Abstract
INDONESIA:
Perilaku seseorang atau suatu kelompok dapat dilihat oleh orang lain, terlebih lagi ketika ada suatu hal yang berbeda pasti akan menarik perhatian bagi siapa saja yang melihat dan mengetahuinya. Sama halnya fenomena yang ada pada salah satu UKM di UIN Maliki Malang yaitu Resimen Mahasiswa. Selain kedisiplinan dan kekompakan ada pula aspek komitmen pada jiwa korsa yang melekat pada diri mereka sehingga terlihat sedemikian. Dengan demikian munculah beberapa pertanyaan yang menarik untuk diteliti yaitu: (1) Bagaimanakah kondisi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang? (2) Bagaimana proses terbentuknya aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang? (3) Faktor apa saja yang ada dalam aspek komitmen pada jiwa korsa pada Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang? (4) Bagaimana dinamika aspek komitmen pada jiwa korsa pada Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang?
Penelitian ini bertujuan untuk dapat: (1) Untuk mendeskripsikan kondisi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang. (2) Untuk memetakan proses aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang. (3) Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang. (4) Untuk menemukaN dinamika aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Pengumpulan data dengan menggunakan observasi dan wawancara serta didukung dengan dokumentasi ketika observasi. Wawancara dengan responden dari anggota UKM Resimen Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dinamika aspek komitmen pada jiwa korsa resimen mahasiswa ini dalam kondisi: (1) Kondisi aspek komitmen jiwa korsa menwa pada saat ini dalam kondisi yang rendah. Hal itu dapat dilihat dari adanya anggota yang dikeluarkan karena ketidak aktifannya dalam kegiatan. (2) Tingkat komitmen pada anggota berbeda-beda ada yang tinggi, sedang dan rendah, tidak semua senior memiliki komitmen yang tinggi semua itu tergantung dengan kondisi dan kepribadia tiap anggota. Untuk proses terbentuknya aspek komitmen: (1) Terbentuknya aspek komitmen pada jiwa melalui tahapan yang panjang, yaitu mulai dari awal masuk mendaftar untuk menjadi anggota hingga ia diterima menjadi anggota. Hal itu seperti ketahanan dalam seleksi, kedisiplinan, ketaatan dalam peraturan dan lain sebagainya. (2) Pembentukan komitmen dalam jiwa korsa dimasukkan melalui doktrin-doktrin yang diberikan seniornya. (3) Dalam proses pembentukan jiwa korsa ada yang lolos dan ada yang tidak hal itu dapat dilihat dari adanya anggota yang mengundurkan diri. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi aspek komitmen pada jiwa korsa yaitu berupa faktor internal maupun eksternal: (1) Internal: rasa tidak percaya diri yang rendah/memiliki mental yang rendah, tidak memiliki kemampuan untuk berorganisasi. (2) Eksternal: pengaruh orang lain yang notabene bukanlah anggota menwa. Dinamika aspek komitmen: (1) Untuk mendapatkan anggota yang berkomitmen perlu adanya reward untuk menstimulus anggota agar ia memaksimalkan pengabdiannya kepada anggota. (2) Tantangan- tantangan seperti pendidikan-pendidikan, mental dirinya akan pengaruh orang lain harus dihadapi anggota menwa untuk membuktikan bahwasanya ia memiliki komitmen yang tinggi dalam organisasi. (3) Etos kerja adalah dasar yang harus dijadikan landasan bekerja dalam organisasi karena setiap organisasi memiliki kebiasaan cara bekerja yang berbeda-beda.
ENGLISH:
The behavior of a person or a group can be viewed by others, especially when there is a different matter will surely attract the attention for anyone who saw and knew. Similar phenomena exist in one of the organitation in the UIN Maliki Malang that is Student Regiment. In addition to discipline and cohesiveness of some aspects of the corps spirit of commitment attached to them so it looks that way. That’s way comes the some interesting questions to be investigated are: (1) How is the condition of the commitment aspect of the corps spirit Student Regiment at UIN Maliki? (2) What aspects of the process of the formation of corps spirit of commitment to the Regiment Students at UIN Maliki? (3) What factors in the aspect of the corps spirit of commitment to the Regiment Students at UIN Maliki? (4) How does the dynamic aspects of the corps spirit of commitment to the Regiment Students at UIN Maliki?.
