Abstract
INDONESIA:
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peran ayah berpengaruh terhadap determinasi diri pada remaja kelas X di SMAN 3 Malang. Responden dalam penelitian ini berjumlah 108 orang dengan 54 orang laki-laki dan 54 perempuan. Metode penelitian data menggunakan metode kuantitatif dengan kuesioner terbuka. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, dengan kriteria responden hanya anak yang tinggal bersama ayah dan ibu kandung yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Skala peran ayah disusun sendiri oleh peneliti dan skala determinasi diri diadaptasi dari skala Basic Psychological Needs scale milik Ryan& Deci.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat peran ayah dan determinasi diri tinggi. Hasil analisis data menunjukkan bahwa peran ayah berpengaruh terhadap determinasi diri dengan nilai p= 0.000 dan nilai R 0,37. Hasil penelitian juga menemukan bahwa peran ayah sebagai pemberi perhatian dan kasih sayang (caregiver) berpengaruh terhadap rasa kemandirian (autonomy) dengan nilai p= 0,008, peran ayah sebagai konsultan dan penasihat (advocate) berpengaruh terhadap rasa kompetensi (competence) dengan nilai p= 0,04, dan peran ayah sebagai sumber daya sosial dan akademik (resource) berpengaruh terhadap rasa keterhubungan (relatedness) remaja dengan nilai p= 0,008. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa peran ayah pada anak perempuan dan anak laki-laki tidak berbeda.
ENGLISH:
This study aim to find out the effect of fathering toward self-determination in adolescent 10th grade in Public Senior High School 3 Malang. Respondents in this study amounted to 108 people with 54 boys and 54 girls. The research method used quantitative methods with an open questionnaire. The sampling technique used purposive sampling techniques. The criteria of respondents is only child who lived with their biological father and mother were being sampled in this study. The scale of fathering compiled by researcher and self-determination scale adapted from the scale of Basic Psychological Needs Scale from Deci & Ryan.
The result showed that most of respondents had a high level of self determination, and the level of fathering is also high. The other results is fathering affects the self-determination with a value of p = 0.000 and the value of R= 0.37. The results also found that father's role as a caregiver affect the sense of autonomy with the value of p = 0.008, the father's role as a consultant and advisor (advocate) affect the sense of competencies (competence) with the value of p = 0,04, and the father’s role as social and academic resources (resource) affect the sense of relatedness adolescents with the value of p = 0.008. The other discovery is the role
of father in girls and boys is no different.
of father in girls and boys is no different.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Masa remaja adalah masa peralihan antara anak-anak dan dewasa.
Berdasarkan teori Erik Erikson remaja dimulai dari usia 12-20 tahun dengan
tugas perkembangan pencarian identitas diri. Krisis antara identitas dan
kekacauan identitas mencapai puncaknya pada masa remaja. Tugas pencarian jati
diri ini membuat remaja sibuk dengan dirinya sendiri, terutama karena pubertas
genital memberi berbagai peluang konflik, baik yang berhubungan dengan seks,
pekerjaan, keyakinan diri dan filsafat hidup1 . Remaja mencoba berbagai peran
baru untuk menemukan identitas ego yang mantap. Pada fase remaja mereka tidak
lagi disebut sebagai anak-anak dan juga tidak bisa disebut sebagai orang
dewasa. Banyak orang dewasa yang menghargai kemandirian remaja, namun dilain
kesempatan bersikeras bahwa remaja tidak cukup mampu untuk membuat keputusan
yang kompeten dan mandiri tentang hidupnya2 . Pertentangan-pertentangan seperti
ini sering menimbulkan masalah untuk para remaja dalam mengekspresikan
keinginannya. Remaja masa kini menghadapi tuntutan dan harapan, juga bahaya dan
godaan, yang tampaknya lebih banyak dan kompleks dibandingkan remaja generasi
yang lalu. Dukungan keluarga dan sosial yang tidak efektif membuat 1Alwisol. Psikologi
Kepribadian. Malang: UMM Press.(2009). h. 98. 2 JW, Santrock. (1996).
