Abstract
INDONESIA:
Kepribadian ini sifatnya inborn dan oleh karena itu dapat terlihat sejak kecil. Namun bisa saja setelah dewasa ada pergeseran pergeseran perilaku berdasarkan proses pembelajaran. Orang tua memiliki posisi yang sangat strategis untuk membantu mengembangkan kepribadian anak. Orang tua harus bisa meletakkan komunikasi yang baik di lingkungan keluarga, menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mengundang anak untuk berdialog dengan orang tua, agar anak dapat memahami hal-hal apa saja yang harus dijadikan pedoman sebagai landasan hidupnya nanti.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menguji apakah ada hubungan kepribadian extrovert, introvert terhadap empati pada siswa Madrasah Aliyah Nurush Shobah di Banggle Beji Pasuruan. Tehnik pengumpulan data dilakukan melalui: (1) Observasi dan wawancara, (2) Skala psikologi, (3) Dokumentasi. (4) Alat tes. Populasi penelelitian ini adalah kelas XI A sampai XI B dengan jumlah keseluruhan 55 siswa.
Adapun instrument penelitian ini menggunakan alat tes EPI (Eysenck Personality Inventory) yang diadaptasi dari tokoh psikologi kepribadian Hans Eysenk dari alat tersebut berjumlah 25 pernyataan yang mengungkap tipe kepribadian ekstrovert-introvert, dan menggunakan skala likert yang berjumlah 50 pernyataan. Dengan alat analisis melalui uji validitas, uji reliabilitas. Berdasarkan hasil penelitian kuantitatif ini, didapat prosentasi antara tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Dari 55 responden ada Pada kategori ekstrovert terdapat tipe kepribadian ekstrovert 28 siswa dengan prosentase 51% dan pada kategori introvert 27 siswa dengan prosentase 49%.
Selanjutnya untuk mengetahui hasil data yang dikumpulkan dengan menggunakan analisis perhitungan dengan bantuan program SPSS versi 15.0. Kesimpulannya tidak ada pengaruh kepribadian extrovert, introvert dan empati pada siswa di Madrasah Aliyah Nurush Shobah di Banggle Beji Pasuruan.
ENGLISH:
This personality in character inborn and therefore earn seen since childhood. But might possibly after adult there is friction of friction of behavior pursuant to study process. Old fellow have very strategic position to assist to to develop personality of child. Old fellow should be able to put down communications which either in family environment, creating condition and situation able to invite child to dialogue with old fellow, so that child can comprehend things any kind of which must be made by guidance as basis for its life wait.
Intention of this research that is to test what is there is relation/link personality of extroversion, introvert to empathy at student of Madrasah Aliyah Nurush Shobah in Banggle Beji Pasuruan. Technics of data collecting pass/through: (1) Observation and interview, (2) Scale psychology, (3) Documentation. (4) Appliance of tes. population of Penelelitian this is class of XI A until XI B with grand total 55 student.
As for this research instrument use appliance of tes EPI ( Eysenck Personality Inventory) which is adaptation of psychology figure personality of Hans Eysenk of the appliance amount to 25 statement expressing type personality of ekstrovert - introvert, and use scale of likert amounting to 50 statement. By means of analyse to through validity test, test reliabilitas. Pursuant to result of this quantitative research, got by prosentasi between type personality of ekstrovert and introvert. Than 55 responder is on category of ekstrovert there are type personality of ekstrovert 28 student with percentage of 51% and at introvert category 27 student with percentage of 49%.
Hereinafter to know result of collected data by using calculation analysis constructively program of SPSS version 15.0. Its conclusion there no influence of personality of extroversion, introvert and empathy at student in Madrasah Aliyah Nurush Shobah in Banggle Beji Pasuruan.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Dunia kognitif anak-anak
ialah kreatif, bebas dan penuh imajinasi. Imajinasi anak-anak terus bekerja,
dan daya serap anak-anak tentang dunia makin meningkat. Di dunia ini anak
terlahir dengan keunikannya masing-masing, tidak ada seorang pun yang memiliki
kepribadian ataupun sifat yang sama persis. Mengenal anak terlebih dahulu untuk
mengembangkan kepribadian anak sejak usia dini perlu dilakukan oleh orang tua.
