Abstract
INDONESIA:
Kepuasan hidup ialah dimana seseorang menilai segala sesuatu kejadian dalam hidupnya yang telah dilalui maupun sedang dilalui, sehingga penelitian ini dikaitkan dengan kepuasan hidup pada mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang mana banyak sekali kasus kekerasan atau tidak menyenangkan yang dialami oleh para Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dan penelitin ini dilakukan di desa Arjowilangun yang mempunyai gejala sosial yang berbeda dengan desa-desa yang berada di sekitarnya terutama di kecamatan Kalipare, karena di desa Arjowilangun mayoritas penduduknya bekerja menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) sehingga banyak pula terdapat mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang berada didesa tersebut. Hal tersebut yang membuat peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian di desa tersebut dengan judul “Hubungan Kepuasan Kerja dengan Kepuasan Hidup pada mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di desa Arjowilangun”, dengan menggunakan metode kuantitatif serta ex post facto.
Pada penelitian ini terdapat 70 responden yang menjadi subjek penelitian yang diambil dari 10% populasi yang ada. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan bahwasanya tingkat kepuasan kerja pada mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) berada pada kategori tinggi dengan prosentase 91% dan kategori sedang dengan prosentase 9 %, serta pada variable kepuasan hidup terdapat 49% pada kategori tinggi, 40%pada kategori rendah dan 11% pada kategori sedang.
Hipotesis dari penelitian ini ialah adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan kepuasan hidup, dan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwasannya terdapat hubungan antara dua variable dengan nilai 0,588 dan nilai sig<0,05, sehingga variable kepuasan kerja berhubungan yang signifikan dengan variable kepuasan hidup.
ENGLISH:
Life satisfaction is something where a person's assess everything in his life events that have been passed or are being passed, so this study is associated with life satisfaction in the former ofIndonesian Workers (TKI) in which a lot of cases of violent or unpleasant had happened to the Indonesian Workers ( TKI), and this experiment is carried out in the village Arjowilangun that have different social phenomena with villages in the surrounding areas, especially in the Kalipare, because the majority of the population in the village Arjowilangun work became an Indonesian Workers (TKI) that many of them are former of Indonesian Workers (TKI). It makes researcher interested in conducting research in the village with the title " Life Satisfaction Relationship with Job Satisfaction in the former of Indonesian Workers (TKI) in the village of Arjowilangun ", by using quantitative methods as well as ex post facto.
In this study, there were 70 respondents, the subject of research were taken from the existing 10% of the population. From the research that has been done that the level of job satisfaction in the former Indonesian Workers (TKI) at high category with a percentage of 91% and the medium category with a percentage of 9%, as well as in variable of life satisfaction were 49% in the high category, 40% in the category Low and 11% in the medium category.
The hypothesis of this study was the relationship between job satisfaction and life satisfaction, and the results of research that has been done can be concluded that there was a relationship between two variables with a value of 0.588 and sig <0.05, so the job satisfaction variable were significantly associated with life satisfaction variable.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan perekonomian di beberapa negara tetangga khususnya di
ASEAN, sekarang ini memasuki persaingan yang begitu pesat dalam memasuki pasar
global yang telah di canangkan oleh beberapa Negara, Indonesia sendiri
mempunyai tugas yang cukup berat dalam menghadapi persaingan dalam pasar global
tersebut, dan Indonesia sendiri harus mempersiapkan matang-matang terutama pada
industri kecil menengah (Wiji, 2013). Pada dasarnya mempunyai usaha kecil
menengah maupun usaha kreatif dan pengelolaannya yang baik serta adanya usaha
untuk memaksimalkan kualitas-kualitas wirausaha maupun pemanfaatan Sumber Daya
Alam yang di barengi dengan Sumber Daya Manusia tentunya mampu mendorong
Indonesia dalam persaingan di pasar global yang dihadapi. Namun demikian
peningkatan wirausaha dirasa masih sangat sulit untuk dikembangkan di
Indonesia, hal tersebut dikarenakan adanya beberapa pengaruh diantaranya faktor
lingkungan seperti hubungan sosial, infrastruktur fisik dan institusional serta
faktor budaya, hal tersebut juga sesuai dengan pendapat Mullin (dalam Wijono,
2010:128) tentang beberpa faktor pekerjaan yaitu faktor pribadi, social,
budaya, organisasi dan lingkungan. 2 Lingkungan maupun budaya menjadi salah
satu faktor yang mempengaruhi sulitnya berkembang untuk berwirausaha, sehingga
