Abstract
INDONESIA:
Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan pola asuh demokratis dengan disiplin siswa di MA. Islamiyah Syafi'iyah. Disiplin adalah cara bagaimana seorang anak dapat menerima peraturan yang telah di berikan oleh orang tua, guru, dan lingkungan sekitarnya dan mematuhi norma-norma yang telah ditentukan. Sedangkan pola asuh demokratis adalah gaya pengasuhan yang membimbing dan mengarahkan, disini orang tua mengedepankan interaksi antara orang tua dan anak dalam mengambil keputusan.
Dalam Penelitian Ini mengambil subyek remaja yang bersekolah di MA. Islamiyah Syafi'iyah. Penelitian kuantitatif ini dalam metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan menyebarkan angket yang terdiri dari 16 aitem pola asuh demokratis dan 48 aitem disiplin. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 88 siswa. Tehnik analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah tehnik product-moment.
Dari hasil analisis penelitian didapatkan hasil sebagai berikut: pada variabel pola asuh demokratis menghasilkan 79 siswa (89,77%) memiliki pola asuh demokratis yang tinggi, 9 siswa (10,22%) memiliki pola asuh demokratis sedang, dan 0 siswa (0%) memiliki pola asuh demokratis yang rendah. Sedangkan pada variabel disiplin menghasilkan 79 siswa (89,77%) yang melakukan disiplin tinggi, 9 siswa (10,22%) yang melakukan disiplin sedang, dan 0 siswa (0%) yang melakukan disiplin rendah. Hasil penelitian kedua variabel diatas (pola asuh demokratis dan disiplin) yaitu r = 0,635 ; dengan p = 0,000 < 0,05. Berdasarkan analisa data diperoleh hipotesis Ha di terima yaitu adanya hubungan yang positif pola asuh demokratis dengan disiplin siswa di MA Islamiyah Syafi'iyah Paiton Probolinggo, H0 ditolak yaitu tidak adanya hubungan yang positif pola asuh dengan disiplin siswa MA Islamiyah Syafi'iyah Paiton Probolinggo.
ENGLISH:
This research aims to find the The relationship of authoritative parenting with students discipline in MA IslamaniyahSyafi`yah. Disciplin is the way how children can receive the regulation or rules that have been given by the parents, teachers and surrounding environment and comply with the norms which have been determined. While authoritative parenting is a style of parenting that guiding and directing, here, parents put forward interaction between parents and children in making decision.
This research takes the subject of students in MA. IslamiyahSyafiiyah. This qualitative research in data collection method used is by distributing questionnaires which consist of 16 item of democratic parenting and 48 item of discipline. The number of respondents in this research is 88 students. Data analysis techniques used is product-moment.
From the analysis of the research show the following results: the variable authoritative parenting produces 79 students (89,77%) have high authoritative parenting, 9 students (10,22%) have moderate authoritative parenting, and no student (0%) have low democratic parenting. While in variable discipline produces 79 students (89,77%) who perform high discipline, 9 students (10,22%) who perform moderate discipline, and no student (0%) who perform low discipline. The result of both variables above (democratic parenting and discipline) is r= 0,635, with p= 0,000< 0,05. Based on analysis of data obtained hypothesis Ha accepted that there is a positive relationship between autoritatif parenting and students discipline in MA IslamiyahSyafi`iyahPaitonProbolinggo, Ho rejected that there is no positive relationship between authoritative parenting and students discipline in MA Islamiyah Syafi`iyah Paiton Probolinggo.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Fenomena perilaku remaja yang bersifat negatif
banyak ditemukan di lingkungan masyarakat, Pemberitaan di media masa hampir
setiap saat menayangkan kasus-kasus mengenai perilaku negatif remaja.
Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional, sebagian besar korban penyalah
gunaan narkoba berusia 15-25 tahun. Data lain mengungkap jumlah pengguna HIV dikalangar
remaja berusia dibawah 20 tahun. (Rahman, 2008: 71). Fenomena yang marak
terjadi dikalangan remaja saat ini kasus mencontek yang baru-baru ini terkuak
seperti menampar wajah pendidikan di indonesia saat ini, seorang guru yang
notabennya adalah memberikan contoh yang baik kepada murid-muridnya, ini malah
menyuruh muridnya yang paling pinter dikelas untuk memberikan contekan kepada
teman-temannya dan mirisnya lagi masyarakat sekitar mendukung adanya tersebut
menurut Muhaimin Azzel (dalam Susianto, 2014:63). Pada masa ini masa remaja
sangat rentang, masa dimana anak tidak lagi dianggap sebagai anak kecil dan
belum juga dikatakan dewasa, bisa juga dikatakan masa pertentangan dan
perubahan fisik, cara berfikir dan lain-lain (Darajat, 1975: 25). Definisi
mengenai remaja tidak hanya melibatkan pertimbangan mengenai usia namun juga
mengenai sosio-historis. Mengenai pandangan invensionis, dengan
mempertimbangkan konteks sosio-historis, mendefinisikan masa remaja
(adolescence) sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan
sosio-emosional. Rentang waktu remaja berlangsung kirakira dari 13 tahun sampai
16 tahun atau sampai 18 tahun masa remaja akhir yaitu usia matang secara hukum
(Hurlock, 1980:206). Penelitian ini mengambil background disalah satu desa pada
sebuah Kecamatan yang berada di Probolinggo, di sebuah desa tempat keluarga
penulis berasal. Peneliti ini mengambil disalah satu sekolah di desa tersebut
dimana terdapat fenomena banyaknya siswa yang melakukan pelanggaran sekolah.
Observasi yang dilakukan penulis di MA. Islamiyah Syafi'iyah merupakan salah
satu lembaga di bawah naungan Yayasan Islamiyah Syafi'iayah yang menerapkan
konsep kedisiplinan, yang mana hal tersebut bisa dilihat dari kebijakan yang
terkait pada aturan dalam tata tertib siswa yang terpampang di dinding sekolah.
Adapun fenomena yang terjadi di MA. Islamiyah Syafi'iyah adalah pada proses
pembelajaran berlangsung terlihat ada siswa/siswi yang terlambat, tidur di
dalam kelas, mengobrol dengan teman sebangkunya disaat guru menerangkan dan
membuang sampah sembarangan pada waktu istirahat (Observasi, 20 November,
2014). Untuk meyakini fenomena yang terjadi penulis melakukan wawancara pra
penelitian kepada guru di sekolah tersebut, dan didapatkan hasil bernama Bapak
Anton (nama disamarkan) yang sudah lima tahun menjabat menjadi kesiswaan
disekolah. Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru MA. Islamiyah
Syafi'iyah, diketahui bahwa para siswa terkadang tidak disiplin dalam mematuhi
aturan-aturan disekolah terutama peraturan yang berkaitan dengan kegiatan
belajar mengajar (KBM), hal ini membuat kegiatan belajar mengajar tidak
maksimal, ini semua dapat diketahui dari hasil observasi ketika kegiatan belajar
mengajar berlangsung (KBM) masih ada saja siswa yangtidur didalam kelas, siswa
berbicara dengan teman sebangkunya disaat guru sedang menerangkan. Adapun
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa disekolah antara lain: ada
saja siswa yang terlambat datang kesekolah, tidak mengerjakan tugastugas yang
diberikan oleh guru, tidak mengenakan atribut sekolah, tidur saat KBM
berlangsung, terlambat masuk sekolah. Adapun salah satu contoh tata tertip
disekolah tersebut adalah siswa datang 30 menit sebelum pelajaran dimulai, jika
siswa terlambat masuk kesekolah wajib melaporkan diri ke guru piket disekolah
(Wawancara, 20 November, 2014). Data di atas sesuai yang dikemukakan oleh
Subroto (dalam Rido dkk, 2013: 21) yaitu salah satu contoh peraturan tata tertib
siswa/pelajar adalah: a) siswa wajib datang sepuluh menit sebelum pelajaran
dimulai, b) siswa yang terlambat harus mintak izin masuk yang di tandatangani
guru piket, c) siswa wajib membayar SPP paling lambat tanggal sepuluh tiap
bulan, d) pada waktu jam kosong siswa harus tenang di dalam kelas tidak boleh
membuat gaduh, e) pada waktu istirahat siswa dilarang meninggalkan halaman
sekolah, siswa yang melanggar tata tertib dikenakan sanksi.
Fenomena-fenomena tersebut memperlihatkan
bahwa perilaku negatif remaja terjadi akibat ketidak disiplinan remaja.
Disiplin secara mendasar mengacu pada perinsip bahwa setiap organisme pada
tingkat tertentu belajar mengendalikan dirinya agar selaras dengan
kekuatan-kekuatan di sekitar lingkungannya yang dialaminya (Haris dalam Widodo,
2013:142). Jelasnya disiplin adalah bagian dari perilaku positif, keteraturan,
tanggung jawab, yang harus diajarkan sejak dini dan orang tualah yang
bertanggung jawab mengajari membentuk disiplin pada anak-anak mereka sejak
dini. Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan sebelum penelitian
dilakukan menunjukkan bahwa dengan memiliki kedisiplinan, anak diharapkan dapat
berperilaku sesuai standar yang ditetapkan oleh kelompok mereka. Untuk memenuhi
harapan ini maka disiplin harus memenuhi empat unsur pokok, antara lain:
peraturan sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan tersebut dan
cara yang digunakan untuk mengajarkan dan memaksakannya, hukuman untuk
pelanggaan peraturan dan penghargaan untuk perilaku yang baik yang sejalan dengan
peraturan yang berlaku (Hurlock, 1990:84). Bernhard (dalam Shochib, 1998:3)
menyatakan bahwa Tujuan disiplin diri adalah mengupayakan minat anak dan
mengembangkan anak menjadi manusia yang baik, yang akan menjadi sahabat,
tetangga dan warga negara yang baik. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan di
indonesia adalah pembinaan dan mengembangan kepribadian secara utuh dan
terintegrasi, hal ini merupakan tanggung jawab orang tua, sejalan dengan
pernyataan harian kompas mengatakan keluarga merupakan lembaga yang paling
penting dalam membentuk kepribadian putra-putrinya.
Kamus besar bahasa indonesia
menyebutkan "Keluarga" : ibu bapak dan anak-anaknya yang sangat
mendasar dimasyarakat. Keluarga merupakan institusi terkecil dudalam masyarakat
yang berfungsi sebagai wahana untuk mewujutkan kehidupan yang tentaran aman,
damai dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang (Mufidah.2008:37).
Keluarga merupakan bagian paling penting dalam jaringan sosial anak, sebab
keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak dan orang pertama yang
menanamkan dasar moral dan nilai-nilai yang ada. Oleh karena itu hubungan anak
dan orang tua merupakan hubungan yang lama dan berkesinambungan, sehingga
diharapkan hubungan yang muncul adalah hubungan yang positif antara anak dengan
orang tua (Hurlock, 1978: 200). Banyak faktor di dalam keluarga yang ikut
berpengaruh dalam perkembangan kepribadian anak, salah satunya adalah pola asuh
orang tua. Pola asuh orang tua merupakan suatu gambaran tentang sikap dan
perilaku anak dalam berintraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan
pengasuhan. Bumrid menambahkan bahwa pola asuh merupakan kontrol orang tua
parental kontrol (Santrock.2007:257). Atkinson, dan Hilgard (1983) yang
menyatakan bahwa dalam masa remaja, nilai dan standart moral orang tua dianggap
penting oleh remaja. Remaja yang sedang mencari identitas diri memutuskan apa
yang penting dan patut dikerjakan salah satunya dengan mencontoh nilai dari
orang tua, jika orang tua tidak menerapkan nilai-nilai tertentu pada anak, maka
besar kemungkinan anak akan berlaku seenaknya (dalam Budisetiyani, 2014: 346).
Pentingnya peran orang tua terhadap perkembangan anak, apalagi ketika anak
sudah berada di tahap remaja, karena pada masa inilah anak mencari identitas
dirinya dan banyak sekali perubahan yang terjadi pada dirinya dari perubahan
fisik sampai perubahan emosinya.
Dengan adanya perubahan inilah jelas
akan banyak masalah yang akan dialami oleh anak. Eisenberg, dkk (dalam Laura,
2000: 176 ) mengemukakan bahwa anak yang baik dan bermoral cenderung tumbuh
menjadi orang yang dewasa yang baik dan memiiki moral. disini orang tua yang
menerapkan pengasuhan yang hangat dan mendukung anak, memberikan hukuman ketika
anak benar-benar salah, menggunakan disiplin induktif, memberikan kesempatan
kepada anak dalam mempelajari dan memahami perasaan oranglain, melibatkan anak
dalam pengambilan keputusan, yang bersangkutan dengan urusan keluarga,
memberikan informasi kepada anak tentang perilaku yang diharapkan dan
memberikan alasan membangun moralitas internal alih-alih eksternal. Adapun tiga
tipe pola pengasuhan yang di kemukakan oleh Diana Bumrind (dalam, Desmita,
2013: 144) yaitu pengasuhan otoritarian , pengasuhan otoritatif, pengasuhan
yang Permisif. Peneliti disini ingin membahas tentang pola asuh demokratis
orang tua, yang mana pola pengasuhan ini melakukan pengawasan yang ekstra ketat
terhadap tingkahlaku anak-anak, tetapi mereka juga bersifat responsif untuk
menghargai dan menghormati pemikiran, serta mengikut sertakan anak dalam
mengambil keputusan (Desmita, 2013:144).