Hal ini mempengaruhi bagaimana seseorang memandang lingkungan di sekitarnya,
apa yang dipercayai dan diyakini serta bagaimana seseorang merasa, berpikir dan
bertindak. Kepribadian ini sifatnya inborn dan oleh karena itu dapat terlihat
sejak kecil. Namun bisa saja setelah dewasa ada pergeseran pergeseran perilaku
berdasarkan proses pembelajaran. Dapat kita lihat dari kehidupan sehari hari,
bahwa di era globalisasi ini masalah kehidupan mengalami perubahan yang sangat
cepat, oleh karena itu jika dalam era globalisasi ini tidak ada upaya dari
orang tua untuk mengantisipasi bagaimana agar anak tidak larut didalam
perubahan zaman, maka orang tua akan mengalami masalah yang kompleksitas,
dimana dalam perkembangannya anak akan memiliki suatu cara pandang yang berbeda
dengan orang tua. Perubahan yang sangat cepat ini mengharuskan adanya berbagai
upaya orang tua terhadap anak, agar anak memiliki kemampuan untuk
mengantisipasi dan mewarnai hidupnya. Orang tua memiliki posisi yang sangat
strategis untuk membantu mengembangkan kepribadian anak. Orang tua harus bisa
meletakkan komunikasi yang baik di lingkungan keluarga, menciptakan situasi dan
kondisi yang dapat mengundang anak untuk berdialog dengan orang tua, agar anak
dapat memahami hal-hal apa saja yang harus dijadikan 2 pedoman sebagai landasan
hidupnya nanti. Upaya ini dapat meminimalkan bahaya dengan adanya perpecahan
keluarga. Orang tua memiliki peranan yang sangat penting didalam mengembangkan
kepribadian anak yang positif, karena dari masa kelahiran sampai memasuki masa
sekolah hampir seluruh waktu anak berada dalam lingkungan keluarganya. Dengan
mengenali kepribadian anak terlebih dahulu, maka orang tua akan menemukan
cara-cara yang tepat dalam mengembangkan kepribadian anak. Pada dasarnya anak
terbagi ke dalam berbagai golongan kepribadian, misalnya saja anak yang
memiliki kepribadian introvert dan ekstrovert. Namun demikian perlu diingat
bahwa dalam mengembangkan kepribadian anak sangat dipengaruhi oleh usia
perkembangan anak, yaitu : 1. Fase usia 3 tahun peran orangtua begitu besar,
karena landasan moral dibentuk pada anak yang berusia tiga tahun. Pada usia ini
cinta dan kasih sayang dari orang tua sangat dibutuhkan anak. Memasuki usia 2
sampai 3 tahun, anak sudah dapat diperkenalkan pada sopan santun serta
perbuatan baik-buruk. Biasanya anak pada usia ini mencoba-coba melanggar aturan
dan agak sulit diatur, sehingga memerlukan kesabaran orangtua. Disinilah peran
orang tua yang harus dilakukan pertama kali dalam mengembangkan kepribadian
anak. 2. Fase usia 4 tahun. Anak mengalami fase egosentris. Anak mulai senang
melanggar aturan, memamerkan diri, dan memaksakan keinginannya. Namun anak
mudah didorong untuk berbuat baik, karena anak akan selalu mengharapkan hadiah
(pujian) dan menghindari hukuman. Pada usia ini anak sudah memiliki kemampuan
untuk berempati. Pada usia 4 tahun Orang tua berperan untuk memberikan pujian
sebagai suatu pendidikan agar terbentuknya kepribadian anak yang berprilaku
baik dan memberikan arahan yang jelas, misalnya jika anak sudah mulai
memamerkan diri kepada temannya dengan 3 perlakuannya yang kasar, orang tua
dapat mengatakan kepada anak “ Anak yang baik tidak akan memukul temannya “,
selain itu orang tua dapat memberikan aturan atau sanksi yang jelas “ Anak yang
berteriak tidak sopan, tidak akan mendapat kesempatan menggambar di papan
tulis”.
Lebih mudah memahami kenapa mencuri itu tidak boleh, karena
merugikan orang lain, dan itu merupakan perbuatan yang tidak baik atau tidak
terpuji. Keluarga merupakan salah satu lembaga yang mengemban tugas dan
bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan yang dapat mengembangkan kepribadian
anak menjadi positif. Besarnya peranan orang tua yang efektiv dalam memberikan
pendidikan sebagai cara mengembangkan kepribadian pada anak sejak usia dini,
dengan memberikan pengertian betapa pentingnya cinta dalam melakukan sesuatu,
tidak semata-mata hanya karena prinsip timbal balik. Orang tua dapat mengenali
kepribadian anak berdasarkan pengamatan perilaku yang ditunjukan anak
sehari-hari seperti, cara anak berkomunikasi, gaya hidup, atau bahkan saat anak
menganalisa suatu persoalan hingga dapat membuat keputusan sendiri. Menurut
Carl Gustav Jung dalam bukunya Personality Plus karakter, bahwa : “Anak bisa
dibedakan berdasarkan caranya membuat keputusan, ada anak yang mempertimbangkan
perasaan orang lain (feeling) atau hanya menggunakan data-data dan hal-hal yang
memang ia lihat dan miliki (thinking). Kemudian bisa juga melihat gaya hidup
dari anak, missal penuh spontanitas dan tidak terduga, kurang peduli pada aturan-aturan
kaku (perceiving), penuh perencanaan,atau taat pada aturan (Judgement)”. Orang
tua sangat mengharapkan kepribadian anak yang sesuai dengan apa yang
diinginkan, oleh karena itu dalam kesehariannya orang tua dapat membantu anak
dari segala tindakan dan perbuatan yang dilakukan oleh anak. Kepribadian diri
seorang anak akan mulai terbentuk, bukan karena anak ingin mendapatkan pujian
maupun untuk menghindari hukuman, namun dari diri pribadi anak akan tumbuh rasa
4 bertanggung jawab dalam melakukan segala tindakan. Anak lambat laun akan
memahami dampak positif dan negatif dengan segala tindakan yang diperbuat.
Kepribadian juga dapat terbentuk karena faktor genetik yang diturunkan oleh
orang tua atau bersifat keturunan.3 Santrock, John W. 2002, Sama halnya dengan
kepribadian menurut Ny. M. A. S Teko dalam buku kepribadian dan etika profesi
bahwa: “Kepribadian adalah integrasi sikap atau sifat warisan maupun yang
didapatkan dari lingkungan sehingga menimbulkan pesan pada orang lain”.
Kepribadian anak berkembang sesuai dengan apa yang dilihat dan belajar dari
orangorang disekitar anak, oleh karena itu, orang tua perlu menerapkan sikap
dan perilaku yang baik demi proses mengembangkan kepribadian anak yang baik.
Baik, buruknya pola perilaku orang tua secara tidak langsung akan ditiru oleh
anak. Ini akan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak.