timbulah pengangguran yang diakibatkan karena kurang adanya lapangan pekerjaan,
dengan demikian banyak dari beberapa orang untuk mencari penghasilan dengan
cara alternative yang lain, salah satunya yang terjadi di daerah kecamatan
Kalipare, desa Arjowilangun, yang beberapa warganya memilih bekerja menjadi
Tenaga Kerja Indonesia atau sering disebut sebagai TKI di Negara tetangga
(wawancara 1: 6 April 2015). Hal tersebut tentunya tidak lepas dari faktor
lingkungan maupun budaya di sekitar seperti halnya ketika seseorang melihat
saudaranya sukses menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) maka orang
tersebut secara tidak langsung akan timbul rasa untuk mengikuti jejak menjadi
seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) (Mullin dalam Wijono, 2010:128), di tambah
lagi dengan kurang adanya lapangan pekerjaan yang mampu menampung tenaga kerja,
selain itu keinginan seseorang untuk mencari penghasilan yang serba cepat dalam
menghasilkan uang menjadi suatu dorongan tersendiri dalam mempengaruhi
banyaknya warga untuk menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Meskipun
demikian TKI juga turut serta dalam pengurangan jumlah pengangguran di
Indonesia, disini juga mendapat dorongan langsung dari pemerintah melalui
Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2004 mengenai penempatan dan perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia, yang berbunyi “Penempatan Tenaga Kerja Indonesia di
luar negeri merupakan suatu upaya 3 untuk mewujudkan hak dan kesempatan yang
sama bagi tenaga kerja untuk memperoleh pekerjaan dan penghasilan yang layak,
yang pelaksanaanya dilakukan dengan tetap memperhatikan harkat, martabat, hak
asasi manusia dan perlindungan hukum serta pemerataan kesempatan kerja dan
penyediaan tenaga kerja yang sesuai dengan hukum sosial”.
Selain itu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) juga merupakan penyumbang
pendapatan Negara melalui devisa, sehingga seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
selain selalu memenuhi kebutuhan rumah tangga juga mampu bersumbangsih terhadap
Negara melalui pendapatan devisa (Hamidah, 2013:2). Desa Arjowilangun sendiri
menjadi tempat pilihan penelitian yang merupakan salah satu desa yang beberapa
warganya memilih bekerja sebagai seorang Tenaga Kerja Indonesia diluar negeri,
hal tersebut tentunya tidak lepas karena dirasa lebih menjanjikan dan lebih
instan dalam mendapatkan penghasilan dan tentunya di dukung akibat sulitnya
mencari pekerjaan/lapangan pekerjaan di kampong halaman sendiri, sehingga
bekerja di luar negeri menjadi salah satu alternative untuk mengurangi
pengangguran untuk sementara ini dengan tidak meninggalkan hak-hak seorang
tenaga kerja. Bekerja menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tentunya
akan mempengaruhi gaya hidup sebuah keluarga, tidak menjadi hal yang tabu
ketika seseorang mempunyai pekerjaan atau bekerja di luar negeri akan cepat
merubah perekonomian keluarga serta dapat merubah status sosial 4 sebuah
keluarga, namun demikian tidak hanya pada keluarga yang tingkat perekonomiannya
meningkat namun pada lingkungan daerahpun juga meningkat seperti pola hidup
yang lebih baik dan kesejahteraanpun lebih baik dari sebelumnya (Budijanto,
2013:108). Berbicara tentang kepuasan hidup sendiri yang dirasakan oleh Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) masih dirasa kurang karena masih banyak kasus yang
dialami oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI) seperti sakit dalam bekerja,
penganiayaan, majikan yang bermasalah, pelecehan seksual, gaji tidak dibayar
dll, PUSLITFO BNP2TKI sendiri mencatat terdapat 19.741 kasus dan dari penguduan
yang di data oleh Crisis Center ialah terdapat 14.505 pengaduan dari data
terakhir pada tahun 2013. Sehingga dari data tersebut peneliti merasa penasaran
dengan beberapa kasus tersebut, yang tentunya dari beberapa kasus tersebut
masih adakah rasa puas yang dialami oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI), dalam
pemenuhan kepuasan hidup sendiri tentunya tidak lepas dari namanya pekerjaan
karena memang suatu pekerjaan menjadi salah satu domain yang berkaitan dengan
kepuasan hidup (Diener et al.1999:278). Dari banyaknya warga yang ingin bekerja
menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tentunya tidak lepas dari kepuasan
seseorang sendiri terhadap suatu pekerjaan, karena menjadi seorang Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) banyak yang mendapatkan penghasilan yang menjanjikan, seperti
halnya menurut Mullin (dalam Wijono, 2010:128) faktor yang membuat seseorang
merasas puas terhadap pekerjaanya ialah salah satunya tentang 5 faktor ekonomi,
selain itu juga terdapat faktor lain diantaranya faktor sosial, budaya serta
lingkungan. Kepuasan kerja sendiri menurut Howell dan Dipboye (dalam Munandar,
2008:350) memandang kepuasan kerja sebagai keseluruhan dari derajat rasa suka
atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaanya.