This study aims to: (1) To describe the condition of the commitment aspect of the corps spirit Student Regiment at UIN Maliki. (2) To map the commitment aspect of the corps spirit Student Regiment at UIN Maliki. (3) To analyze the factors that influence the commitment aspect of the corps spirit Student Regiment at UIN Maliki. (4) To find the dynamic aspects of the corps spirit of commitment to the Regiment Students at UIN Maliki.
In this study, researchers used qualitative research methods. Collecting data using observation and interviews, supported by documentation when observation. Interviews with respondents from members of Regiment Students UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Based on the results of this study concluded that the dynamic aspects of regimental corps spirit of commitment to these students in the state: (1) Conditions aspects regiment corps spirit of commitment at this point in a low condition. It can be seen from the members who were excluded because of lack in activity. (2) The level of commitment of the different members there are high, medium and low, not all seniors have a high commitment of all it depends on the condition and personality each member. Commitment to the process of formation aspects: (1) formation of the commitment aspect of the soul through the long stages, starting from the initial entrance sign up to become a member until he was accepted as a member. It was like robustness in the selection, discipline, adherence to regulations and so forth. (2) Establishment of the corps spirit of commitment inserted through the doctrines given senior. (3) In the process of the formation of corps spirit there that there is no escape and it can be seen from the members who resigned. There are several factors that influence the commitment aspect of the corps spirit in the form of internal and external factors: (1) Internal: insecurity is low / low mentally, does not have the ability to organize. (2) External: the influence of other people that in fact is not a member of regiment. Dynamics aspects of commitment: (1) For members who are committed to stimulate the need for rewards members for him to maximize his service to the members. (2) The challenges such as education-education, mentally he will influence others to be faced member to regiment proved that he has a high commitment in the organization. (3) Work ethic is the foundation that must be used as the basis to work in the organization because every organization has a habit of working way different.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Fenomena
Di era sekarang semua elemen
masyarakat selalu menggemborgemborkan dengan suatu perubahan. Dari masyarakat
tingkat menengah kebawah hingga menengah keatas. Perubahan dalam kehidupan,
perubahan dalam perusahaan, organisasi hingga perubahan pada sistem
pemerintahan. Tidak dipungkiri juga para pemuda, mereka ingin merubah kehidupan
mereka menjadi lebih baik dengan mengenyam pendidikan hingga tingkat tertinggi.
Seperti yang kita ketahui, saaat ini pendidikan tertinggi yaitu ada di bangku
perkuliahan. Dimana seseorang menyandang status sebagai mahasiswa dalam
perguruan tinggi. Saat inilah mind set seseorang akan berubah, bahwasanya
mereka berharap dan akan mengalami perubahan yang baik dan terjamin untuk
kehidupan kedepannya. Perubahan yang ada itupun nantinya dapat berpengaruh bagi
dirinya sendiri dan orang lain termasuk dengan keluarganya, bahkan dengan
bangsa dan negara. Untuk mencapai perubahan itu bisa didapatkan melalui dengan
belajar pada mata kuliah yang diajarkan dan dipelajari selama duduk di bangku
kuliah. Belajar tidak harus berkutat dengan buku, mata pelajaran/kuliah, tugas,
presentasi, guru ataupun dosen akan tetapi belajar pun bisa didapatkan diluar
kelas, seperti halnya mengikuti ekstra kurikuler. Salah satunya yaitu 1 2
mengikuti organisasi-organisasi mahasiswa yang tersedia baik di dalam dan di
luar kampus.
