Abstract
INDONESIA:
Perilaku aggresive driving banyak dilakukan oleh pengendara motor, salah satunya pengendara motor usia remaja yang di indikasikan dengan mayoritas korban kecelakaan terbanyak yakni pada pengendara remaja. Pengendara yang agresif menunjukkan perilaku berkendara yang cenderung melanggar lalu lintas jalan raya, dan ketidakmampuan untuk mengelola emosi secara baik di jalan seperti membentak pengendara lain, mengklakson,mengikuti mobil di depannya,berduel dengan pengendara lain, sehingga emosinya mudah meledak pada saat di jalan hal ini menunjukkan pengendara tidak memiliki kematangan emosi. Dalam proses berkendara mahasiswa membutuhkan kemampuan yang lebih untuk mengelola emosi, kognitif. Pengendara juga dituntut untuk memiliki kematangan emosi agar mampu menghadapi situasi-situasi yang tak terduga di jalan raya. persepsi resiko adalah penilaian subjektif tentang terjadinya suatu kecelakaan dan seberapa besar perhatian individu akan konsekuensinya.Untuk memahami resiko mencakup evaluasi probabilitas serta konsekuensi dari hasil negatif.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dan korelasional. dengan kematangan emosi dan persepsi risiko kecelakaan sebagai variabel bebas, serta aggressive driving sebagai variabel terikat. Sampel dalam penelitian adalah 150 mahasiswa, dari populasi sebanyak 150 pengendara motor Universitas Islam Negeri Malang yang mengendarai lebih dari satu tahun. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data menggunakan skala Likert. Analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kematangan emosi pengendara motor di UIN Maliki Malang berada pada kategori tinggi dengan nilai sebesar 70% (105 orang), yang berada pada kategori sedang sebesar 28,7,2% (43 orang), dan pada kategori rendah sebesar 1,3% (2 orang). Tingkat persepsi resiko kecelakaan pengendara motor di UIN Maliki Malang yang paling tinggi berada pada kategori sedang dengan nilai sebesar 52,7% (79 orang), sedangkan pengendara motor di UIN Maliki Malang yang berada pada kategori sedang sebesar 41,3% (62 orang), dan pada kategori rendah sebesar 6,0% (9 orang). Tingkat aggressive driving pengendara motor di UIN Maliki Malang yang paling tinggi berada pada kategori tinggi dengan nilai sebesar 14,7% (22 orang), sedangkan aggressive driving pengendara motor di UIN Maliki Malang yang berada pada kategori sedang sebesar 26,0% (39 orang), dan pada kategori rendah sebesar 59,3% (89 orang).
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, terdapat korelasi negatif yang signifikan antara Kematangan emosi dengan aggressive driving, dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0.471dan p = 0,000 (p < 0,05). Artinya, semakin tinggi kematangan emosi semakin rendah aggressive driving. Sebaliknya, semakin rendah kematangan emosi maka semakin tinggi aggressive driving.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, terdapat korelasi negatif yang signifikan antara persepsi risiko kecelakaan dengan aggressive driving Korelasi antara persepsi risiko kecelakaan dengan aggressive driving sebesar -0,58 dan p= 0,000 (p < 0,05). Artinya semakin tinggi persepsi risiko kecelakaan makin semakin rendah aggressive driving. Sebaliknya semakin rendah persepsi risiko kecelakaan maka semakin tinggi aggressive driving.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan, terdapat korelasi positif yang signifikan antara kematangan emosi dengan persepsi risiko kecelakaan sebesar 0,6. Artinya semakin tinggi kematangan emosi maka semakin tinggi persepsi risiko kecelakaan. Sebaliknya semakin rendah kematangan emosi maka semakin rendah persepsi risiko kecelakaan.
Dari hasil uji analisa dengan menggunakan analisis regresi berganda didapatkan hasil nilai menunjukkan besarnya hubungan antara variabel Kematangan emosi dan persepsi resiko kecelakaan jika dikorelasikan secara bersama-sama dengan variabel Aggressive Driving akan menghasilkan korelasi sebesar 0,557. Angka R Square (koefisien determinasi) sebesar 0,310 atau sama dengan 31%. Ini berarti bahwa sumbangan efektif (R2 x 100%) yang diberikan Kematangan Emosi dan Persepsi Resiko Kecelakaan dengan Aggressive Driving sebesar 31%, sedangkan sisanya yaitu 69% (100%-69%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor penyebab lainnya.
ENGLISH:
Aggressive driving behavior carried out by motorcycle riders, one of them is biker teens who indicated the majority of the most accident victims in juvenile rider. Aggressive riders who exhibit behaviors that tend to violate driving highway traffic , and the inability to manage emotions both on the road as other motorists yell , honk , following the car in front of him , duel with other riders , so the explosive emotions when on the road this shows the rider does not have the emotional maturity . In the process of driving more students need the ability to manage emotions, cognitive. Motorists are also in demand to have the emotional maturity to be able to deal with situations unforeseen highway .perception of risk is a subjective assessment of the occurrence of an accident and how much individual attention will it consequences. For understand the risks include the evaluation of the probability and consequences of negative results.
This study used a descriptive and correlation research design with emotional maturity and risk perception of accidents as independent variables, as well as aggressive driving as the dependent variable. The sample was 150 students, out of a population of some 150 motorcyclists State Islamic University of Malang who drove more than one year. Sampling was done by purposive sampling technique. Methods of data collection using a Likert scale. Analysis of data using multiple linear regression analysis.
The results showed the emotional maturity level of a motorist in UIN Maliki at the high category with a value of 70% (105 people), which are in the category of 28,7,2% (43 people), and in the low category of 1,3% (2). Perceived level of risk of accidents bikers in UIN Maliki highest in middle category with a value of 52.7% (79 persons ), while the motorist at UIN Maliki who are in the category of 41.3% (62 people), and in the low category of 6.0% (9 people). The level of aggressive driving motorist UIN Maliki highest at the high category with a value of 14.7% (22 persons) , while the motorist aggressive driving in UIN Maliki Malang in middle category by 26.0% (39 people) , and the low category was 59.3% (89 people) .
Based on the data analysis, there is a significant negative correlation between Emotional maturity with aggressive driving, with a correlation coefficient of -0.471 dan p = 0.000 (p < 0.05). That is, the higher of the emotional maturity, the lower of aggressive driving. Conversely, the lower of the emotional maturity, the higher of aggressive driving.
Based on the data analysis, there is a significant negative correlation between the perception of the risk of accidents with aggressive driving correlation between the perception of risk of accidents with aggressive driving at -0.58 and p = 0,000 ( p < 0.05 ). This means that the higher the risk of accidents, the lower of aggressive driving. Conversely the lower the perceived risk of an accident, the higher the aggressive driving.
Based on the data analysis, there were significant positive correlations between the emotional maturity of 0.6 accident risk perception. This means that the higher the emotional maturity, the higher the perception of the risk of accidents. Conversely the lower the emotional maturity, the lower the perception of risk of accidents.
From the test results of an analysis using multiple regression analysis showed values indicate the magnitude of the relationship between variables Emotional maturity and perception of risk of accident if correlated together with Aggressive Driving variables will result in a correlation of 0.557. Figures R Square (coefficient of determination) of 0.310 or equal to 31%. This means that the effective contribution given Emotional Maturity and Risk Perception with Aggressive Driving Accidents by 31 %, while the remaining 69 % can be explained by factors other causes.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Kecelakaan lalu lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.
Kecelakaan lalu lintas jalan raya merupakan permasalahan yang semakin lama
menjadi semakin majemuk dan semakin serius. Hal ini dapat dilihat dengan adanya
peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas dari setiap tahunnya. Kecelakaan lalu
lintas di jalan raya melibatkan kendaraan bermotor seperti, mobil, angkutan,
truk, bus dan sepeda motor. Namun yang mendominasi angka kecelakaan lalu lintas
yaitu sepeda motor. Berdasarkan data kepolisian LAKA POLRESTA Malang.
Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan sepeda motor masih menjadi penyumbang
tertinggi kasus kecelakaan di wilayah hukum Polres Malang Kota. Berdasarkan
data kecelakaan Sat Lantas Polres Malang Kota sepanjang tahun 2013 ini telah
terjadi 158 kasus kecelakaan ( hingga bulan September ) di wilayah Malang Kota.
(http://satlantasmalangkota.com/2013/10/07/sepeda-motorsumbang-angka-tertinggi-kecelakaan-malang-kota)
Kecelakaan lalu lintas pada pengendara motor disebabkan semakin hari semakin
bertambah pengguna sepeda motor, karena motor di Indonesia merupakan tipe
kendaraan yang relatif mudah dan strategis dibandingkan dengan kendaraan
lainnya dan harga terjangkau sehingga motor dapat dimiliki siapapun, sehingga
banyak orang yang memilih alat transportasi sepeda motor untuk alat
transportasi sehari-harinya. Kondisi ini membawa peningkatan pengguna sepeda
motor, bahkan ke tingkat lebih tinggi dari pada yang dijumpai di negara maju.
Hal ini membuat banyak pengguna jalan raya yang 2 didominasi oleh motor di
kota-kota, sehingga mengakibatkan banyak permasalahan seperti kemacetan dan
kecelakaan lalu lintas. Banyaknya kasus kecelakaan yang mengakibatkan motor
disebabkan karena padatnya kendaraan yang melintas di jalan raya. Kebutuhan
akses transportasi pribadi yang semakin banyak, serta mayoritas seorang yang
bekerja, sekolah, dan aktivitas lainnya di kota besar memilih menggunakan motor
untuk menunjang kegiatannya sehari-hari, karena biaya yang terjangkau. Selain
motor dapat mempermudah digunakan sebagai alat transportasi. Motor juga dapat
memicu kemacetan lalu lintas di kota apabila terlalu padat. Tidak hanya dikota
besar saja kemacetan lalu lintas yang terjadi di kota Malang saat ini sering
terjadi kemacetan lalu lintas. Hal ini berdampak pada perilaku pengendara,
yakni perilaku pengendara yang tidak mematuhi peraturan lalu lintas seperti
melanggar lampu merah, menyalip dengan kasar, tidak mematuhi rambu-rambu lalu
lintas jalan. Kecelakaan lalu lintas yang melibatkan pengendara sepeda motor
dapat terjadi di jalan yang lurus, tikungan, dan persimpangan jalan, tidak
jarang kecelakaan yang terjadi didahului dengan pelanggaran peraturan lalu
Iintas.
Sebagai contoh adalah pengendara sepeda motor yang memacu motornya
di atas batas kecepatan yang diperbolehkan, sehingga akhirnya bertabrakan
dengan kendaraan lain di depannya. Persimpangan jalan merupakan lokasi dimana
kemungkinan terjadinya kecelakaan cukup tinggi. Alasannya adalah pada
persimpangan, pemotongan arus jalan tidak dapat dihindari. Persimpangan jalan merupakan
daerah konflik dimana pertemuan 3 atau perpotongan jalan terjadi. Apabila
seorang pengendara akan melalui sebuah persimpangan, maka individu harus
memotong setidaknya satu arus lalu lintas. Hal-hal seperti inilah yang membuat
kecelakaan sering terjadi. Meskipun di persimpangan tersebut sudah dilengkapi
dengan lampu lalu lintas dan rambu-rambu lainnya, kecelakaan tetap mungkin
terjadi. Tasca (2000) menyatakan perilaku pengendara motor tersebut termasuk
kedalam pengendara motor agresif atau dapat juga disebut dengan aggressive
driving. Suatu perilaku pengendara dikatakan agresif bila dilakukan dengan
sengaja, cenderung meningkatkan risiko tabrakan dan dimotivasi oleh
ketidaksabaran, kekesalan, permusuhan, dan atau upaya menghemat waktu. Perilaku
aggresive driving banyak dilakukan oleh pengendara motor, salah satunya
pengendara motor usia remaja yang di indikasikan dengan mayoritas korban
kecelakaan terbanyak yakni pada pengendara usia remaja. Perilaku aggressive
driving tidak selamanya berujung selamat, karena berdasarkan data yang telah
diuraikan, terbukti banyak sekali kecelakaan lalu lintas yang disebabkan oleh
perilaku aggressive driving. Usia yang banyak menjadi korban kecelakaan lalu
lintas terbanyak yakni di bawah 25 Tahun. Hal ini menunjukan bahwa usia