Dengan kata lain kepuasan kerja mencerminkan sikap tenaga kerja terhadap
pekerjaanya, kepuasan kerja mempunyai faktor-faktor diantaranya ciri-ciri
pekerjaanya itu sendiri, penghasilan yang dirasa adil, penyeliaan, rekan-rekan
kerja sejawat, dan kondisi kerja yang menunjang. Bekerja di luar negeri memang
menjadi salah satu alternative dalam mencari pekerjaan, namun demikian bekerja
menjadi seorang
Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri (TKI) bukan suatu tujuan
utama ataupun harapan dari seorang tenaga kerja, karena bagaimanapun juga
bekerja di kampong halaman sendiri dirasa lebih nyaman dikarenakan selalu dekat
dengan keluarga/orang-orang terdekat (wawancara 2: 20 Mei 2015). Dari hasil
observasi yang dilakukan tentunya ketika berbicara puas ataupun tidak puas
terhadap pekerjaan yang didapat dari menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia di
luar negeri (TKI), tentunya masih merasa kurang puas karena jebutuhan akan
dekat dengan keluarga lebih utama dan ketenagan batin yang tetap di cari untuk
melalui kehidupan sehari-hari. Membuka usaha sendiri ataupun bekerja di kampong
halaman sendiri tentunya tetap menjadi salah satu impian yang belum terwujud
karena keterbatasan modal maupun sulitnya mencari lapangan pekerjaan, 6
sehingga menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri (TKI) juga
termasuk dalam usaha untuk mencari pengalaman kerja maupun mencari modal
tambahan, sehingga ketika sudah berada di Indonesia mampu membuat usaha sendiri
seperti halnya dengan penduduk desa Arjowilangun menjadi seorang Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) merupakan sebuah ladang untuk mencari modal hidup kedepannya
seperti mendirikan toko maupun modal untuk membangun rumah yang layak, karena
dengan menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) lebih mudah untuk memenuhi
kebutuhan tersebut namun demikian mereka tetap merasa puas terhadap segala
sesuatu yang telah mereka kerjakan selama menjadi seorang Tenaga Kerja
Indonesia di luar negeri (TKI) (wawancara 2: 20 Mei 2015). Namun demikian menjadi
seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tentunya tidak lepas dari faktor usia yang
terus bertambah, sehingga kebutuhan akan bekerja di kampong halamannya dirasa
sangat perlu karena kondisi fisik yang mulai tidak mendukung maupun kebutuhan
akan selalu dekat dengan keluarga, sehingga banyak mantan Tenaga kerja
Indonesia di luar negeri (TKI) memilih usaha sendiri di kampong halaman, dan
tidak bisa dipungkiri juga ketika kondisi dirumah menjadi sulit lagi mereka
akan kembali bekerja menjadi seorang Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri
(TKI) (wawancara 2: 20 Mei 2015),
hal tersebut juga sama
dengan yang di ulas oleh Herzberg et al (dalam Wijono, 2010:131) yang
mengungkapkan bahwasannya usia sangat mempengaruhi seseorang dalam bekerja,
ketika masa muda rasa itu akan bekerja besar dan biasanya waktu memasuki usia 7
lanjut mulai berkurang, namun demikian semakin matangnya usia seseorang maka
semakin dipercayanya seseorang dalam bekerja karena kualitas bekerja sudah
terbukti. Dari wawancara tersebut tentunya tidak lepas dari konteks seseorang
terhadap kepuasan dalam kehidupannya, karena kepuasan hidup merupakan
kesejahteraan psikologis secara umum atau kepuasan terhadap kehidupan secara
keseluruhan dan biasanya kepuasan hidup digunakan pada kesejahteraan psikologis
pada orang-orang dewasa lanjut (Santrock, 2002:250), dari ulasan tersebut
tentunya seseorang tidak hanya mencari kepuasan dalam bekerja namun juga
mencari kepuasan akan kehidupan secara menyeluruh. Selanjutnya ketika seseorang
kepuasan kerjanya sudah terpenuhi ataupun tinggi maka juga akan berpengaruh
terhadap kepuasan hidup seseorang, karena kepuasan hidup sendiri mencangkup
pendapatan, kesehatan, suatu gaya hidup yang aktif, serta jaringan ataupun
hubungan dengan keluarga dan kepuasan kerja sendiri mempunyai hubungan timbal
balik dengan kepuasan hidup (Davis 1985 dalam Sudiro, 2012) seperti halnya juga
dengan yang ada pada jurnal Ariati (2010:118) tentang adanya hubungan antara
kepuasan kerja terhadap kesejahteraan psikologis yang merupakan bagian dari