Organisasi dalam tingkat perguruan tinggi terbagi menjadi dua,
yaitu (OMEK) Organisasi Mahasiswa ekstra Kampus dan (OMIK) Organisasi Mahasiswa
Intra Kampus (Pedoman Umum Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan 6:2012). OMEK
berkedudukan di luar kampus dan sedangkan OMIK berkedudukan di dalam kampus
yang berada dibawah naungan perguruan tinggi, lebih tepatnya yaitu dibawah
pembinaan bagian kemahasiswaan. Dalam berorganisasi dapat menunjang keaktifan
status mahasiswa yang tengah disandang dan juga dapat menggali dan meningkatkan
potensi dan kreatifitas mahasiswa. Hingga sampailah mahasiswa dapat meraih
potensi dan kreatifitas yang dimilikinya. Dari ada menjadi tidak ada ataupun
ada tetapi belum tergali dan terus dipupuk maka timbullah hasil, itulah
perubahan. Hal ini berkaca pada pernyataan yang selalu didengungkan yaitu,
bahwasanya mahasiswa adalah agent of change, agen perubahan. Yang dimaksudkan
yaitu sosok yang dapat mengemban tugas untuk membawa dan memberikan sumbangsih
baik tenaga maupun pikiran pada masyarakat agar mengarah pada perkembangan yang
lebih baik. Organisasi Mahasiswa Intra Kampus (OMIK) diselanggarakan
berdasarkan status dan peraturan perundangan yang berlaku dengan prinsip dari,
oleh dan untuk mahasiswa dengan memberikan peranan dan keleluasan lebih besar
kepada mahasiswa. Di Univesitas Islam Negeri (UIN) Maulana 3 Malik Ibrahim
Malang tujuan adanya OMIK sendiri yang pertama, sebagai wadah untuk menyiapkan
mahasiswa menjadi civitas akademika dan anggota masyarakat yang memiliki
kedalaman spiritual, keluhuran akhlak, keluasan ilmu dan kematangan profesional
yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan teknologi
dan seni. Kedua, untuk mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi, seni dan minat-bakat untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat
serta memperkaya kebudayaan nasional yang bernuansa islami dan berwawasan
kebangsaan (Pedoman Umum Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan, 2012). Disini
peneliti akan membahas tentang organisasi kemahasiswaan bidang khusus, yaitu
Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa (MENWA). UKM sendiri adalah
sebagai pelaksana spesifik kegiatan dan pengembangan minat-bakat dan profesi
kemahasiswaan (Pedoman Umum Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan, 2012). Menwa
adalah salah satu komponen cadangan nasional untuk mempertahankan negara
sebagai perwujudan sistem pertahanan dan keamanan rakyat (Sishankamrata),
(Pedoman Umum Pembinaan Organisasi Kemahasiswaan Bidang Khusus 39:2012). Menwa
bermarkas di perguruan tinggi dan beranggotakan para mahasiswa yang
berkedudukan di kampus tersebut. Anggota menwa pada setiap kampus membentuk
satuan sebagai salah satu unit kegiatan kemahasiswaan. Dalam resimen mahasiswa
diajarkan jiwa korsa, yaitu suatu rasa senasib sepenanggungan.
Dalam jiwa korsa terdapat
rasa kebersamaan, 4 kesetiakawanan, loyalitas, dan lain sebagainya. Jiwa korsa
pada resimen mahasiswa ditanamkan dari awal, yaitu semenjak sebelum ia sah
menjadi anggota menwa, atau yang disebut dengan Calon Resimen Mahasiswa
(CAMEN). Peneliti mengangkat penelitian ini berdasarkan fenomena yang ada dan
terjadi pada saat ini. Pada saat lalu, pada masa period 2012 menwa UIN Maliki
malang mengeluarkan sebuah surat keputusan yang berisi tentang pemberhentian
anggota. Dalam surat tersebut terdapat dua anggota yang tercantum didalamnya.
Pimpinan menwa mengeluarkan SK pemberhentian anggota dikarenakan yang
bersangkutan tidak aktif dalam kegiatan menwa. keaktifan anggota dalam
organisasi adalah suatu kunci untuk memupuk rasa tanggung jawab dan sebagai
wujud rasa komitmen terhadap organisasi. Apalagi menwa yang dikenal sebagai
organisasi yang menjunjung nilai-nilai jiwa korsa yang didalamnya terdapat
komitmen. Tidak hanya fenomena di menwa UIN Malang saja akan tetapi ada pula
seperti kasus penyerangan di lapas cebongan yang dilakukan anggota Kopassus dan
penyerangan dan perusakan di Polres OKU yang dilakukan personil TNI-AD dari
Batalyon Armed. Tetapi kasus penyerangan di Polres OKU tidak sebesar kasus di
Lapas cebongan. Dalam kasus perusakan di Polres OKU tidak ada korban jiwa akan
tetapi terdapat kerugian material yang diakibatkan dari penyerangan tersebut.