Adolescence, Ed. 6. Terj. Dra. Shinto B. Adelar, M.Sc & Sherly Saragih,
S.Psi (2003). Jakarta: Erlangga. 2 remaja tidak memperoleh cukup kesempatan dan
dukungan untuk menjadi orang dewasa yang kompeten. Seperti pada kebanyakan
remaja Indonesia saat ini yang mengalami kemunduran secara moral, budi pekerti
dan kematangan emosi, hal ini bisa dilihat dari kasus pergaulan bebas yang
semakin meningkat, gaya hidup yang semakin ke barat-baratan, narkoba dan
kasuskasus depresif seperti percobaan bunuh diri dan lain sebagainya. Beberapa
data mengenai perilaku maladaptif remaja menunjukkan dari 2,4 juta perempuan
yang melakukan aborsi, 700-800 ribu adalah remaja, dari 1283 kasus HIV/AIDS,
diperkirakan 52.000 terinfeksi dimana 70% adalah remaja3 . Selain masa remaja
sebagai masa yang sarat dengan bahaya dan godaan, masa remaja juga merupakan
masa untuk mengeksplorasi sebanyak mungkin potensi positif mereka. Remaja
biasanya menghabiskan banyak waktu dalam aktivitas-aktivitas yang mengasah
potensi, salah satunya adalah mengikuti kegiatan ekstrakulikuler sekolah. Pada
masa ini remaja memang dituntut untuk mengembangkan diri sebaik mungkin sebagai
bekal mereka memasuki masa dewasa. Pencapaian akademik juga menjadi fokus pada
masa remaja. Remaja menghabiskan banyak waktu di sekolah. Beberapa remaja
memanfaatkan waktunya dengan sangat baik untuk menggapai prestasi di sekolah. 3
BKKBN. Fenomena Kenakalan Remaja di Indonesia. September 2011. ntb.bkkbn.go.id
[Diakses Pada 27 Oktober 20014]. 3 Menurut Erikson, Hill, dan Holmbeck dalam
penelitian Soenens dan Vansteenkiste4 bahwa berkaitan dengan tugas
perkembangan, tugas perkembangan remaja berpusat pada isu-isu mengenai
individuasi dan kemandirian. Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa
kecenderungan remaja untuk mengekspresikan keinginan mandiri dan regulasi diri
termanifestasi dalam tiga ranah kehidupan, yakni sekolah, pemilihan karir dan
kompetensi sosial. Sebagai contoh, selama masa remaja, individu mulai membangun
hubungan yang lebih intim dan personal.
Remaja juga mulai membuat
rencana masa depan, seperti apa yang akan mereka lakukan setelah lulus sekolah
atau pekerjaan apa yang mereka inginkan dan cocok untuk mereka di masa depan.
Kebutuhan mandiri merupakan salah satu aspek yang penting dalam determinasi
diri. Teori determinasi diri adalah sebuah pendekatan terhadap motivasi dan
kepribadian manusia yang menyoroti pentingnya perkembangan sumber daya manusia
bagi perkembangan kepribadian dan regulasi diri5 . Teori determinasi diri
menyatakan bahwa ketika perilaku mengikuti kebutuhan akan kompetensi, otonomi,
dan keterhubungan, maka individu mengalami motivasi intrinsik, namun ketika
perilaku menunjukkan keinginan pemenuhan nilai lain seperti reputasi, uang,
persetujuan, maka perilaku 4 Bart soenens, Maarten Vansteenkiste. Antecedents
and Outcomes of Self-Determination in 3 Life Domains: The Role of Parents’ and
Teachers’ Autonomy Support, Journal of Youth and Adolescence., (2005)., 34 (6),
589-604. h., 586. 5Richard M. Ryan dan Edward L. Deci. Self Determination
Theory and the Facilitation of Intrinsic Motivation, Social Development, and
Well-Being, Journal American Psychologist., (Januari 2000), Vol. 55, No. 1,
68-78. h., 68. 4 termotivasi secara ekstrinsik (Deci & Ryan dalam Laura
A.King) 6 . Banyak psikolog percaya bahwa perilaku yang dihasilkan motivasi
intrinsik memberikan dampak yang lebih positif dibandingkan perilaku yang
dihasilkan motivasi ekstrinsik (Blumenfeld, dkk dalam Laura A.King) 7 . Untuk
membangun pribadi remaja yang sehat yang mampu membuat keputusan secara mandiri
dan bertanggung jawab atas keputusan tersebut dibutuhkan kemampuan determinasi
diri yang baik. Remaja dengan determinasi diri yang baik akan mampu
mengembangkan potensi dan mengikuti aktivitas belajar mengajar dengan baik.
Penelitian Robert j. Vallerand, Michelle S. Fortier, dan Frederic Guay8
menemukan bahwa semakin rendah dukungan orang tua untuk mandiri membuat
persepsi siswa tentang kompetensi dan kemandirian semakin rendah pula. Persepsi
kompetensi dan kemandirian yang rendah mengakibatkan rendahnya motivasi
determinasi diri siswa, motivasi yang rendah meningkatkan angka dikeluarkan
(drop out) dari sekolah. Selain itu, determinasi diri juga diperlukan untuk
membentengi remaja dalam pergaulan-pergaulan yang tidak sehat, karena remaja
dengan determinasi diri yang baik akan mampu menyaring pengaruh-pengaruh
lingkungan yang tidak baik yang dapat mempengaruhi kemandirian pribadinya.
6Laura A. King. The Science of Psychology: An Appreciative View, 2nd ed, Terj.
Brian Marwensdy. (Jakarta: Salemba Humanika, 2010)., h. 89. 7 Ibid., h. 90.
8Robert J. Vallerand, dkk. Self-Determination and Persistence in a Real-Life
Setting Toward a Motivational Model of High School Dropout, Journal of Personality
and Social Psychology. (1997). Vol. 72, No. 5, 1161-1176. h., 1172. 5 Selain
mengkaji isu motivasi intrinsik dan ekstrinsik, teori determinasi diri juga
mengkaji aspek basic psychological need yang merupakan dasar dari motivasi
intrinsik, yakni kemandirian, keterhubungan dan kompetensi9 sebagai suatu
kebutuhan dasar manusia yang bersifat universal (Chirkov, dkk)10 . Meskipun
menurut teori determinasi diri individu secara alami akan mengatur diri dan
bertindak sesuai nilai-nilai dan keinginan mereka, lingkungan sosial dapat
dengan mudah mengurangi fungsi kemandirian seseorang. Menurut Grolnick Ketika
seorang remaja diasuh secara tidak konsisten dan dikontrol secara berlebihan,
pengaturan determinasi diri mereka akan terhambat. Sebaliknya orangtua dan guru
yang sensitif akan kebutuhan anak-anaknya dan mampu memberikan pilihan
diharapkan akan membangun perasaan mandiri dan choicefulness anak sehingga anak
akan lebih sehat menangani lingkungannya.11 Orangtua adalah model sosial yang
paling kuat bagi remaja mereka. Teori determinasi diri menunjukkan bahwa
orangtua yang mendukung anakanaknya dalam memenuhi kebutuhan keterhubungan
(relatedness) dan kemandirian (autonomy) akan memberikan manfaat bagi
perkembangan anakanaknya dibandingkan orangtua yang tidak mendukung.
Dengan demikian, remaja yang puas dengan model sosialnya akan
mempengaruhi sejauh mana 9Richard M.Ryan, Edward L. Deci., (Januari 2000).,
Loc.Cit., h. 68. 10Edward L.Deci, Maarten Vansteenkiste., Self Determination
Theory and Basic Need Satisfaction: Understanding Human Development in Positive
Psychology. Ricerche di Psicologia., (2004)., Vol 27, No. 1. h. 25. 11Bart
soenens, Maarten Vansteenkiste., (2005)., Loc.Cit., h.590-591. 6 mereka telah
menginternalisasikan nilai-nilai lingkungan yang penting. 12 Ini menunjukkan
faktor eksternal mampu membuat individu menemukan motivasi intrinsik melalui
penanaman nilai dan modeling,“... sehingga dalam membangun determinasi diri
remaja memerlukan akses terhadap berbagai peluang yang tepat dan dukungan jangka
panjang dari orangtua yang menyayangi mereka” 13 . Peran ibu seringkali menjadi
perhatian utama saat topik mengenai keluarga dan kaitannya dengan anak
diangkat. Keyakinan bahwa anak adalah urusan ibu bukanlah keyakinan masyarakat
Indonesia saja, melainkan bersifat universal di berbagai budaya di dunia ini.