Subjective Well-Being. Selain itu menurut Bowling et el (2010:924) terdapat
hubungan yang sangan erat antara kepuasan kerja dengan Subjective Well-Being,
karena kepuasan kerja berhubungan dengan subtensi Subjective Well-Being salah
satu diantaranya ialah kepuasan hidup, 8 selain itu Subjective Well-Being juga
cenderung mempengaruhi kepuasan seseorang terhadap domain tertentu, domain
tersebut ialah kepuasan kerja. Seseorang yang merasa puas terhadap pekerjaanya
yang mencangkup dari beberapa faktor kepuasan kerja tentunya berkaitan erat
dengan kepuasan hidup seseorang karena kepuasan hidup merupakan evaluasi
individu secara kognitif terhadap keseluruhan hidupnya yang salah satunya
kepuasan dalam bekerja dan bekerja sendiri bertujuan untuk memenuhi segala
kebutuhan hidup sehari-hari (Diener, dalam Utami. 2009:144). Seperti halnya
seseorang yang merasa puas terhadap pekerjaannya dari berbagai aspek yang
mencangkup pekerjannya, tentunya akan berkesan dan membekas dalam area kognitif
seseorang sehingga suatu saat dapat di recall kembali dan menjadi
evaluasi/penilaian dalam kehidupan, yang tentunya seperti definisi kepuasan
hidup yaitu evaluasi kognitif terhadap pengalaman hidup individu. Sehingga
dalam penelitian ini juga ingin mengetahui adanya hubungan kepuasan kerja dengan
kepuasan hidup pada mantan Tenaga Kerja (Kepuasan kerja sebagai variabel bebas
dan kepuasan hidup sebagai variabel terikat), penelitian ini dirasa sangat
menarik karena banyak yang masih belum tahu tentang kehidupan seseorang mantan
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) melaui kepuasan kerja maupun kepuasan hidupnya dan
banyak pula masyarakat yang hanya tahu tentang banyak serta gaya hidup Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) tanpa melihat ataupun mengkaji dari sisi 9 psikologi
maupun sosial mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), sehingga penelitian ini
dirasa cukup menarik karena pembahasannyapun tentang kepuasan kerja dan
kepuasan hidup mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
Seperti pada umumnya seseorang selalu mencoba untuk memenuhi
beberapa keinginan dalam hidupnya melalui usaha-usaha tertentu yang dikirannya
tepat untuk mewujudkan keinginannya, hal tersebut juga dilakukan oleh warga
desa Arjowilangun yang mayoritas warganya pernah menjadi seorang Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) demi memenuhi kebutuhankebutuhan yang diinginkan melalui
bekerja di luar negeri, sehingga penelitian ini meneliti tentang seberapa
tinggi tingkat kepuasan kerja seorang mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di
desa Arjowilangun, yang selama ini berusaha memenuhi kebutuhannya dengan
bekerja menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI), selain itu penelitian ini juga
dihubungkan dengan kepuasan hidup pada mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI),
karena ketika kepuasan kerja terpunuhi ataupun tinggi maka kepuasan hiduppun
akan terpenuhi, seperti yang di utarakan oleh jurnal dari Ariati (2010:117)
tentang adanya hubungan Subjective Well Being dengan kepuasan kerja, pada
dasarnya kepuasan hidup merupakan bagian dari Subjective Well Being, karena
Subjective Well Being ialah persepsi seseorang terhadapa pengalaman seseorang
terhadap hidup yang terdiri dari evaluasi kognitif. Dari penelitian lain yang
mendukung hipotesis yang di ajukan dalam penelitian ini ialah menurut Judge dan
Locke (2008) yang menemukan hubungan antara kepuasan kerja dengan Subjective
Well Being, karena 10 pekerjaan merupakan seseuatu yang sangat penting dalam
kehidupan seseorang dan tempat seseorang menghabiskan sebagian besar hidupnya
untuk bekerja dan Subjective Well Being sendiri mempengaruhi dalam merecall
informasi segala aktivitas dalam bekerja, selain itu adapula penelitian yang
pernah dilakukan oleh Alghamdi (2015:17) yang mana terdapat hubungan yang
positif antara kepuasan kerja dengan kepuasn hidup, dan dalam penelitian
tersebut menjelaskan bahwasannya seseorang yang usianya semakin matang maka
tingkat kepuasan kerjanyapun juga akan tinggi. Dari ulasan diatas muncul sebuah
hipotesis bahwasannya para mantan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri (TKI)