Sedangkan kejadian di Lapas Cebongan mengakibatkan korban jiwa seorang nara
pidana yang diketahui 5 adalah seorang preman di wilayah jogya yang selalu meresahkan
masyarakat yogya. Seperti yang kita ketahui saat ini tidak asing kata atau
istilah jiwa korsa setelah melejitnya kasus Tragedi penyerangan lapas di
Cebongan Sleman. Hal ini sudah terkuak bahwa pelakunya adalah oknum anggota
Kopassus. Dalam kasus ini ada 12 anggota Grup 2 Kopassus Kandang Manjangan
Sukoharjo yang terlibat. Kopassus adalah singkatan dari Komando Pasukan Khusus.
Kopasus adalah salah satu pasukan elit yang dimiliki Tentara Republik Indonesia
(TNI) yaitu Tentara Republik Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD), (Yulianto,
Ahmad.2013). Kasus itu cukup menggemparkan seantero negeri. Tidak hanya di
Indonesia, bahkan berita ini menjadi sorotan dunia internasional. Hal ini
dikarenakan aksi tersebut dinilai termasuk pelanggaraan HAM berat. maka para petinggi
TNI pun banyak memberikan komentar. Penyerangan yang diduga merupakan buntut
dari peristiwa pembunuhan Serda Heru Santoso di Hugo’s cafe Jogja yang
dilakukan sekelompok preman tersebut dipicu jiwa korsa yang dimiliki oleh
sesama anggota TNI. Sama halnya dengan apa yang terjadi pada resimen mahasiswa
pada saat ini. Jiwa korsa pun diterapkan pada resimen mahasiswa, disitulah
kebersamaan antar anggota digembleng. Tiap tahun kekuatan dalam jiwa korsa pada
anggota dan pada tiap angkatan berbeda-beda, terkadang meningkat terkadang
menurun bahkan mungkin tetap sama. Semakin besar 6 jiwa korsa yang ada dalam
diri anggota maka semakin kuat dan kokoh pula organisasinya. Tiap-tiap anggota
memiliki karakter sifat yang berbeda-beda, ada yang selalu kosisten dengan apa
yang sudah menjadi keputusannnya ada pula yang tidak, bahkan yang konsisten
sekalipun terkadang ada kegoyahan dalam diri mereka. Karena kegoyahan tersebut
dapat terjadi kepudaran dalam rasa jiwa korsa ayang ada dalam tiap-tiap
anggota. Maka dari itu sangat diperlukan sekali yang namanya komitmen. Komitmen
adalah salah satu fondasi agar jiwa korsa tetap ada dalam anggota. Tiap anggota
menwa harus memiliki komitmen yang tinggi. Ada pula anggota yang tidak memiliki
komitmen maka ia harus dikeluarkan dari keanggotaan karena yang dibutuhkan
dalam menwa adalah jiwa korsa yang selalu diterapkan dan ditanamkan dari awal
kali menjadi anggota. Jiwa korsa di perkenalkan oleh Naopoleon Bonaparte dalam
sebuah perang, dimana dia menekankan bahwa dalam sebuah pasukan harus ada rasa
yang kuat untuk saling membantu, melindungi, menjaga, dan membela kehormatan
sesama anngota pasukan. Jiwa korsa itu mengajarkan rasa kesetiakawanan, rasa
solidaritas, dan loyalitas yang tinggi. Akan tetapi, penerapan jiwa korsa
tersebut perlu diimbangi dengan pembinaan dari pimpinan.
Korsa dilakukan dengan
tujuan di dalam pertempuran jangan sampai prajurit meninggalkan teman yang
tertembak (Malau, srihandriatmo.2013). 7 Saat mahasiswa menjadi seorang
personil/anggota menwa, maka secara otomatis dia menceburkan diri dan
beradaptasi dengan prinsip-prinsip hidup yang sangat kental dengan nuansa semi
militer seperti yang diketahui oleh hal layak. Salah satu penanda bahwa sistem
sosial khas menwa ini sukses adalah ketika personil/ anggota menwa dapat
menunjukkan esprit de corps, alias solidaritas korps. Parameter buat mengukur
sikap korsa dalam menwa tidak cukup hanya mengandalkan selalu bersama saja.
