Abstract
INDONESIA:
Dari beberapa peristiwa dan referensi yang ada, tidak dipungkiri lagi kenakalan remaja seperti tawuran dan tindakan bullying menjadi PR besar bagi dunia pendidikan khususnya sekolah untuk membuat siswa-siswinya memiliki rasa cinta kasih dan emapati terhadap sesama. Dalam bukunya Hurlock (1999 : 118) mengungkapkan bahwa empati adalah kemampuan seseorang untuk mengerti tentang perasaan dan emosi orang lain serta kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain. Kemampuan untuk empati ini mulai dapat dimiliki seseorang ketika menduduki masa akhir kanak-kanak awal (6 tahun), dengan demikian dapat dikatakan bahwa semua individu memiliki dasar kemampuan untuk dapat berempati dan hanya berbeda tingkat kedalaman dan cara mengaktualisasikannya. Penanaman rasa cinta kasih dan empati ini bisa dilakukan dalam proses belajar sehari-hari di dalam kelas maupun di luar kegiatan belajar mengajar di dalam kelas seperti ekstrakurikuler, salah satunya ekstrakurikuler pramuka.
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 7 Jember dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrakurikuler pramuka terhadap empati siswa siswi kelas VII SMP Negeri 7 Jember. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian studi hubungan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 48 orang peserta didik. Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik komunikasi tidak langsung dengan alat pengumpul data berupa Angket. Adapun pengolahan data menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana dengan bantuan komputer SPSS versi 16.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara kegiatan pendidikan kepramukaan terhadap empati siswa siswi sebesar 57,3 %. Tingkat kegiatan kepramukaan di SMP Negeri 7 Jember berada pada dalam kategori sedang yakni 67 % atau 32 orang. Sedangkan sisanya berada pada kategori tinggi yakni 19,5% atau 10 orang, dan kategori rendah sebesar 13,5 % atau 6 orang. Sedangkan pada Tingkat empati siswa siswi di SMP Negeri 7 Jember berada pada kategori sedang yaitu 67% atau 32 orang. Sedangkan sisanya berada pada kategori tinggi sebesar 19% atau 9 orang, dan kategori rendah yaitu 14 % atau 7 orang. Terdapat hubungan positif dan pengaruh yang signifikan antara ekstrakurikuler pramuka dengan empati siswa siswi. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien r yang positif sebesar 0.763 dengan p (0,000) < 0.05. Hal ini berarti hipotesis diterima.
ENGLISH:
Comes from some events and existing references, no doubt that juvenile delinquency and bullying be a great “Homework” in education sector, especially for school to make the students having a sense of love and empathy for others. Hurlock says in his book (1999: 118), that empathy is the ability to understand other people's feelings and emotions and the ability to imagine their self in the perspective of other people. This empathy ability can be have when occupying the end of early childhood (6 years), then, it can be said that all individuals have the basic ability to be able to empathize, in different levels of depth and how to actualize. Making a sense of compassion and empathy can be done in daily learning process in the classroom and outside the classroom such as extracurricular, one of it is extracurricular scout.
This research was conducted in SMP 7 Jember in order to determine the Influence of Scout toward Student’s Empathy of Junior High School 7 Jember. The method that used in this research is descriptive method with the form of research studies in the form of relationship. Participant for this research are 48 students. The data collection techniques that used by researchers is the technique of indirect communication with a data collection tool in the form of Questionnaire. The collecting data processing is using Simple Linear Regression Analysis with the help of SPSS version 16.