14 Peran ayah seringkali terlupakan, karena ayah lebih diarahkan pada peran
pemenuhan kebutuhan ekonomi. Penelitian Andayani15 masih memberikan gambaran
bahwa ayah cenderung menjaga jarak dari anak-anaknya. Ayah lebih sibuk dengan
dunia di luar keluarga dan sedikit sekali berinteraksi dengan anak-anaknya.
Carnoy & Carnoy16 menunjuk terutama pada ayah yang masih mengejar
“identitas diri,” terutama dalam dunia kerja, sebagai ayah yang tidak terlibat
dan jauh dari keluarga. Ayah kemudian menjadi figur asing bagi anak-anaknya dan
tidak jarang hal ini juga menyebabkan hubungan ayah dan anak menjadi canggung.
Bronfenbrenner menuliskan sebuah hasil penelitian mengenai seberapa
lama para ayah dari kelas sosial-ekonomi menengah meluangkan waktu bermain dan
berinteraksi dengan anak-anak balita mereka dalam sebuah artikel yang berjudul
“The Origins of Alienation” dalam Scientific American edisi Agustus 1974.
Mula-mula para peneliti meminta sekelompok ayah untuk memperkirakan waktu yang
diluangkan bagi anak-anak mereka yang berusia setahun setiap harinya. Para
peneliti memperoleh jawaban bahwa rata-rata para ayah menghabiskan waktu 15
hingga 20 menit seharinya. Untuk menguji pernyataan mereka, peneliti
menempelkan mikrofon di baju anak-anak tersebut. Pembicaraan dari para ayah
dengan anaknya tersebut kemudian direkam. Hasilnya cukup mengejutkan. Ternyata
waktu yang digunakan para ayah tersebut untuk berinteraksi dengan anaknya hanya
sekitar 37 detik setiap harinya.17 Beberapa fakta diatas menunjukkan betapa
minimnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan. Namun, jika dibandingkan dengan
beberapa dekade yang lalu, pada era modern ini kesadaran masyarakat akan
pentingnya keterlibatan ayah dalam pengasuhan semakin meningkat. Terbukti
dengan bermunculannya penelitian-penelitian yang memfokuskan diri dalam
pengaruh-pengaruh pengasuhan ayah bagi anak dan keluarga dan meningkatnya
keterlibatan ayah sendiri dalam pengasuhan, seperti dalam buku Michael Lamb18
“The Role Of The Father In Child Development, 5th 17Heman Elia., Peran Ayah
dalam Mendidik Anak. Jurnal Veritas. (April 2000), 1/1, 105-113., h. 105.
18Michael E.Lamb., The Role Of The Father In Child Development, 5th Ed. (New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc, 2010)., h. 3. 8 Edition”, ditulis bahwa
para ahli psikologi perkembangan dan sosial mulai tertarik dan fokus dalam
meneliti perilaku ayah dan anak pada tahun 1970-an dan awal tahun 1980-an.
Dalam beberapa penelitian menemukan bahwa ayah dan ibu memiliki cara yang
berbeda dalam mempengaruhi anak-anaknya. Michael Yogman dan rekannya19 meneliti
perbedaan cara bermain ayah dan ibu. Ditemukan bahwa ayah cenderung kurang
banyak mengucapkan kata-kata tetapi ia lebih sering memegang bayinya. Memegang,
mengajak bermain dan menimang-nimang dengan pola ritme gerak. Ayah lebih banyak
memperlihatkan aktivitas fisik, sedangkan ibu memperlihatkan cara konvensional,
dengan berusaha menarik perhatian anak dengan menggoyangkan boneka di depan
bayi dan mengajak berbicara. Perbedaan cara mempengaruhi ini penting dalam
perkembangan seorang anak. Ini menunjukkan bahwa ayah memiliki tempat
tersendiri yang akan menjadi tidak ideal jika digantikan oleh ibu.
Ayah dan ibu berbeda dalam memberikan kebebasan anaknya, ayah
cenderung membiarkan anak bergerak lebih bebas dan mandiri, sementara ibu lebih
berhati-hati dan lebih teliti.20 Tingginya perhatian seorang ayah dapat
dijadikan model bagi anak untuk menjadi lebih tekun, dan memiliki motivasi
untuk berprestasi. Bagi anak, ayah adalah contoh keberhasilan, terutama bagi
anak laki-laki di lingkungan yang lebih luas. Jika anak diberikan banyak
kesempatan untuk 19Drs. Save M.Dagun., Psikologi Keluarga. (Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya, 2002)., h. 58. 20Ibid,. h.105. 9 mengamati dan meniru sikap positif
dari ayah mereka, maka ini akan membantu perkembangan anak terutama kemampuan
menyelesaikan masalah.21 Dalam konteks remaja, Nugent22 melaporkan bahwa remaja
yang mendapatkan dukungan dan adanya komunikasi yang intensif dengan ayahnya
memiliki kebebasan yang lebih besar untuk berusaha bereksplorasi untuk menjadi
dirinya sendiri, menemukan jati dirinya, mencoba kemampuan dirinya, memperkuat
penilaiannya sendiri terhadap pilihan-pilihan yang dibuat dan mempertimbangkan
kemungkinannya menghadapi orang lain dalam merencanakan masa depannya. Hubungan
positif ayah dengan remaja dapat meningkatkan rasa percaya diri, dan ketahanan
terhadap stress (Fonagy, dkk dalam Susanto)23 .
Keterlibatan ayah dapat menghasilkan perilaku prososial remaja, dan
hiperaktivitas yang lebih rendah. Menurut Flouri24 Remaja dengan keterlibatan
ayah dengan intensitas yang tinggi menunjukkan secara signifikan sikap dan
perilaku yang lebih positif. Selain itu, Videon25 beranggapan bahwa
keterlibatan ayah dalam kehidupan remaja akan mempengaruhi mereka dalam hubungannya
dengan teman sebaya dan prestasi disekolah, serta membantu remaja dalam
mengembangkan pengendalian dan penyesuaian diri dalam lingkungannya. 21Ibid,.
h. 107. 22Dedy Susanto., Keterlibatan ayah dalam pengasuhan, kemampuan coping
dan resiliensi remaja. Jurnal Sains Dan Praktik Psikologi Magister Psikologi
UMM, (2013), ISSN: 2303-2936 Vol. I (2), 101 – 113. 23 Ibid. 24 Ibid. 25 Ibid.
10 Remaja yang hidup tanpa ayah, lebih cenderung memilih teman yang menyimpang,
mengalami kesulitan bergaul dengan remaja lain, mengalami masalah dengan teman
sebaya, menjadi lebih agresif, terlibat dalam perilaku kriminal atau melakukan
kejahatan, memiliki, menggunakan, atau mendistribusikan alkohol atau
obat-obatan, dan terlibat dalam seks bebas (Crouter, dkk dalam Susanto)26 .
Dari beberapa penelitian dan kajian-kajian mengenai peran ayah dalam
perkembangan anak, peneliti tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam
bagaimana pengaruh peran ayah dalam membangun determinasi diri remaja,
mengingat determinasi diri merupakan salah satu aspek psikologis yang penting
bagi perkembangan manusia.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana tingkat
peran ayah pada remaja?
1.2.2 Bagaimana tingkat
determinasi diri pada remaja?
1.2.3 Bagaimana pengaruh peran ayah terhadap determinasi diri?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui tingkat peran ayah pada remaja
1.3.2 Mengetahui tingkat determinasi diri pada remaja
1.3.3 Mengetahui pengaruh peran ayah terhadap determinasi diri
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Secara teoritis, manfaat penelitian ini untuk menambah kajian
keilmuan mengenai peran ayah dalam perkembangan anak, khususnya pada
determinasi diri remaja. Mengingat juga bahwa kajian mengenai peran ayah dalam
perkembangan anak masih sangat sedikit jika dibandingkan dengan kajian mengenai
peran ibu.
1.4.2
Secara praktis, manfaat penelitian ini untuk membuka wawasan masyarakat bahwa
sama seperti ibu, ayah juga mempunyai peran yang besar dalam mendukung
perkembangan anak dan remaja. Penelitian ini juga bermanfaat untuk membantu
remaja mengembangkan determinasi diri melalui fungsi keluarga yang optimal,
terutama fungsi peran ayah dalam keluarga.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Pengaruh peran ayah (fathering) terhadap determinasi diri (self determination) pada remaja kelas X di SMAN 3 Malang." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
1 comment:
nike shoes for men
ray ban sunglasses online
adidas outlet
air jordan 11
chrome hearts
longchamp handbags
kobe 9
nike air max
asics running shoes
kyrie 4
Post a Comment