Akan tetapi ia harus terampil dan harus memiliki kebanggaan tergabung dalam
sebuah kesatuan. Jiwa korsa dapat mempengaruhi kepribadian seseorang, seperti
kebiasaan, cara kehidupannya dalam sehari-hari. Pribadi seseorang dapat berubah
seiring dengan berjalannya kebiasaan dalam kehidupan anggota resimen mahahiswa.
Perubahan psikologis dari anggota resimen mahasiswa yaitu dimana diawal tidak
saling kenal dan tidak adanya keterikatan antara satu dengan yang lain menjadi
dekat. Hal ini dirasakan oleh anggota resimen mahasiswa karena adanya ikatan
kekeluargaan yang timbul dengan sendirinya karena adanya kohesivitas,
kebersamaan, gotong royong, kesetiaan loyalitas komitmen yang kuat dan rasa
senasip sepenanggungan itu sendiri. Komitmen sangat dibutuhkan dalam suatu
kelompok. Tanpa adanya komitmen maka kelompok atau organisasi tersebut tidak
akan solid dan cendeerung mudah terpecah. Hal itu dapat terjadi karena tidak
adanya persepsi dan tujuan yang sama dalam satu kelompok atau organisasi.
Adapun menurut Blau dan & Boal (dalam Knoop, 1995) menyebutkan komitmen 8
organisasional sebagai keberpihakan dan loyalitas karyawan tehadap organisasi
dan tujuan organisasi. Orang yang memiliki komitmen pada hubungan sangat
mungkin untuk tetap mersama demi tujuan bersama. Seseorang akan tetap dalam
suatu hubungan kelompok atau organisasi karena adanya suatu ketertarikan tau daya
tarik antar individu sebagai patner atau rekan kerja. Komitmen juga dipengaruhi
oleh investasi yang ditanamkan individu dalam membentuk hubungan (Rusbult,
1980, 1983). Investasi itu antara lain waktu, energy, uang, keterlibatan
emosional, pengalaman kebersamaan, dan pengorbanan untuk patner. (Shelley
Taylor. 2009:351). Untuk menunjang suatu komitmen anggota agar rasa jiwa
korsanya pun semakin besar maka perlu adanya suatu motivasi agar anggota dalam
organisasi dapat menghasilkan suatu hasil kerja yang maksimal. Motivasi kerja
adalah suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk
melakukan serangkaian yang mengarah ketercapainya tujuan tertentu.
(Munandar,2001:323) Menurut maslow dalam teori tata tingkat kebutuhan dalam
teori motivasi isi, ia berpendapaat bahwa kondisi manusia berada dalam kondisi
mengejar yang bersinambung. Jika satu kebutuhan dipenuhi, langsung kebutuhan
tersebut diganti oleh kebutuhan yang lainnya (Munandar,2001:326). Selain adanya
komitmen yang perlu ditanamkan dengan adanya motivasi maka dapat dijadikan
sebagai penunjang semangat agar anggota menwa dapat lebih meningkatkan jiwa
korsa resimen mahasiswa. 9 Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi
dan wawancara mendalam kepada kelompok dalam subyek, yaitu resimen mahasiswa.
Peneliti juga melakukan observasi pra penelitian yang sesungguhnya. Hasil dari
observasi dan wawancara tersebut, dapat diketahui adanya perubahanperubahan
dalam diri anggota resimen mahasiswa setelah dididik dan dibina dalam
organisasi ini. Perubahan tersebut terjadi seiring dengan perjalanan mereka
dalam mengikuti setiap sela kegiatan dalam resimen mahasiswa. Salah satu yang
dapat merubah pribadi anggota/personil resimen mahasiswa adalah adanya jiwa
korsa. Untuk dapat mengetahui lebih mendalam maka peneliti mengambil judul
“Dinamika Aspek komitmen pada Jiwa Korsa Resimen Mahasiswa”: Studi Kasus di UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah kondisi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen
Mahasiswa di UIN Maliki Malang?
2. Bagaimana proses
terbentuknya aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki
Malang?