produktif adalah usia yang rawan saat berkendara. Pada usia tersebut apakah
seseorang sudah mampu mengontrol dan mengendalikan emosi di jalan raya dalam
situasi tertentu sehingga tidak banyak menjadi korban kecelakaan. Dan pada usia
4 produktif perilaku agresif mengemudinya tinggi sehingga banyak terjadi kasus
kecelakaan. Disiplin pada setiap remaja itu terbentuk dari pola kehidupannya
sehari-hari dan tak lepas dari faktor lingkungannya. Termasuk disiplin remaja
dalam berlalu lintas itu banyak yang dipengaruhi oleh faktor kematangan emosi
remaja itu sendiri. Masih banyak terdapat remaja-remaja yang belum matang
secara emosional yang mengakibatkan dirinya berperilaku tidak sesuai dengan
usianya dengan suka tidak mentaati peraturan lalu lintas. Hal ini mengakibatkan
remaja-remaja ini banyak yang melampiaskan rasa emosionalnya di jalanan dengan
berkendara secara ugal-ugalan atau mengikuti balap liar di jalan raya. Lalu
banyak juga kasus kecelakaan yang disebabkan pengguna jalannya tidak sabar
dalam menghadapi situasi jalanan yang penuh sesak. Kasus semacam inilah yang
mengakibatkan angka kecelakaan selalu naik dalam setiap tahunnya dan di
dominasi oleh kalangan pelajar dan mahasiswa atau seusia remaja. Jadi, ketika
kematangan emosi seorang remaja sudah dikatakan matang atau sesuai dengan
usianya, maka dia akan cenderung berperilaku sesuai dengan norma atau aturan
yang berlaku.
Termasuk dalam aturan-aturan disiplin berlalu lintas. Remaja yang
sudah matang secara emosi akan berperilaku disiplin dalam berlalu lintas.
Namun, jika remaja tersebut belum matang secara emosi, maka dia akan cenderung
mudah “meledakkan” emosinya dimanapun dia berada termasuk jika berada di
jalanan. Dengan demikian remaja tersebut juga akan kesulitan berperilaku
disiplin sesuai 5 aturan-aturan yang berlaku seperti aturan-aturan atau tata
cara disiplin berlalu lintas. Tasca (2000) menyatakan pengendara yang agresif
menunjukkan ketidakmampuan untuk mengelola emosi secara baik, sehingga emosinya
mudah meledak pada saat di jalan. Hal yang dihadapi pengendara agresif pada
saat di jalan seperti pada saat macet pengendara agresif akan merasa kesal dan
akan melampiaskan dengan bentuk mengklakson pengendara di depannya. Perilaku
aggressive driving dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi faktor kepribadian individu berhubungan dengan cara
pemikiran, emosi, otak individu tidak dapat lagi memproduksi sejumlah endorgin
yang memberikan perasaan nyaman. Faktor eksternal meliputi faktor keluarga,
lingkungan teman sebaya. Faktor internal aggressive driving yakni cara berfikir
dan emosi, hal ini berarti jika tidak mampu menahan emosinya maka individu
dikatakan belum matang emosinya, Piaget (dalam Dariyo, 2003), mendefinisikan
bahwa kematangan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol dan
mengendalikan emosinya secara baik, dalam hal ini orang yang emosinya sudah
matang tidak cepat terpengaruh oleh rangsangan atau stimulus baik dari dalam
maupun dari luar pribadinya. Berdasarkan apa yang diungkapkan Piaget tersebut, berarti
kematangan emosi adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol dan mengendalikan
emosinya. Jadi perilaku seseorang yang mampu mengontrol dan mengendalikan
emosinya pada saat berkendara merupakan orang yang 6 tidak agresif dalam
berkendara, namun sebaliknya jika seseorang tidak mampu mengontrol dan
mengendalikan emosinya maka orang tersebut masuk dalam kategori aggressive
driving. Sjoberg, Moen, & Rundmo (2004) menjelaskan persepsi risiko adalah
penilaian subjektif dari kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan dan seberapa
besar perhatian individu akan konsekuensinya. Dalam mengambil keputusan untuk
melanggar lalu lintas, pengendara dipengaruhi persepsi risikonya apabila
menjalankan tindakan tersebut.
Umumnya pengendara tidak akan mengambil keputusan untuk melakukan
suatu tindakan yang dipersepsi sebagai berisiko tinggi, bahkan sangat tinggi
sehingga akan berdampak pada terancamnya keselamatan diri sendiri dan orang
lain. Namun tidak jarang pula persepsi mereka salah. Pengendarapengendara
tersebut mempersepsi risiko yang lebih kecil dari pada risiko yang sebenarnya.
Akibatnya pengendara mengambil keputusan yang berisiko tinggi sehingga dapat
membahayakan keselamatan. Selain itu remaja yang tergolong remaja akhir
berdasarkan perkembangan kognitif menurut Piaget, remaja tergolong dalam
kelompok operasional formal, dimana memiliki kemampuan berfikir abstrak dan
hipotesis, yaitu mampu memikirkan sesuatu yang akan atau mungkin terjadi
(Desmita, 2003: 64). Remaja akhir termasuk ke dalam kelompok tahapan perkembangan
operasional formal, dimana pada tahap pemikiran operasional formal awal remaja
memiliki kemampuan bernalar dan pada tahap operasional 7 akhir sudah dapat
mengujikan hasil penalarannya terhadap realitas (Santrock, 2003: 134).
Berdasarkan survey dilapangan peneliti menemukan beberapa mahasiswa UIN Malang
sering melanggar lalu lintas dan mengememudikan kendaraannya dengan kecepatan
tinggi di area kampus, bentuk pelanggaran lalu lintas yaitu menerobos rambu-
rambu jalan searah yang seharusnya tidak boleh dilewati di tikungan dan
pertigaan.
Dan berdasarkan informasi dari salah satu mahasiswa UIN Malang
bahwa di area kampus sering terjadi kecelakaan akibat kecerobohan yang diawali
dengan pelanggaran lalu lintas. Kemudian peneliti melakukan pengamatan di
perempatan di dekat fakultas psikologi dan didapatkan data pengamatan selama 20
menit pengendara yang melaju dengan kecepatan tinggi sebanyak 32 pengendara.
Ditambah lagi berdasarkan wawancara dengan salah satu mahasiswa UIN Malang
jurusan Matematika menuturkan sebagaimana berikut : Saya menerobos rambu-rambu
yang seharusnya gak boleh dilewati di pertigaan, biar cepat sampai di area
parkir dan biasanya saya jarang menggunakan helm. Soalnya jarak kos ke kampus
dekat dan ada rambu-rambu lagian juga gak ada yang marahin. Kan gak terlalu
berbahaya kalo melanggar rambu-rambunya gak mungkin kecelakaan (wawancara
dengan pengendara motor di uin jurusan biologi pada tanggal 5 maret 2014 pukul
09.15 WIB) Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan oleh Utami, (2010) di UIN
Jakarta hal serupa juga dijumpai dan hasil penelitian tersebut, diperoleh hasil
bahwa mayoritas pengendara di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki persepsi
risiko kecelakaan yang tinggi. Hal ini disebabkan kemampuan berfikir abstak
remaja dimana mereka sudah mampu memikirkan sesuatu yang 8 akan mungkin terjadi
serta memikirkan akibat jangka panjang dari perilaku mereka. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Muhas, (2013) tentang hubungan keatangan emosi
dengan aggressive driving yang dilakukan pada mahasiswa UMM Malang, memiliki
kematangan emosi yang tinggi. Hal ini disebabkan kemampuan mengelola emosi
remaja dengan baik. Berangkat dari fenomena di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan pentingnya memiliki kematangan emosi dan persepsi risiko kecelakaan
bagi Pengendara motor dalam melakukan aktifitas berkendara dalam kehidupan
sehari-hari. Dari latar belakang yang telah disebutkan peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI, DAN PERSEPSI RISIKO
KECELAKAAN DENGAN AGGRESSIVE DRIVING PADA PENGENDARA MOTOR DI UIN MALANG”
B.