From the results of this research note that the results of the analysis of the data showed that there is influence between empathy educational activities scouting for students of 57.3%. The level of scouting activities in SMP 7 Jember is at the middle category of 67% or 32 people. Whereas the rest of the students are in the high category of 19.5% or 10 people, and low categories of 13.5% or 6 people. While the level of student’s emphaty in Junior High School 7 Jember in middle category is 67% or 32 people. Whereas the rest of the students are in the high category by 19% or 9 people, and low categories, namely 14% or 7 people. There is a positive relationship and significant relationship between extracurricular scout with student’s emphaty. This is indicated by a positive coefficient r of 0763 with p (0.000) <0.05. This means that the hypothesis is accepted.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Di zaman yang serba maju dan
keras ini konflik sudah jadi bagian dari hidup yang tidak mungkin dihindari
lagi oleh seluruh lapisan masyarakat. Konflik menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat termasuk bagi kalangan remaja dan pelajar. Salah satu konflik
dikalangan remaja dan pelajar yang menjadi perhatian semua golongan adalah
tingkat kekerasan dan kenakalan di kalangan pelajar. Meningkatnya tindak
kekerasan oleh pelajar baik terhadap teman sebayanya di lingkungan sekolahnya
maupun antar pelajar di luar lingkungan sekolah begitu menunjukkan betapa
kurangnya penanaman nilai-nilai dan norma-norma tentang empati terhadap sesama
dan kasih sayang antar teman sebaya. Banyaknya kasus perkelahian antar pelajar
dan tindakan bullying di lingkungan sekolah menjadi bukti bahwa tingkat
agresifitas pelajar semakin meningkat dan rasa empati terhadap sesama semakin
memudar. Di Indonesia sendiri, hasil penelitian Sejiwa tahun 2008 terhadap
sekitar 1.200 orang pelajar di Jakarta, Yogyakarta, dan Surabaya menunjukkan
angka kejadian bullying di SMA sebesar 67,9% dan SMP sebesar 66,1%
(Sejiwa,2010). Sementara itu Olweus (2003) mengungkapkan beberapa karakteristik
pelaku bullying, diantaranya adalah memiliki sikap positif terhadap kekerasan,
impilsif, ingin mendominasi orang lain dan kurang memiliki rasa empati. Hal
yang serupa juga diungkapkan 2 oleh lickona (2004) yang menyatakan bahwa
perilaku bullying dapat timbul akibat dari kurangnya rasa hormat dan empati di
antara sesama. Dari beberapa pendapat di atas dapat diketahui bahwa kurangnya
empati menjadi salah satu penyebab utama dari munculnya tindakan bullying di
kalangan pelajar. Batson dan Coke (Brigham, 1991) sendiri mendefinisikan empati
sebagai suatu keadaan emosional yang dimiliki oleh seseorang yang sesuai dengan
apa yang dirasakan oleh orang lain.
Kemampuan merasakan perasaan ini membuat seorang yang empati seolah
mengalami sendiri peristiwa yang dialami orang lain (Eisenberg dan Fabes,
1989). Pendapat senada juga dikemukakan oleh Koestner dan Franz (1990) yang
mengartikan empati sebagai kemampuan untuk menempatkan diri dalam perasaan atau
pikiran orang lain tanpa harus secara nyata terlibat dalam perasaan atau
tanggapan orang tersebut. Banyak sekali contoh bentuk empati dalam kehidupan
sehari-hari kita, contohnya memberikan masukan positif, memberikan pelayanan /
memudahkan orang lain, mengembangkan orang lain, menjaga kesopanan dalam
pergaulan, memahami aturan main yang berlaku, baik yang tertulis atau yang
tidak tertulis, dan lain-lain. Dalam Al-Quran, bentuk empati ini seperti
dilukiskan dalam surat Al-Maidah: 02 : وَتَعَاوَنُواْ
عَلَى الْبرِّ وَالتَّقْوَى ”Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa." 3 Dari
beberapa referensi yang ada, tidak dipungkiri lagi dua perkara dan di atas
merupakan PR besar bagi dunia pendidikan khususnya sekolah untuk membuat
siswa-siswinya memiliki rasa cinta kasih dan emapati terhadap sesama.
Penanaman rasa cinta kasih dan empati ini bisa dilakukan dalam
proses belajar sehari-hari di dalam kelas maupun di luar kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas seperti ekstrakurikuler. Banyak sekali bentuk
ekstrakurikuler di sekolah yang bisa menjadi wadah bagi para siswa-siswi untuk
berkreasi dan menyalurkan bakat minatnya. Tapi dari begitu banyaknya ekstrakurikuler
yang ada, tidak semuanya menonjolkan sisi penanaman nilai-nilai luhur tentang
kasih sayang dan empati terhadap sesama. Terlepas dari begitu banyaknya
kegiatan ekstrakurikuler, ada satu kegiatan ekstrakurikuler yang sedang menjadi
perhatian khusus dunia pendidikan indonesia yaitu kegiatan ekstrakurikuler
pramuka. Kegiatan ekstrakurikuler pramuka dijadikan kegiatan ekstrakurikuler
wajib dalam kurikulum baru 2013. Pramuka diwajibkan melalui peraturan menteri
pendidikan dan kebudayaan No.81 A tahun 2013 atau yang diperbarui tentang
kurikulum yang menyebutkan bahwa kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan
ekstrakurikuler wajib di pendidikan dasar, pendidikan menengah. Keputusan ini
tidak lain dan tidak bukan karena pramuka memliki tujuan untuk mendidik anak-anak
dan pemuda Indonesia dengan prinsip-prinsip dasar dan metode kepramukaan yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa
dan masyarakat Indonesia dan diharapkan mampu memberikan yang terbaik dalam
rangka pemberian karakter bangsa dan 4 penanaman nilai-nilai luhur kepada
siswa-siswi peserta didik, seperti rasa cinta kasih dan empati terhadap sesama.
Hal ini terbukti pada penelitian Anggriani (2013) yang meniliti tentang
pengaruh kegiatan kependidikan kepramukaan terhadap perilaku siswa, dimana
peneliti melakukan penelitian dengan menyebarkan anket pada 72 responden yaitu
siswa SMAN 1 Sungai Kakap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
antara kegiatan pendidikan kepramukaan terhadap perilaku peserta didik sebesar
41,4%. Contoh perilaku yang baik serta penanaman nilai-nilai luhur seperti
empati terhadap sesama inilah yang juga ingin ditanamkan pada siswa siswi di
SMP Negeri 7 Jember, dimana permasalahan tentang kenakalan remaja seperti
perkelahian antar pelajar dan tindakan bullying menjadi suatu hal yang tak bisa
dihindari lagi. Kasus perkelahian antar teman maupun dengan pelajar dari
sekolah lain juga sudah beberapa kali terjadi di SMP Negeri 7 Jember. Oleh
karena itu permasalahan ini juga menjadi pekerjaan rumah bersama bagi semua
pihak yang ada dilingkungan SMP Negeri 7 Jember.
Hal ini dikarenakan sudah menjadi tugas sekolah mencari pemecahan
masalah dan membantu siswa siswi menjadi pribadi yang lebih baik. Pada dasarnya
sekolah tak hanya sebagai tempat mencari ilmu, tapi juga tempat bagi siswa
siswi untuk mengembangkan diri mereka menjadi pribadi yang luhur dan lebih
baik. Berangkat dari pemikiran-pemikiran diatas serta keputusan baru tentang
pembatalan kurikulum 2013 oleh menteri pendidikan dan kebudayan yang baru, maka
penilitian tentang “Pengaruh Ekstrakurikuler Pramuka Terhadap Empati
Siswa-siswi SMP Negeri 7 Jember” dirasa perlu dilakukan. Hal ini 5 sebagai
salah satu bentuk pencarian problem solving atas segala permasalahan kenakalan
remaja yang terjadi di SMP Negeri 7 Jember, seperti perkelahian antar pelajar
dan tindakan bullying. Selain sebagai problem solving, penelitian ini juga
dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi sekolah untuk nantinya bisa
memutuskan untuk tidak mewajibkan atau mewajibkan kembali kegiatan
ekstrakurikuler pramuka di SMP Negeri 7 Jember. Pihak sekolah sepatutnya
mempertimbangkan kembali keputusan pembatalan kurikulum 2013 oleh menteri
pendidikan, dimana kegiatan ekstrakulikuler pramuka tidak menjadi
ekstrakulikuler wajib lagi di sebagian besar sekolah menengah pertama di
indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
Dari identifikasi masalah tersebut, maka permasalahan yang muncul
sekarang adalah:
1. Bagaimana kegiatan pramuka di SMP Negeri 7 Jember? 2. Bagaimana
empati siswa-siswi di SMP Negeri 7 Jember? 3. Bagaimana pengaruh kegiatan
Pramuka terhadap empati siswa-siswi di SMP Negeri 7 Jember?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan Pramuka di SMP Negeri 7
Jember 2. Untuk mengetahui bagaimana empati siswa-siswi di SMP Negeri 7 Jember
6 3. Untuk mengetahui Seberapa besar pengaruh kegiatan Pramuka terhadap empati
siswa-siswi di SMP Negeri 7 Jember
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis Manfaat teoritis yang diperoleh dari penelitian
ini bagi sekolah adalah sebagai bahan masukan dalam bidang pendidikan khususnya
menyangkut perkembangan rasa empati siswa dan sebagai bahan pertimbangan bagi
sekolah dalam memahami peran kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka dan
sebagainnya dalam membentuk karakter siswa dan menjadikan siswa menjadi pribadi
yang berempati terhadap sesama.
2. Manfaat Praktis a) Bagi Siswa Siswa siswi
dapat belajar tentang artinya kebersamaan dan berempati terhadap orang lain
sehingga tindakan kekerasan pelajar bisa diminimalisir dan dicegah. b) Bagi
Guru Guru dapat membimbing siswanya dalam berempati terhadap sesama, baik
terhadap teman sebaya, orang tua, keluarga dan orang-orang di sekitarnya.
DOWNLOAD
3 comments:
شركة نقل عفش بخميس مشيط
شركة نقل اثاث بخميس مشيط
نقل العفش بخميس مشيط
شركات نقل العفش بخميس مشيط
نقل اثاث بنجران
نقل عفش بنجران
شركة نقل عفش بنجران
شركة نقل اثاث بنجران
شركات نقل العفش بنجران
pusulabet
sex hattı
https://izmirkizlari.com
rulet siteleri
rexbet
XLJ8QF
https://saglamproxy.com
metin2 proxy
proxy satın al
knight online proxy
mobil proxy satın al
ZUREC
Post a Comment