3. Faktor apa saja yang ada dalam aspek komitmen pada jiwa korsa
pada Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang?
4. Bagaimana dinamika aspek komitmen pada jiwa korsa pada Resimen
Mahasiswa di UIN Maliki Malang?
C. Fokus Penelitian
1. Fokus penelitian ini dengan subyek salah satu Unit Kegiatan
Mahasiswa bidang keahlian khusus yang ada di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang,
yaitu Resimen Mahasiswa (MENWA). Untuk materi pembahasannya Bagaimanakah
kondisi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang?
2. Bagaimana proses terbentuknya aspek komitmen pada jiwa korsa
Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang?
3. Faktor apa saja yang ada
dalam aspek komitmen pada jiwa korsa pada Resimen Mahasiswa di UIN Maliki
Malang?
4. Bagaimana dinamika aspek
komitmen pada jiwa korsa pada Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang? Judul
dari penelitian ini yaitu tentang Dinamika Aspek Komitmen pada Jiwa Korsa
Resimen Mahasiswa. Peneliti mengambil subyek dengan kriteria anggota yang telah
melalui masa pengabdian pada UKM Menwa lebih dari satu tahun masa pengabdian.
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan
kondisi aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang.
2. Untuk memetakan proses aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen
Mahasiswa di UIN Maliki Malang.
3. Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi aspek komitmen pada
jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang.
4. Untuk menemukan dinamika
aspek komitmen pada jiwa korsa Resimen Mahasiswa di UIN Maliki Malang.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Secara
teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat,
bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi sosial, psikologi
organisasi dan psikologi kepribadian. Serta pemahaman tentang aspek komitmen
jiwa korsa yang dapat menjadi salah satu faktor berubahnya pribadi seseorang.
2. Manfaat Praktis Sedangkan secara praktis,
penelitian ini diharapkan mampu memberikan wacana kepada pembaca tentang
Dinamika Aspek Jiwa Korsa pada anggota Resimen Mahasiswa UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang. Penelitian ini sebagai bentuk sosialisasi kepada mahasiswa
psikologi bahkan masyarakat umum sebagai pengetahuan terhadap jiwa korsa.
Sehingga tidak ada lagi kesalah fahaman akan makna jiwa korsa, yang selama ini
hanya mereka ketahui sekilas dari pemberitaan media berdasarkan fenomena yang
sedang melejit. Dengan adanya penelitian ini pula agar wawasan kita bertambah
tentang apa dan bagaimana yang dimaksud dengan aspek komitmen jiwa korsa dan
bagaimanakah penerapan jiwa korsa yang tepat, dan faktor dan strategi apa saja
yang digunakan untuk membentuk komitmen jiwa korsa 12 kedalam diri anggota
Resimen Mahasiswa Satuan 811 “Wira Cakti Yudha” UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang. F. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah peneliti serta pembaca
dikemudian hari peneliti memberikan susunan atau sistematika pembahasan hasil
penelitian. Bentuk penyusunan hasil penelitian ini dengan memberikan gambaran
sistematika pembahasan penelitian dari bab ke bab. Adapun perincian sitematika
pembahasan sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN Menjelaskan secara umum mengenai
latar belakang masalah, rumusan masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan sistematika penelitian. BAB II: LANDASAN TEORI Sebagai
landasan awal dalam penelitian yang membantu untuk melakukan analisis dan
menambah paparan data. Beberapa pokok teori yang dibahas antara lain aspek
komitmen dalam jiwa korsa, dinamika aspek komitmen dan kajian meurut pandangan
islam tentang komitmen. BAB III: METODE PENELITIAN Menjelaskan mengenai hal-hal
yang dapat mendukung dalam penyelesaian masalah, responden
penelitian,pendekatan dan jenis 13 penelitian, instrument penelitian, sumber
data, dan teknik pengumpulan data. BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab
ini menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh selama
dilapangan baik hasil wawancara maupun observasi. BAB V: PENUTUP Pada bab
terakhir ini akan memuat tentang kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan
yang dikemukakan berdasar dari hasil penelitian.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Dinamika aspek komitmen pada jiwa korsa resimen mahasiswa: Studi kasus di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment