Abstract
INDONESIA:
Mandiri merupakan suatu tugas bagi mahasiswa karena dengan kemandirian tersebut berarti mahasiswa harus belajar dan berlatih dalam membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan, bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dilakukannya. Dengan demikian mahasiswa akan berangsur – angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orangtua atau orang dewasa lainnya dalam banyak hal.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui tingkat kemandirian mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, (2) Untuk mengetahui tingkat intensi berwirausaha mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, (3) Untuk mengetahui adakah hubungan antara kemandirian dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif. Instrumen yang digunakan yaitu skala kemandirian dan skala intensi berwirausaha yang disebarkan kepada 105 subjek penelitian. Skala kemandirian terdiri dari 26 aitem dan skala intensi berwirausaha terdiri dari 45 aitem. Analisis data yang digunakan adalah korelasi product moment.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kemandirian memperoleh presentase tinggi 19%, sedang 69% dan rendah 12%. Untuk intensi berwirausaha memperoleh hasil presentase tinggi 13%, sedang 73% dan rendah 14%. Hasil korelasi variabel adalah rxy = 0,453 p = 0,000, yang artinya hipotesis dalam penelitian ini diterima. Terdapat hubungan positif antara kemandirian dengan intensi berwirausaha. Semakin tinggi kemandirian mahasiswa, maka semakin tinggi pula intensi berwirausaha. Begitu juga sebaliknya, semakin rendah kemandirian, maka semakin rendah pula intensi berwirausahanya.
ENGLISH:
Independence is a task for students because the independence means students must learn and practice in making plan, choose alternative, make decision, acting in accordance with its decisions on its own, and responsible for everything that he did. Thus students will gradually break away from dependence on parent or other adults in many ways.
The aims of this research are (1) to know the level of independence of the students of Psychology Faculty of UIN Malang, (2) to know the level of entrepreneurship intention of the students of Psychology Faculty of UIN Malang, (3) to know the correlation between independence and entrepreneurship intention of the students of Psychology Faculty of UIN Malang
It employs qualitative approach. Moreover, the instrument of this research is the independence and entrepreneurship intention scale which are given to 105 subject of the research. Specifically, the independence scale consist of 26 items and entrepreneurship intention scale consist of 45 items. The data analysis used is product moment of correlation.
The result of this study show that a high percentage obtained for independence is 19%, the medium percentage is 69%, and the low percentage is 12%. While, high percentage obtained for entrepreneurship intention is 13%, the medium percentage is 73%, and the low percentage is 14%. The result of the correlation between variables is rxy = 0,453 p = 0,000, it show that the hypothesis of this research is accepted. In other words, there is positif correlation between independence and entrepreneurship intention. The higher independence, the more entrepreneurship intention they more. Vice versa, the lower of independence, the
lower entrepreneurship intention that students have.
lower entrepreneurship intention that students have.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia pada dasarnya dilahirkan dalam keadaan lemah dan tidak
berdaya, ia membutuhkan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Pada
masa bayi ketika lapar dia akan menangis dan ketika disuapin ia akan diam, hal
ini menunjukkan bahwa manusia tidak bisa lepas dari bantuan orang tua atau
orang disekitarnya. Seorang anak akan belajar melakukan sesuatu dengan sendiri
dan secara perlahan akan melepaskan diri dari ketergantungan orang tua atau
orang disekitar lingkungannya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan
proses alamiah yang dialami oleh setiap manusia tidak terkecuali remaja. Remaja
dituntut untuk dapat bertanggungjawab atas segala tingkah laku, mampu mencari
jalan keluar atas permasalahannya di dalam kehidupan bermasyarakat. Perkembangan
kemandirian remaja sangat penting karena remaja banyak dihadapkan pada
keputusan – keputusan yang sukar terhadap gaya hidup mereka (Mahmud, 2009:65).
Erickson (dalam Desmita, 2012: 185) menyatakan bahwa kemandirian adalah usaha
untuk melepaskan diri dari orangtua dengan maksud untuk mencari identitas ego,
yaitu merupakan perkembangan kearah individualitas yang mantap dan berdiri
sendiri. Kemandirian ditandai dengan kemampuan menentukan nasib sendiri,
kreatif, inisiatif, mengatur tingkah laku, bertanggungjawab, mampu menahan
diri, membuat 2 keputusan sendiri, serta mampu mengatasi masalah tanpa ada
pengaruh dari orang lain. Parker (2005: 233) mengemukakan tiga aspek
kemandirian, yaitu: tanggungjawab, otonomi dan kebebasan untuk menentukan
keputusan sendiri, dan independensi. Individu tumbuh dengan pengalaman
tanggungjawab yang sesuai dan terus meningkat. Sekali seseorang bisa meyakinkan
dirinya sendiri maka orang tersebut akan bisa meyakinkan orang lain akan
bersandar kepadanya. Karenanya individu harus diberi tanggungjawab, bermula
dari mengurus diri sendiri. Otonomi dan kebebasan untuk menentukan keputusan
sendiri yaitu kemampuan menentukan arah sendiri, berarti mampu mengendalikan
atau mempengaruhi apa yang akan terjadi kepada dirinya sendiri. Independensi
merupakan kondisi dimana seseorang tidak tergantung kepada otoritas dan tidak
membutuhkan arahan dari orang lain, independensi juga mencakup ide adanya
kemampuan mengurus diri sendiri. Kemandirian muncul pada diri individu karena
ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Ada empat faktor yang
mempengaruhinya, yaitu, 1) Gen atau keturunan orangtua. Orangtua yang memiliki
sifat kemandirian tinggi seringkali menurunkan anak yang memiliki kemandirian
juga, 2) Pola asuh orangtua, cara orangtua mengasuh dan mendidik anak akan
mempengruhi perkembangan kemandirian anak. 3) Sistem pendidikan disekolah,
proses pendidikan disekolah yang tidak mengembangkan demokratisasi pendidikan
dan cenderung menekankan indroktrinasi tanpa argumentasi akan menghambat
perkembangan 3 kemandirian remaja. 4) Sistem kehidupan di masyarakat, sistem
kehidupan masyarakat yang terlalu menekankan pentingnya hirarki struktur
sosial, merasa kurang aman atau mencekam serta kurang menghargai manifestasi
potensi remaja dalam kegiatan produktif dapat menghambat kelancaran
perkembangan kemandirian remaja (Ali & Asrori, 2008:118).
Brammer dan Shostrom mengatakan bahwa kata kemandirian berasal dari
kata dasar diri yang mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang kemudian
membentuk suatu kata keadaan atau kata benda. Karena kemandirian berasal dari
kata dasar diri, pembahasan mengenai kemandirian tidak dapat dilepaskan dari
pembahasan mengenai perkembangan diri itu sendiri, yang dalam konsep Carl Roger
disebut dengan istilah self karena diri itu merupakan inti dari kemandirian
(dalam Ali & Asrori, 2008:109). Sebuah kemampuan, dukungan, dorongan dari
keluarga serta lingkungan sekitar yang dibutuhkan oleh seorang anak untuk
membuatnya mandiri, dengan demikian seseorang tersebut dapat mencapai otonomi atas
diri sendiri. Sehingga dengan otonomi tersebut remaja, khususnya remaja akhir
yang mulai dituntut untuk mandiri dimana dengan kemandirian itu nantinya akan
menjadikan remaja akhir tersebut lebih bertanggungjawab terhadap dirinya
sendiri. Karena inilah pentingnya penanaman kemandirian pada anak sejak dini.
Hal ini juga berhubungan dengan perkembangannya ketika remaja memasuki masa
dewasa. Sehingga ketika remaja memasuki masa dewasa tidak akan terlalu sulit
untuk menjadi lebih mandiri. 4 Berdasarkan tingkat perkembangannya, masa remaja
tingkat kemandiriannya ditandai dengan bertambahnya kestabilan dalam pemilihan
minat, pemilihan jabatan, persahabatan dan lawan jenis, selain itu lebih matang
dalam menghadapi masalah, lebih pandai dalam menyesuaikan diri dengan orang
lain, bertambahnya rasa tertarik yang begitu dalam terhadap lawan jenis,
mengejar prestasi dan menentukan pekerjaan yang sesuai dengan keadaan dan
kemampuan yang dimiliki (Widayawatie, 2009: 17). Dengan demikian kemandirian
merupakan masalah utama bagi remaja, karena kemandirian merupakan salah satu
tugas perkembangan bagi remaja. Seorang anak akan bergerak meninggalkan
ketergantungannya yang menjadi karakteristik pada masa kanak – kanak menuju
kemandirian yang menjadi ciri orang dewasa. Pada zaman sekarang ini
perkembangan kemandirian menjadi isu yang sangat penting karena remaja
dihadapkan pada keputusan – keputusan yang sukar tentang gaya hidup, nilai –
nilai dan perilaku. Pada masa remaja perubahan-perubahan jasmani, kognitif,
peranan dan aktifitas sosial remaja juga tidak dapat lepas dari kemandirian.
Hal ini disebabkan karena remaja mulai memasuki posisi baru terlebih utama masa
remaja akhir yang mulai menuntut tanggungjawab seperti mulai menetapkan masa
depan, karir, menyiapkan diri untuk hidup berkeluarga dan serangkaian tugas
perkembangan remaja yang lebih menuntut kemampuan untuk bertanggungjawab diluar
campur tangan orangtua (Dimyati, 1990: 65-68). Mandiri merupakan suatu tugas
bagi remaja karena dengan kemandirian tersebut berarti remaja harus belajar dan
berlatih dalam 5 membuat rencana, memilih alternatif, membuat keputusan,
bertindak sesuai dengan keputusannya sendiri serta bertanggungjawab atas segala
sesuatu yang dilakukannya (Mapppiare, 1987:107). Dengan demikian remaja akan
berangsur – angsur melepaskan diri dari ketergantungan pada orangtua atau orang
dewasa lainnya dalam banyak hal. Menurut Monks dkk (2002: 262), secara global
seseorang dikatakan memasuki masa remaja saat ia memasuki antara 12 – 21 tahun,
dimana remaja awal pada usia 12 – 15 tahun, remaja tengah 15 – 18 tahun dan
remaja akhir 18 – 22 tahun.
Hal senada juga dikemukakan oleh Hurlock bahwa masa remaja akhir
berada pada rentang usia 18/19 – 22/23 tahun. Ajzen menjelaskan munculnya
intensi dengan teori tingkah laku terencana (planned behavior) yang menyebutkan
bahwa munculnya intensi ditentukan tiga hal yaitu sikap individu terhadap
perilaku, norma subjektifnya, dan aspek kontrol perilaku yang dihayati
(perceived behavior control). Ketiga komponen ini berinteraksi menjadi determinan
bagi intensi yang pada gilirannya akan menentukan apakah perilaku pada orang
yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak (Azwar, 2002:12). Menurut Fishbein
dan Ajzen (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009: 97) mendefinisikan intensi
sebagai niat seseorang untuk melakukan perilaku tertentu. Menurutnya, intensi
lebih bersifat spesifik dan memiliki “kesegaran” atau “kesiapan”, dalam arti
sebagai predisposisi seseorang yang lebih mengarah pada terwujudnya perilaku
yang tertentu pula. 6 Ancok (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009: 98)
menyatakan bahwa pada dasarnya intensi berkaitan erat dengan pengetahuan
(belief) seseorang terhadap sesuatu hal, sikap (attitude) nya pada hal itu,
serta dengan perilaku itu sendiri sebagai perwujudan nyata dari intensinya. Ilardo
(dalam Dayakisni & Hudaniah, 2009: 98) antara sikap ke tahap perilaku
tertentu, terdapat komponen sebagai mediatornya yaitu intensi. Intensi
merupakan bagian penting Theory of Planned Behavior, yang merupakan prediktor
sukses dari perilaku, dimana ia menjembatani sikap dan perilaku. Machfoedz
(Machfoedz, 2005:9) mengartikan wirausaha adalah mandiri dalam mengejar
prestasi, berani mengambil resiko untuk mulai mengelola bisnis demi mendapatkan
laba. Untuk itu seorang wirausaha harus memiliki kepercayaan diri yang kuat dan
mempertahankan diri ketika menghadapi tantangan pada saat merintis usaha.
Penelitian Erna Noor Widayawatie (2009) tentang “Perbedaan Tingkat Kemandirian
Mahasiswa Berdasarkan Tempat Tinggal di Rumah bersama dengan orangtua dengan
tempat tinggal di asrama pada mahasiswa angkatan 2008 dan 2007 Fakultas MIPA
Universitas Negeri Malang” hasil penelitian ini menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang signifikan antara kemandirian mahasiswa yang tinggal bersama
orangtua dengan mahasiswa yang tinggal di asrama. Hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti pada 8-12 Desember 2014 ditemukan permasalahan dalam
diri mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang terkait dengan 7 masalah intensi berwirausaha, sebagian mahasiswa
menunjukkan pada intensi berwirausaha yang rendah diantaranya adalah mereka
merasa kurang dalam mempercayai kemampuan sendiri, pesimis terhadap diri
sendiri, dan sebagian mahasiswa merasa enggan untuk berwirausaha karena merasa
kurang berani mengambil resiko akan hal – hal yang akan dikerjakan. Seperti
halnya yang terjadi pada zuni (nama samaran), ia merasa kurang optimis terhadap
kemampuannya untuk berwirausaha padahal teman – temannya banyak yang meyakini
bahwa ia mempunyai kemampuan untuk berwirausaha, ia dalam kehidupan sehari-hari
terlihat begitu sederhana, penuh tanggungjawab, dia juga mampu mengambil
keputusan dengan baik.
Perilaku tersebut
menunjukkan bahwa ia mempunyai intensi berwirausaha yang negatif dan memiliki
kemandirian yang baik. Dari hasil wawancara awal penulis terhadap mahasiswa
Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang, diketahui bahwa tidak
sedikit dari mereka yang memiliki kemandirian yang tinggi bahwa sebagian
mahasiswa mandiri dalam kesehariannya. Banyak yang mampu memikul tanggungjawab,
sebagian ada yang memiliki indepedensi ditunjukkan dengan mampu mengurus diri
sendiri dan menyelesaikan masalahnya sendiri, serta memiliki otonomi yang baik
ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengendalikan apa yang akan terjadi pada
dirinya sendiri. Berdasarkan hasil wawancara didapat bahwa ada beberapa faktor
yang mempengaruhi perbedaan tingkat kemandirian pada mahasiswa fakultas
psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim 8 Malang seperti
tingkat kematangan dan kemandirian secara emosional, faktor pola asuh dari
keluarga dan orangtua, serta pengaruh dari interaksi dengan teman sebaya karena
melalui hubungan individu dengan teman sebaya dimana mahasiswa berfikir
mandiri, mengambil keputusan sendiri, menerima bahkan juga menilai pandangan
yang berasal dari keluarga dan mempelajari pola perilaku yang diterima dalam
kelompoknya. Kelompok teman sebaya dalam lingkungan kampus merupakan lingkungan
sosial dimana seorang mahasiswa belajar hidup bersama dengan oran lain yang
bukan anggota keluarganya. Dari hasil wawancara awal didapat bahwa intensi
berwirausaha mahasiswa fakultas psikologi rendah. Bahkan ada beberapa dari
mereka yang mengatakan bahwa meskipun mereka pernah mengikuti pelatihan
entrepreneurship hal ini tidak menjamin mereka untuk melakukan perilaku
wirausaha.
Namun ada juga beberapa yang menyatakan tentang ragunya ia dalam
berwirausaha dan menyatakan bahwa ia belum siap untuk berwirausaha dengan
keadaannya yang sebelumnya memang belum berwirausaha. Dan ada juga yang
menyatakan bahwa “takut” dalam hal berwirausaha. Sebagian besar mahasiswa
menghadapi masalah untuk mencari pekerjaan. Kebanyakan dari mereka berkeinginan
mendapatkan pekerjaan yang memberi income yang memadai dan status sosial yang
terhormat sebagai pegawai negeri dibandingkan memulai usaha sebagai seorang
wirausahawan.
Padahal
dunia wirausaha adalah pilihan yang paling rasional dalam segala kondisi
perekonomian apalagi dalam situasi krisis. 9 Berdasarkan wawancara yang
diperoleh, bahwasannya beberapa dari subjek penelitian kurang tertarik dengan
wirausaha dikarenakan ada beberapa faktor yaitu kurang berani mengambil resiko,
dimana didapat bahwasannya mahasiswa takut untuk menjalani pekerjaan yang
disertai resiko dengan memperhitungkan besar kecilnya resiko. Jika dilihat
bahwasannya seorang wirausahawan bila ada tugas yang dirasa ringan maka ia akan
merasa kurang tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling
sulit yang memungkinkan pencapaian keberhasilan yang rendah Karena seorang
wirausahawan tahan terhadap resiko dan ketidakpastian. Wirausahawan yang
berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dalam
ketidakpastian. Yang kedua yaitu kurang percaya diri dalam berwirausaha, subjek
merasa belum mempunyai kepercayaan diri dan pengendalian diri ketika akan
berwirausaha. Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan
seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Yang ketiga yaitu kurang
bersedia untuk berkorban. Dimana subjek ketika berwirausaha maka ia akan
bekerja keras, terutama pada tahun – tahun yang merupakan masa pertumbuhan
bisnis mereka. Mereka kurang bersedia untuk bekerja dengan jam kerja melebihi
jam kerja rata – rata yang dilakukan oleh orang lain. Hasil penelitian Cut
Metia (2004) tentang “Intensi berwirausaha pada mahasiswa ditinjau dari
kemandirian dan kematangan vokasional”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang sangat signifikan antara kemandirian dan kematangan vokasional
dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa (F = 10,383; R = 0,408; p
<0,01); ada 10 hubungan positif yang sangat signifikan antara kemandirian dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa (r = 0,348, dan p><0,01); ada hubungan positif yang signifikan antara kematangan vokasional dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa (r = 0,327; p><0,01). Peneliti melihat kemandirian yang baik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Tingkat persaingan yang semakin tinggi dan sempitnya lapangan pekerjaan merupakan tantangan yang harus dihadapi mahasiswa yang masih duduk dibangku kuliah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan empat mahasiswa fakultas psikologi pada tanggal 9 Februari 2015, diketahui beberapa dari mereka mengaku tidak ada niat untuk berwirausaha setelah lulus kuliah nanti, meskipun melihat kondisi saat ini dimana lapangan pekerjaan yang semakin terbatas, meningkatnya jumlah pengangguran, serta persaingan yang semakin ketat di dunia kerja. Tinggi rendahnya tingkat intensi berwirausaha mahasiswa berbeda – beda karena adanya perbedaan individu atau individual differences. Berdasarkan uraian tersebut, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah dunia wirausaha belum menjadi pilihan sebagai karir masa depan para mahasiswa, diperkirakan karena berkaitan dengan kemandirian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini perlu ditelaah tentang kemandirian yang berhubungan dengan intensi untuk berwirausaha. 11 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kemandirian pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang? 2. Bagaiman tingkat intensi berwirausaha pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang? 3. Adakah hubungan antara kemandirian dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang? C. Tujuan Penelitian Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui tingkat kemandirian pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 2. Mengetahui tingkat intensi berwirausaha pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 3. Mengetahui hubungan antara kemandirian dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa fakultas psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang 12 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan pengembangan keilmuan terutama pada bidang psikologi industri dan organisasi dalam memahami permasalahan yang berkaitan dengan dunia kerja dan intensi berwirausaha. 2. Manfaat Praktis Bagi para mahasiswa diharapkan dapat mengetahui kondisi psikologis yang berkaitan dengan intensi berwirausaha seperti mampu memahami diri sendiri, mampu mengembangkan gagasan sendiri, dan memiliki kebebasan berusaha. Sehingga mahasiswa dapat merencanakan masa depannya secara lebih tepat dan bijaksana, serta mulai memikirkan langkah – langkah yang dibutuhkan dalam berwirausaha.>
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan antara kemandirian dengan intensi berwirausaha pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment