tujuan tingkah laku, dimana menurut fishbein, ajzein, dan
banyak peneliti lain, seringkali dapat menjadi prediktor yang kuat terhadap
cara kita akan bertingkah laku dalam situasi yang terjadi (Ajzein,1987). Daniel
Harm seperti yang dikutip oleh Christen dan Cooper (dalam Prasetyo, 2007)
mengungkap bahwa alasan individu merokok sangat terkait dengan keinginan orang
tersebut untuk mendapatkan kepuasan psikologis, alasanalasan tersebut karena
stimulasi, karena menginginkan suatu pegangan, kesenangan, ketenangan. Selain
faktor perkembangan dan psikologis, masih banyak faktor dari luar individu yang
mempengaruhi remaja merokok seperi faktor ekonomi, pola asuh orang tua, faktor
lingkungan dan lain sebagainya. Pada dasarnya Sikap terhadap perilaku Merokok
ini adalah perilaku yang dipelajari, yang berarti ada pihak-pihak lain yang
berpengaruh besar antara lain orang tua dan teman-teman sebaya. Sekarang ini
banyak anak-anak umur sembilan tahun yang sudah berani mencoba untuk merokok.
Hasil riset lembaga menanggulangi masalah Merokok 3 melaporkan bahwa anak-anak
di Indonesia sudah ada yang mulai merokok pada usia Sembilan tahun. Dari data
WHO juga semakin mempertegas bahwa seluruh jumlah perokok yang ada di dunia
sebanyak 30% adalah kaum remaja, hampir 50% perokok di Amerika serikat termasuk
remaja. Merokok juga telah membunuh tiga juta orang tiap tahunnya, diperkirakan
pada tahun 2020 akan meningkat menjadi sepuluh juta orang dan akan meningkat
lagi menjadi dua belas juta orang pada tahun 2050.
Di Amerika serikat merokok telah mengakibatkan kematian sekitar
400.000 orang tiap tahunnya dan menghabiskan dana sebesar lima puluh dua milyar
dollar untuk biaya mediaksi dan hilangnya waktu kerja (Komalasari, 2000).
Indonesia saat ini ternyata menduduki peringkat keempat dunia sebagai bangsa
yang jumlah penduduknya paling gemar merokok. Yaitu sekitar 140 juta orang
setiap harinya mengkonsumsi tembakau. Setiap tahun, konsumsi rokok mencapai 199
Milyar batang rokok. Akibatnya, angka kematian mencapai angka lima juta orang
per tahunnya (Nur Kholish, 2011). Dalam masyarakat kini, sepertinya merokok
sudah menjadi kebiasaan yang sulit dihilangkan. Kebiasaan merokok pada sebagian
orang biasanya dipicu oleh citra dalam diri seseorang dan juga pergaulan dalam
lingkungan sosial. Kesadaran untuk berhenti merokok sangat sulit dilakukan,
karena banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain gencarnya industri tembakau
untuk mengiklankan produknya. Menurut WHO, ada 1,3 Milyar perokok di dunia dan
sepertiganya berasal dari populasi global yang berusia 15 tahun ke atas. Masih
banyak negara-negara industri yang menganggap bahwa merokok adalah hal umum.
Hal yang memprihatinkan lagi, adalah usia para perokok setiap tahun menjadi
semakin 4 muda. Bila dulu orang mulai berani merokok mulai SMP, maka sekarang
dapat dijumpai anak-anak SD kelas 5 sudah mulai merokok secara diam-diam (Nur Kholish,
2011). Perkembangan remaja yang ditandai rasa ingin tahu yang tinggi tidak
selamanya berakibat baik bagi diri sang remaja. Ada diantaranya rasa ingin tahu
remaja yang terlalu besar dapat menimbulkan mereka meniru perilaku seperti
orang dewasa. Hal yang sering menjadi permasalahan bagi remaja salah satunya
adalah masalah yang terkait dengan merokok. Merokok dilihat dari berbagai sudut
pandang manapun sangat merugikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain
yang berada di sekelilingnya. Tidak ada yang memungkiri adanya dampak negatif
dari merokok namun kegiatan merokok masih tetap saja dilakukan. Artinya,
meskipun sudah diketahui akibat negatif merokok tetapi jumlah perokok bukan
semakin menurun tetapi semakin meningkat dan usia perokok semakin bertambah
muda. Sebanyak 89 persen perokok remaja terdorong oleh iklan rokok untuk
merokok. Pada tahun 2004, usia mulai merokok di Tanah Air yang tertinggi ada di
kelompok usia remaja yaitu 15-19 tahun. Jumlahnya mencapai 63,7 persen.
Ironisnya bahkan ada anak yang mulai merokok di kelompok usia 5-9 tahun yang
jumlahnya mencapai 1,8 persen (Muhammad Jaya, 2009). Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang memiliki mahasiswa
928 dengan kriteria laki laki 327 dan perempuan 601 dari tahun 2008-20014 ini
kebanyakan para mahasiswa laki lakinya perokok.Menurut mahasiswa yang
mengkonsumsi rokok, Sikap terhadap perilaku Merokok sudah menjadi kebiasaan
sehari hari, bahkan tanpa rokok ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya, rokok
sudah serasa menjadi bagian dari keseharian mereka. Beberapa juga mengatakan
bahwa rokok juga membantu 5 mereka untuk menenangkan pikiran, juga memberi
kenyamanan. Seperti yang dikatan Setiono; Rokok dapat membuat orang yang
menghisapnya merasa tenang dan percaya diri, begitulah pengakuan dari sebagian
perokok (Mangoenprasodjo, 2005). Dalam setiap tahapan kehidupan, individu akan
memiliki berbagai peran. Pada masa kanak-kanak, individu bisa berperan sebagai
seorang anak, seorang adik, seorang kakak, ataupun seorang siswa. Pada masa
remaja, masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, seorang
individu dapat memiliki peran yang lebih banyak lagi dibandingkan masa kanak-
kanaknya. Individu remaja tersebut bisa menjadi anggota suatu organisasi,
pelajar, dan lain sebagainya. Pada masa remaja akhir, umumnya peran individu
sebagai siswa berubah menjadi mahasiswa. Mahasiswa berasal dari kata maha dan
siswa, menurut kamus bahasa Indonesia (Poerwadarminta, 1993) maha berarti
besar, sedangkan siswa artinya pelajar. Jika kedua kata ini digabungkan menjadi
mahasiswa, maka kata tersebut memiliki makna pelajar yang besar, yang berarti
siswa tersebut akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar lagi. Sebagai
mahasiswa, seorang individu akan dituntut untuk bisa menjadi lebih mandiri,
lebih inisiatif, lebih dewasa, dan lebih matang dalam berpikir dan berperilaku.
Hal itu tentu membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi. Kepercayaan diri pada
dasarnya adalah kemampuan dasar individu untuk dapat menentukan arah dan tujuan
hidup serta merasa yakin akan kemampuan dirinya. Individu dapat menyesuaikan
masalah yang dihadapinya, karena tau apa yang dibutuhkan, serta mempunyai sikap
positif yang didasari keyakinan akan 6 kemampuannya. Adanya kepercayan diri ini
dapat dilihat dalam hubungan individu dengan teman sebaya dan lingkungannya.
Menurut Fatimah (2006) percaya diri adalah sikap positif seorang remaja yang
memampukan diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang
dihadapinya. Kepercayaan diri berkembang melalui interaksi individu dengan
lingkungannya. Lingkungan psikologis dan sosiologis akan menumbuhkan dan
meningkatkan kepercayaan diri remaja. Seorang remaja yang memiliki peran
sebagai mahasiswa berada pada lingkungan yang sangat kompleks.
Lingkungan yang menuntut mahasiswa tersebut untuk lebih mandiri,
lebih inisiatif, lebih dewasa, dan lebih matang dalam berpikir dan berperilaku.
Hal ini bukan merupakan proses yang mudah. Setiap remaja berbeda dalam
menghadapi lingkungan yang kompleks ini. Artinya dalam proses interaksi dengan
lingkungannya, mahasiswa bertujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Lauster
(2005) self confident (kepercayaan diri) merupakan suatu sikap atau perasaan
yakin atas kemampuan diri sendiri sehingga orang yang bersangkutan tidak
terlalu cemas dalam tindakan-tindakannya, dapat merasa bebas untuk melakukan
hal-hal yang disukainya dan bertanggung-jawab atas perbuatannya, hangat dan
sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan menghargai orang
lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan dan
kekurangannya. Kepercayaan diri berawal dari tekad pada diri sendiri, untuk
melakukan segala yang kita inginkan dan kita butuhkan dalam hidup. Kepercayaan
diri terbina dari keyakinan diri sendiri, bukan dari karya-karya kita, walaupun
karya- 7 karya itu sukses. Kepercayaan diri merupakan keyakinan yang ada pada
diri seseorang (Barbara, 2005). Elizabeth Hartley (2000) menambahkan anak
laki-laki lebih percaya diri pada usia 14 tahun (ketika kepercayaan diri berada
pada titik terendah bagi sebagian besar anak perempuan) dan kurang percaya diri
pada usia 19 tahun. Tidak seorangpun dapat mengembangkan kepercayaan diri jika
ia tidak mempercayai dirinya atau tidak memiliki harapan teguh bahwa sikap
orang lain itu dapat dipercaya dan dapat diprediksi. Agama Islam sangat
mendorong umatnya untuk memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Manusia adalah
makhluk ciptaan-Nya yang memiliki derajat paling tinggi karena kelebihan akal
yang dimiliki, sehingga sepatutnyalah dia percaya dengan kemampuan yang
dimilikinya, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Imron ayat 139,
sebagai berikut: ãNçFRr&ur (#qçRtøtrB wur (#qãZÎgs? wur ÇÊÌÒÈ tûüÏZÏB÷sB OçGYä. bÎ) tböqn=ôãF{$# Artinya: Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu
orang-orang yang beriman (Q.S. Al-Imron: 139). Kepercayaan diri akan memberikan
keberanian bagi mahasiswa untuk menyampaikan pikiran-pikiran atau perasan yang
sebenarnya kepada orang lain tanpa di sertai kecemasan dan kekhawatiran. Yang
mana selalu bisa bersikap optimis,selalu yakin dalam mengerjakan sesuatu dari
keputusan yang sudah di ambilnya sendiri, seseorang yang percaya diri juga
selalu bisa mengambil keputusan sendiri tanpa ada bantuan atau dorongan dari
orang lain, karena semua yang dilakukan dapat menimbulkan rasa positif terhadap
diri sendiri, sehingga 8 mampu mengutarakan pendapat atau ide yang dimiliki
baik dengal lisan maupun tulisan . Dalam keadaan tersebut tidak menutup
kemungkinan remaja menggunakan rokok sebagai media untuk melepaskan diri dari
keadaan tidak menyenangkan yang sedang dialaminya. Merokok dalam hal ini
digunakan sebagai penopang atau sebagai pelampiasan dari kegagalan atau
ketidakmampuan dirinya (Hurlock, 1997). Brigham (dalam Komasari, 2000)
mengatakan bahwa Sikap terhadap perilaku Merokok bagi seseorang merupakan
perilaku simbolisasi. Simbol dari kematangan, kekuaatan, kepemimpinan, daya
tarik terhadap lawan jenis. Di sisi lain saat pertama kali remaja mengkonsumsi
rokok, gejala yang mungkin terjadi adalah batuk-batuk, lidah terasa getir,
perut mual dan pusing. Akan tetapi sebagai pemula sering mengabaikan perasaan
tersebut, biasanya berlanjut menjadi kebiasaan dan menjadikan remaja lebih percaya
diri dalam menghadapi suatu masalah, pada akhirnya jika rokok sudah menjadi
suatu kebiasaan maka dapat berlanjut sebagai ketergantungan. Mahasiswa sering
menyalah artikan pengertian percaya diri, dengan adanya penampilan dan gaya
hidup maka tercipta suatu sikap yang disebut percaya diri. Remaja lebih percaya
diri jika mereka telah berpenampilan mewah dan memiliki gaya hidup yang modern,
di mana perilaku ini sudah menjadi suatu tuntutan di kalangan Mahasiswa.
Misalnya berangkat Kuliah dengan menggunakan kendaraan sendiri, penampilan
serba mewah, membawa HP mewah, merokok dan lain sebagainya. Tingkah laku
semacam ini sudah menjadi trend di kalangan Mahasiswa.
Sikap terhadap perilaku Merokok di kalangan Mahasiswa, sekilas
dipandang memang 9 hal yang sepele dan jarang sekali dibahas oleh sebagian
orang tetapi sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut, (Observasi). Observasi
awal pada bulan september 2014 di UIN Malang, dimana di kampus UIN Malang
banyak sekali mahasiswa yang melakukan aktifitas merokok di setiap berangkat
dan sepulang kuliah, peneliti melihat sehabis pulang Kuliah biasanya ada
sekumpulan Mahasiswa yang duduk-duduk di pinggir jalan, di tangga besar, di
parkiran sambil merokok, baik dengan pasangannya maupun dengan teman-temannya.
Hasil wawancara terhadap 23 mahasiswa psikologi UIN malang yang perokok,
merokok merupakan kebutuhan sehari-hari dan sulit untuk ditinggalkan karena
dengan merokok mereka Mempunyai keyakinan bahwa tinkah laku merokok merupakan
aktivitas yang menyenangkan , Mempunyai Persepsi bahwa orang lain akan
menyetujui atau menolak tingkah laku tersebut, Mempunyai Penilaian terhadap
kemampuan sikap untuk menampilkan tingkah laku.yang mana para mahasiswa dengan
merokok mereka bisa merasa lebih, tenang , nyaman, lebih percaya diri, dan
terlihat gentel dikalangan teman lain yang perokok serta mampu mengurangi
ketegangan,begitu pengakuan para perokok. Dari hasil wawancara peneliti dengan
office boy juga menghasilkan bahwa para office boy sering mendapati lebih dari
lima belas puntung rokok di kamar mandi Mahasiswa psikologi, kemungkinan mereka
melakukannya pada saat jam istirahat. Peneliti sendiri juga membuktikan dan
melihat langsung di kamar mandi Mahasiswa perokok Psikologi terdapat banyak
puntung rokok. Bagi sebagian mahasiswa laki-laki yang perokok, mereka juga
mengatakan bahwa jika mereka ingin merokok biasanya mereka melakukannya di
kamar mandi atau pada saat 10 pulang kuliah. Diantara alasan mereka merokok
adalah hanya sekedar ingin terasa santai, lebih percaya diri dan sebagai penghilang
stres. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengkaji dan
meneliti lebih lanjut dalam bentuk skripsi dengan judul: Hubungan antara Sikap
terhadap perilaku Merokok dengan self confidence Mahasiswa perokok Psikologi di
UIN Malang.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan permasalahan yang telah peneliti kemukakan pada latar
belakang masalah, maka masalah utama yang menjadi kajian dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat Sikap Terhadap Perilaku Merokok Mahasiswa
Perokok Psikologi di UIN Malang? 2. Bagaimana tingkat Self Confident Mahasiswa
Perokok Psikologi di UIN Malang? 3. Apakah ada Hubungan Antara Sikap Terhadap
Perilaku Merokok Dengan Self Confident Pada Mahasiswa Perokok Psikologi di UIN
Malang?
C. Tujuan Penelitian
Ada beberapa tujuan dari kegiatan penelitian yang diharapkan,
yaitu:
1. Untuk mengetahui tingkat Sikap terhadap perilaku Merokok
Mahasiswa perokok psikologi di UIN Malang 2. Untuk mengetahui tingkat self
confidence Mahasiswa perokok Psikologi di UIN Malang. 11 3. Untuk mengetahui
apakah ada hubungan antara Sikap terhadap perilaku Merokok dengan self
confidence pada Mahasiswa perokok psikologi di UIN Malang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian
ini antara lain:
a. Secara Teoritis
1) Memberikan sumbangsih
keilmuan psikologi, khususnya dibidang psikologi perkembangan dan psikologi
kepribadian.
2) Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu sumber
informasi untuk penelitian mengenai self confident dan prilaku merokok.
3) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan atau
rujukan bagi penelitian yang memusatkan perhatian tentang hubungan antara Sikap
terhadap perilaku Merokok dengan self confident pada Mahasiswa perokok
Psikologi UIN Malang.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat
diantaranya: Bagi Mahasiswa: sebagai bahan masukan agar mengetahui bahayanya
kandungan rokok dan pentingnya menjaga kesehatan. Bagi orang tua: sebagai bahan
masukan bagi para orang tua untuk dapat memilihkan lingkungan yang baik untuk
anak. Peneliti yang mendatang: menjadi bahan rujukan kepada peneliti yang akan
melakukan penelitian terhadap permasalahan yang sama. serta dapat menambah
khasanah keilmuan kita tentang seberapa besar pengaruh rokok terhadap diri
kita.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan sikap terhadap perilaku merokok dengan self confident pada mahasiswa perokok Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
No comments:
Post a Comment