Perbatasan
dan Rumusan Masalah
Adapun perbatasan dalam
penelitian ini adalah:
1. Kematangan emosi yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol dan
mengendalikan emosinya secara baik dan suatu perasaan yang merangsang perubahan
fisiologis dan psikologis merubah suatu keadaan yang menyebabkan timbulnya
suatu perilaku berdasarkan pada pertimbangan yang teratur.
2. Persepsi risiko kecelakaan dalam penelitian ini adalah penilaian
subjektif tentang terjadinya suatu kecelakaan dan seberapa besar perhatian
individu akan konsekuensinya. Untuk
memahami risiko mencakup evaluasi probabilitas serta konsekuensi dari hasil
negatif.
3. Aggressive driving dalam
penelitian ini adalah perilaku mengemudi yang dilakukan secara sengaja,
cenderung meningkatkan risiko tabrakan dan dimotivasi oleh ketidaksabaran,
kekesalan, permusuhan, dan upaya untuk menghemat waktu.
4. Pengendara motor yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pengendara motor yang berstatus sebagai
mahasiswa UIN Malang Malang, yang memiliki motor yang digunakan dalam aktifitas
sehari-harinya.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat kematangan emosi pada pengendara motor di UIN
Maliki Malang? 2. Bagaimana tingkat persepsi risiko kecelakaan pada pengendara
motor di UIN Maliki Malang?
3. Bagaimana tingkat aggressive driving pada para pada pengendara
motor di UIN Maliki Malang?
4. Apakah ada hubungan
antara kematangan emosi dan persepsi risiko kecelakaan dengan aggressive
driving pada pengendara motor di UIN Maliki Malang apakah ada hubungan antara
kematangan emosi dan persepsi risiko kecelakaan dengan aggressive driving pada
pengendara motor di UIN Maliki Malang.
D. Tujuan penelitian
Dilihat dari pemetaan masalah di atas, penelitian ini ditujukan
untuk mengungkap:
1. Untuk mengetahui kematangan emosi pada pengendara motor di UIN
Maliki Malang. 2. Untuk mengetahui persepsi risiko kecelakaan pada pengendara
motor di UIN Maliki Malang. 3. Untuk mengetahui aggressive driving pada pengendara
motor di UIN Maliki Malang. 4. Untuk membuktikan apakah ada hubungan antara
kematangan emosi dan persepsi risiko kecelakaan dengan aggressive driving pada
pengendara motor di UIN Maliki Malang.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, hasil penelitian ini
diharapkan memberikan sumbangan yang berarti bagi khasanah perkembangan ilmu
psikologi. Khususnya psikologi perkembangan pada dewasa awal dan psikologi
mengemudi (driving psychology).
2.
Manfaat praktis Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan kepada peneliti selanjutnya, yang ingin meneliti tentang
aggresive driving dan kematangan emosi, risiko kecelakaan pengendara sepeda
motor. 11 karena hal itu penting untuk diteliti mengingat semakin hari semakin bertambah
pengendara motor dan risiko kecelakaan yang tinggi.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" : Hubungan kematangan emosi dan persepsi risiko kecelakaan dengan aggressive driving pada pengendara motor di UIN Maliki Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
No comments:
Post a Comment