mempunyai kepuasan kerja terhadap pekerjaannya yang tinggi sehingga rasa
kepuasan hidupnya akan terpenuhi seperti kita tahu kepuasan hidup merupakan
evaluasi kognitif seseorang terhadap segala aspek kehidupannya begitupun dalam
bekerja. Pada penelitian ini peneliti meneliti dengan subjek penelitian yaitu
mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), yang dimana subjek penelitian merupakan
Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang sudah pernah bekerja diluar negeri, sehingga
penelitian ini termasuk dalam penelitian expost facto yang mana variable bebas
dalam penelitian ini yaitu kepuasan kerja merupakan kejadian yang telah dialami
oleh Tenaga Kerja Indonesia (TKI) pada masa lampau ketika menjadi Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) (Simon & Goes, 2013) 11 Penelitian ini dilakukan di daerah
desa Arjowilangun karena didaerah tersebut terdapat beberapa mantan Tenaga
Kerja Indonesia (TKI) serta terlihat menarik dikarenakan mayoritas satu desa
bekerja sebagai
Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
dan di tambah lagi dengan kondisi warga yang selalu ingin bekerja kembali di
luar negeri, sehingga membuat rasa ingin tahu peneliti tinggi untuk mengkaji
tentang hubungan kepuasan kerja dengan kepuasn hidup pada mantan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI), di desa Arjowilangun sendiri terdapat 700 (tuhuh ratus) mantan
Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri (TKI) melaui penelitian kuantitatif, data
tersebut diambil langsung dari bapak Samuji yang selaku pamong desa setempat,
serta judul dari penelitian ini ialah “Hubungan Kepuasan Kerja dengan Kepuasan
Hidup pada mantan Tenaga Kerja Indonesia dari Luar Negeri (TKI) di desa
Arjowilangun”, yang mana kepuasan kerja menjadi variable bebas dan kepuasan
hidup sendiri menjadi variable terikat.
B.
Rumusan
Masalah
Dari ulasan diatas
penelitian ini memiliki rumusan masalah yaitu : 1. Bagaimana tingkat kepuasan
kerja mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di desa Arjowilangun? 2. Bagaimana
tingkat kepuasan hidup mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di desa
Arjowilangun? 3. Adakah hubungan antara kepuasan kerja dengan kepuasan hidup
pada mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di desa Arjowilangun?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
diatas, maka tujuan dari diadakannya penelitian ini ialah untuk mengetahui : 1.
Tingkat kepuasan kerja mantan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri (TKI) di
desa Arjowilangun 2. Tingkat kepuasan hidup mantan Tenaga Kerja Indonesia di
luar negeri (TKI) di desa Arjowilangun 3. Hubungan antara kepuasan kerja dengan
kepuasan hidup pada mantan Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri (TKI) di desa
Arjowilangun
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti lain,
penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan penelitian yang sama pada masa
yang akan datang juga sebagai tambahan informasi
2. Bagi peneliti sendiri,
penelitian ini memberikan wawasan ilmiah tentang pekerjaan mantan Tenaga Kerja
Indonesia di luar negeri (TKI)
3. Sebagai referensi pemerintahan dalam
memfasilitasi warganya untuk berkembang khususnya pada mantan Tenaga Kerja
Indonesia di luar negeri (TKI) 4. Sebagai acuan pemerintah pusat khususnya
bagian BNP2TKI dan Dinas Tenaga Kerja RI untuk meningkatkan dan memerhatikan
Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri (TKI) 5. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan konstribusi terhadap keilmuan psikologi khususnya yang berkaitan
dengan psikologi industri maupun psikologi social. 6. Pemerintahan kabupaten
Malang mampu menjamin kesejahteraan warganya melalui menjamin kepuasan kerja
para tenaga kerja.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan kepuasan hidup dengan kepuasan kerja pada mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Desa Arjowilangun" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
1 comment:
nike hyperdunk 2017
pure boost
cheap mlb jerseys
yeezy boost
hogan outlet
michael kors outlet online
michael kors outlet
ray ban
michael kors outlet online
adidas tubular
Post a Comment