Pola pengasuhan demokratis, dimana
orang tua menyeimbangkan hak antara orang tua dan anak, memberikan bimbingan
dan arahan kepada anak dan lain-lain. Adapun penelitian yang didapat dari
penelitian yang dilakukan Ridho illahi, Syahniar, Indra Ibrahim yang berjudul
"Faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran disiplin siswa dan
implikasinya terhadap layanan bimbingan konseling" berdasarkan analisa
statistik deskriptif, diperoleh keterangan menegnai faktor yang mempengaruhi
pelanggaran disiplin siswa yang terdiri dari dua aspek yaitu faktor internal
dan eksterna. Adapun faktor internal yang mempengaruhi pelanggaran disiplin
siswa adalah kondisi psikologis memiliki rata-rata 3,09 dan 62,6% kondisi
jasmani rata-rata 2,03 dan 40,9%. faktor eksternal yang mempengaruhi
pelanggaran disiplin adalah sekolah rata-rata 3,06 dan 61,6%, dan keluarga
rata-rata 2,98 dan 59,7% dan masyarakat rata-rata 2,98 dan 58,7% (Ridho, 2013:
22). Penelitian di atas menjelaskan salah satu faktor yang menyebapkan adanya
pelanggaran disiplin adalah keluarga yang termasuk dalam salah satu penyebapkan
adanya pelanggaran disiplin adalah gaya pengasuhan yang dilakukan orang tua
untuk mendidik putra-putrinya. Berdasarkan pendapat para tokoh, fenomena
dilapangan dan fenomena yang terdapat pada peneliti sebelumnya yang telah
dipaparkan maka dari itu peneliti ingin mengadakan penelitian tentang
kedisiplinan pada anak usia remaja dengan judul "Hubungan Pola Asuh
Demokratis Orang Tua dengan Disiplin siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Sumberanyar
Paiton Probolinggo".
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat pola asuh
demokratis pada siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo?
2. Bagaimana tingkat disiplinan
siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo?
3. Apakah ada hubungan pola asuh
demokratis dengan disiplin siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo?
C. Tujuan Masalah
1. Agar mengetahui tingkat pola asuh
demokratis pada siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo
2. Agar mengetahui tingkat disiplin siswa di
MA Islamiyah Syafiiyah Paiton, Probolinggo
3. Agar mengetahui hubungan pola asuh
demokratis dengan disiplin siswa di MA Islamiyah Syafiiyah Paiton Probolinggo.
D. Manfaat Penelitian
ini diharapkan bermanfaat baik secara teoritis
maupun praktis:
1.
Secara
teoritis,
penelitian ini diharapkan
membantu memberikan sumbangan terhadap keilmuan dalam bidang psikologi
perkembangan dan psikologi sosial.
2.
Secara
Praktis
Penelitian ini diharapkan berguna bagi: a.
Pihak sekolah Dengan adanya penelitian ini diharapkan pihak sekolah menjadikan
ini sebuah informasi penting dan memberikan sebuah pemahaman mengenai
pentingnya peran guru dalam perkembangan kepribadian siswa. b. Orang Tua
Penelitian ini diharapkan memberikan solusi untuk mengurangi perilaku
menyimpang membentik kedisiplinan yang benar dengan memperhatikan penerapan
pola asuh yang efektif. c. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan
landasan bagi peneliti untuk memperdalam pemahaman tentang pola asuh dan
kedisiplinan.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan pola asuh demokratis dengan disiplin siswa di MA Islamiyah Syafi'iyah Paiton Probolinggo" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
2 comments:
michael kors outlet
ysl handbags
yeezy shoes
adidas nmd
adidas shoes
nba jerseys
adidas iniki
nike air max 270
converse outlet
oakley sunglasses
nike flyknit trainer
adidas iniki runner
off white clothing
lacoste online shop
balenciaga
air max 2018
irving shoes
nike mercurial
pandora bracelet
lebron 15 shoes
Post a Comment