Diciptakannya sebuah hubungan yang harmonis di dalam lingkungan keluarga, anak
akan berkembang mempunyai kepribadian yang peduli terhadap keinginan dan harapan
diri sendiri, orang tua, dan orang-orang disekelilingnya yang dianggap
mempunyai peran penting oleh anak. Sikap lain yang dapat membantu untuk
mengembangkan kepribadian anak yaitu dengan sikap orang tua yang memperluas
rasa sayang dengan keluarga lainnya atau pun terhadap sesama. Orang tua dapat
memberikan contoh perilaku dalam hal saling tolong menolong dan peduli pada
orang lain. Orang tua yang berkomunikasi secara efektiv, bisa dianggap teman
oleh anak dan akan menjadikan kehidupan yang hangat dalam keluarga, sehingga
antara orang tua dan anak mempunyai keterbukaan dan saling memberi. Anak diberi
kebebasan untuk mengemukakan pendapat, gagasan, keinginan, perasaan, serta
kebebasan untuk menanggapi pendapat orang lain. Anakanak yang hidup dengan pola
asuh orang tua yang efektiv akan menghasilkan kepribadian anak yang dapat
mengontrol diri, anak yang mandiri, mempunyai 5 hubungan baik dengan teman,
mampu menghadapi stres dan mempunyai minat terhadap hal-hal baru. Salah satu
kedekatan yang efektiv antara orang tua dengan anak, yaitu melalui komunikasi
antarpribadi yang dapat dilakukan orang tua sejak anak masih berusia dalam
kandungan. Dorongan dan tarikan antara kemandirian dan ketergantungan yang
dilakukan orang tua terhadap anak harus diperhatikan.
Tahun pertama kehidupan, bayi tergantung kepada orang tua, untuk
mendapatkan dukungan dan makanan. Pada tahun kedua kehidupan, ketika
perkembangan berlanjut, bayi semakin mandiri, dengan berupaya untuk melibatkan
diri dalam petualangan yang lebih otonom. Namun ketika anak-anak yang baru
belajar berjalan menghadapi ketakutan dan tekanan, disinilah peranan orang tua
untuk terus mendukung dengan memberikan motivasi dan merangkul dengan pujian
kecil yang dilontarkan terhadap anak, maka upaya-upaya kemandirian anak menjadi
semakin moderat ketika anak merasakan kebutuhan untuk mempertahankan suatu
ketergantungan kepada orang tua. Dorongan dan tarikan orang tua terhadap anak
antara kemandirian dan ketergantungan terus berlangsung sepanjang kehidupan,
yang dapat berjalan secara efektif dalam mengembangkan kepribadian anak. Masa
prasekolah adalah saat orang tua membentuk pondasi serta mengembangkan
kepribadian anak. Dengan menanamkan kebiasaan yang positif seperti membiasakan
bilang tolong, terimakasih dan maaf, izin jika ingin bermain keluar, atau
bersikap sopan, sedangkan di usia sekolah, anak mulai berani mencoba hal-hal di
luar kebiasaan. Orang tua sebaiknya bersikap konsisten dalam mengasuh anak.
Selain itu, anak juga dipengaruhi oleh lingkungan sekolah atau teman sepermainannya
(peer group). Orang tua juga bisa melihat bagaimana respon anak ketika
menghadapi suatu permasalahan untuk melihat kepribadiannya yang unik. 6 Sikap
dan tingkah laku anak merupakan cerminan dari kepribadiannya anak. Pada
persepsi antarpribadi, orang tua mencoba untuk memahami apa yang tampak pada
diri anak. Orang tua tidak hanya melihat perilaku terhadap anak, akan tetapi
orang tua harus melihat mengapa anak berprilaku seperti itu. Sebagai orang tua
alangkah lebih baik mencoba untuk memahami bukan saja melalui tindakan, akan
tetapi juga motif tindakan dari anak. Dengan demikian stimuli orang tua akan
menjadi kompleks. Orang tua akan mampu menangkap seluruh sifat dari anak dan
berbagai dimensi perilakunya melalui komunikasi antarpribadi. Adapun pengertian
dari komunikasi antapribadi seperti dibawah ini; “Komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal atau nonverbal. Komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi yang hanya
dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan
sebagainya” (Mulyana, 2000:73 ). Kepribadian anak akan berkembang karena adanya
bentuk komunikasi antara orang tua dan anak yang anak alami dari masa kecil.
Pendidik di sekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual
atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar mengajar, melainkan
juga oleh interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi
sosial yang dihadapinya di dalam maupun di luar sekolah. Kepribadian anak itu
berbeda-beda bukan hanya berbeda bakat atau pembawaanya akan tetapi terutama
karena pengaruh lingkungan sosial yang bebeda-beda. Anak datang ke sekolah
dengan membawa corak dan kebudayaan rumah tangganya, yang mempunyai corak
tertentu, bergantung antara lain pada golongan atau status sosial, kesukaan,
agama, nilai-nilai dan aspirasi orang tuanya.
Disekolah ia akan memilih teman atau kelompok 7 yang cocok
dengannya yang pada suatu saat akan sangat mempengaruhi tingkah lakunya. Anak
itu selanjutnya di pengaruhi oleh kepala sekolah dan guru-guru, yang
masing-masing mempunyai kepribadian sendiri-sendiri yang antara lain terbentuk
atas golongan sosial dari mana dia berasal dan orang-orang di pilihnya sebagai
kelompok pergaulannya. Kepribadian guru sangat mempengaruhi suasana kelas,
kebebasan yang dinikmati anak dalam mengeluarkan buah pikirannya dan
mengembangkan kreativitasnya atau pengekangan dan keterbatasan yang dialaminya dalam
pengembangan kepribadiannya. Peranan guru di sekolah ditentukan oleh
kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik dan sebagai pegawai dimana paling
utama ialah kedudukannya sebagai pengajar dan pendidik, yakni sebagai guru.
Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukkan kelakuan atau
kepribadian yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Guru sebagai
pendidik dan Pembina generasi muda harus menjadi teladan, di dalam maupun di
luar sekolah. Kepribadian anak akan berkembang karena pengaruh orang tua,
saudara saudara yang sering bersama dengan anak, dan orang-orang yang tinggal
satu rumah dengan anak. Dari bentuk kepribadian dan tingkat emosional anak
dapat berkembang. Penelitian ini di lakukan di Madrasah Aliyah Nurush Shobah
Banggle Gununggangsir Beji Pasuruan dengan pertimbangan bahwa masyarakat mulai
memperkenalkan pendidikan agama maupun pendidikan umum dimana orang tua
membangun pondasi sebagai bentuk kepribadian anak yang positif. Agar
terciptanya suatu hubungan yang baik antara orang tua dan anak, maka orang tua
harus bisa mengefektivkan waktunya lebih banyak untuk melakukan pendekatan
kepribadian terhadap anak supaya tumbuh dewasa. Disinilah efektivitas
kepribadian orang tua dengan anak mulai terjalin dengan baik, sebagaimana
efektivitas yang dikemukakan oleh The Liang Gie (2000:24) 8 bahwa: “Efektivitas
adalah keadaan atau kemampuan suatu kerja yang dilaksanakan oleh manusia untuk
memberikan guna yang diharapkan”. Terjalinnya suatu kepribadian yang efektiv
dalam perkembangan kepribadian anak akan menemukan suatu pangalaman yang
berhargavdi lingkungan keluarga, yang dialami dari masa kecil hingga proses
pendewasaan. Dengan itu anak akan membawa pengalaman dalam keluarga ke
lingkungan biologisnya, dan bisa membandingkan dengan lingkungan disekitarnya,
hingga anak dapat menarik kesimpulan dengan kedewasaannya sendiri. untuk
mengetahui keefektivitasan orang tua dalam mengembangkan kepribadian anak, maka
penelitian dilakukan ini karena sebagian besar orang tua, melakukan pendekatan
dengan kepribadian dengan cara memberikan pendidikan formal kepada anak-anaknya
sehingga pada suatu saat nanti mempunyai pendidikan yang baik dan dapat
berkembang menjadi kepribadian yang positif. Salah satu contoh kecil dalam
mengembangkan kepribadian anak yang positif pada dunia pendidikan yaitu dengan
cara memberikan senyuman, pujian, penghargaan, dan pelukan. Semua ini dapat
mengembangkan kepribadian anak untuk menilai dirinya secara positif.
Berdasarkan fenomena di atas maka penulis dapat merumuskan dalam bentuk
pertanyaan sebagai berikut “ Bagaimana pengaruh kepribadian extrovert,
introvert dan empati pada siswa Madrasah Aliyah Nurush Shobah?
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan pada latar
belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat penulis rumuskan adalah
:
1. Bagaimana pengaruh tingkat kepribadian extrovert, introvert
terhadap empati pada siswa madrasah aliyah
2. Apakah ada pengaruh
kepribadian extrovert, introvert terhadap empati pada siswa Madrasah Aliyah?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin di capai
dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tingkat kepribadian extrovert, introvert terhadap
empati pada siswa madrasah aliyah
2. Mengetahui pengaruh tingkat kepribadian extrovert, introvert
terhadap empati pada siswa madrasah aliyah
D. Manfaat Penelitian
A. Kegunaan Teoritis Kegunaan secara teoritis dari penelitian ini
berguna untuk mengembangkan ilmu psikologi secara umum dan khususnya
kepribadian ektrovet, introvet dan empati.
B.
Kegunaan Praktis 1. Kegunaan bagi peneliti Peneliti dapat mengaplikasikan teori
kepribadian ektrovert, introvert terhadap empati yang dimiliki untuk mencoba
menganalisis fakta, gejala dan peristiwa yang terjadi yang kemudian ditarik
kesimpulan. 2. Kegunaan bagi akademik Penelitian yang dilakukan berguna bagi
mahasiswa psikologi secara umum dan mahasiswa khususnya sebagai literature
terutama bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian di bidang dan kajian
yang sama. 10 3. Kegunaan bagi masyarakat Penelitian ini dapat membina atau
membangun kepribadian introvert, extrovert terhadap empati siswa yang baik
antara orang tua dengan anak, karena kepribadian diperlukan dalam hubungan
antara orang tua dengan anak. kepribadian bisa mempengaruhi dan mengembangkan
kepribadian anak yaitu, “ Efektivitas orang tua melalui komunikasi dalam
mengembangkan kepribadian anak. E.Sistematika Skripsi Sistematika isi dan
penulisan skripsi ini antara lain : Bab I : Pendahuluan Berisi tentang latar
belakang masalah, perumusan masalah dan pokok-pokok bahasan, tujuan dan manfaat
dari penelitian serta sistematika skripsi Bab II : Tinjauan Pustaka Berisi
tentang pengertian kepribadian, perubahan kepribadian, kepribadian dalam
pandangan islam, empati, pengertian empati, perkembangan empati, ciri – ciri
empati, aspek-aspek dalam empati, ciri-ciri empati dan hipotesis. Bab III :
Metodologi Penelitian Berisi tentang identifikasi variabel penelitian, definisi
operasional, populasi dan metode pengambilan sampel, metode pengumpulan data,
metode analisis instrumen serta metode analisis data. Bab IV : Laporan Penelitian
Berisi tentang laporan pelaksanaan penelitian yang terdiri dari orientasi
kancah penelitian, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian serta analisis
data penelitian. 11 Bab V : Penutup Berisi tentang pembahasan hasil penelitian,
kesimpulan dan saran dari penelitian.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan kepribadian ektraversi terhadap empati pada siswa Madrasah Aliyah Nurush Shobah di Banggle Beji Pasuruan" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
1 comment:
Kanye West shoes
harden shoes
westbrook shoes
michael kors outlet
nike air max
adidas gazelle
vapormax
nike air force 1
goyard bags
nike sneakers for women
Post a Comment