Abstract
INDONESIA:
Kebahagiaan adalah salah satu cabang psikologi positif. Dari pengalaman peneliti yang bersinggungan langsung dengan orang-orang sekitar peneliti, dengan latar belakang yang berbedah-bedah, juga tingkat kebahagiaan yang berbeda, dan dengan keadaan yang berbeda pula, peneliti ingin mengetahui kebahagiaan yang hakiki, atau kebahagiaan otentik. Dengan memberikan intervensi pengaruh berupa aspek spiritualitas melalui kebermaknaan hidup. Dengan seperti itu juga akan memberikan dambaran dan hasil yang nyata akan kebahagiaan otentik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh spiritualitas terhadap kebahagiaan melalui kebermaknaan hidup pada Tentara Nasional Indonesia di BINTALDAM V/BRAWIJAYA. Subjek penelitian ini adalah anggota TNI aktif BINTALDAM V/BRAWIJAYA dengan sampel penelitian sebanyak 40 orang.
Metode penelitian yang digunakana dalah metode penelitian kuantitatif. Pengambilan data menggunakan tiga skala, yaitu skala adaptasi dari Authentic Happiness Scale yang disusun oleh Martin Seligman (1980) terdiri dari 23 item, The Meaning in Life Questionnaire(MLQ) disusun oleh Michael F. Steger and Patricia Frazier (2006) terdiri dari 10 item, danskala yang terdiridari 26 aitem. Metodeanalisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda.
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan hasil sebagai berikut: pada anggota aktif TNI BINTALDAM V/BRAWIJAYAmemiliki spiritualitas dalam kategori tinggi sebesar 77,5%, kebermaknaan hidup masuk kategori tinggi sebesar 50%, untuk kebahagiaan sendiri masuh kategori sedang sebesar 72,5% dari 40 subjek. Sedangkan pada hasil regresi berganda didapatkan bahwa variabel intervening tidak memiliki pengaruh sama sekali. Nilai t hitung lebih kecil dari pada t tabel, sehingga Ha ditolak dan H0 diterima.
ENGLISH:
Happiness is one of the branches of positive psychology. From the experience of researcher who interacts directly with people around the researcher, with a different background, too different happiness levels, and with different circumstances, researcher want to know the essentials of happiness, or happiness of authentic. By influenced interventions providing like aspects of spirituality is through the meaningfulness of life. It will also provide real drawing results and authentic happiness.
This study aimed to determine the influence of spirituality on the happiness through life meaningfulness on the Indonesian Armed Forces of BINTALDAM V / BRAWIJAYA. The subjects were active military members of BINTALDAM V / BRAWIJAYA as many as 40 people.
The method used quantitative research methods. Retrieving data used three scales, the scale adaptation of Authentic Happiness Scale developed by Martin Seligman (1980) consisted of 23 items, The Meaning in Life Questionnaire (MLQ) prepared by Michael F. Steger and Patricia Frazier (2006) consisted of 10 items , and scale consisted of 26 items. The analytical method used multiple regression analysis.
Based on the research results, obtained the following results: the active members of the military BINTALDAM V / BRAWIJAYA have spirituality in the high category of 77.5%, the meaningfulness of life get in the high category by 50%, to happiness itself was still in category 72.5% of 40 subject. While the results of multiple regression showed that an intervening variable had no effect at all. T value was smaller than the t table, so that Ha was rejected and H0 was accepted.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kebahagiaan adalah salah satu dari
bagian psikologi positif. Kebahagiaan sendiri menurut Saligman (2011) adalah
sesuatu yang sangat abstrak, sangat sulit untuk mengetahuinya secara pasti pada
kebahagiaan sendiri. Tetapi kebahagiaan sendiri bisa diketahui dengan adanya
aspek-aspek yang menjelaskan kebahagiaan itu sendiri. Berasal dari pengalaman
masa kecil peneliti sering bersinggungan dengan lingkungan sekitar dengan
berbagai latarbelakang keluarga yang berbeda-beda. Keluarga yang berlatar
belakang tukang becak, kuli bangunan, pegawai swasta, guru, TNI dan sebagainya.
Dari pengalaman peneliti dimasa kecil sering melihat tetangga, kerabat, dan
teman dekat memiliki kebahagiaan yang berbeda. Peneliti melihat dengan adanya keluarga
yang lengkap atau tidak lengkap, material atau kekayaan, dan hingga aktivitas
yang dilakukan untuk mendapatkan kebahagiaan. Bermodal dari pengalaman peneliti
yang seperti itu, peneliti ingin sekali mengetahui seperti apa kebahagiaan itu.
Disekitar lingkungan, peneliti menemukan banyak keluarga yang memiliki anggota
keluarga lengkap (keluarga yang utuh, bapak, ibu, anak), mereka 1 2 merasakan
kebahagiaan. Keluarga yang lain, ada yang memiliki keluarga yang kurang lengkap
(keluarga yang tidak utuh, ada salah satu dari anggota keluarga yang tiada),
mereka juga merasakan bahagia. Ada pula yang memiliki keluarga lengkap maupun
yang tidak lengkap tetapi mengapa mereka merasakan kebahgiaan yang tidak sama.
Di sisi lain ada pula keluarga yang mereka memiliki sisi materi yang lebih dari
cukup sedikit merasakan kebahgiaan, tetapi tidak sedikit juga keluarga yang
memiliki sedikit materi dapat hidup dengan kebahagiaan. Dari sekian banyak
pengalaman penulis pada masa lalu, banyak masyarakat yang memiliki kekurangan
atau keterbatasan ekonomi akan berpendapat kalau memiliki kelebihan materi akan
merasakan bahagia. Keluarga yang sudah merasakan memiliki materi yang cukup,
tidak selalu merasakan kebahgiaan. Dalam hal yang terjadi di masyarakat sudah
banyak sekali hal yang membuat mereka menjadi gila materi atau kekayaan yang
menurut mereka akan membuat dirinya dan keluarganya. Pada hal semua materi
tidak akan membuat mereka benar-benar bahagia. Materi hanya sebagaian kecil
yang akan membantu untuk menemuakan kebahagiaan yang benar-benar hakiki dalam
diri. Kebahagiaan adalah hal yang sangat relatif yang ada dalam diri manusia
dan tidak akan pernah musnah. Hanya saja bagaimana cara untuk memunculkan dan
menaikkan taraf kebahagiaan yang ada dalam diri. David Wattimena & Proatno
H (2011) mengatakan, jika berpikiran bahwa memiliki barang-barang tersebut
(barang mewah, harta benda atau material) hanya kesenangan sementara, ketika
sudah 3 mencapai titik balik akan kembali merana. Kebahagiaan yang sebenarnya
yang diinginkan bukan yang seperti itu, tetapi yang memang benar-benar hakiki.
Dari fenomena diatas sudah menggambarkan jelas fenomena yang terjadi secara
umum. Sudah jelas sekali bahwa kebahagiaan itu memang benar yang dikatakan oleh
Seligman bahwa kebahagiaan bersifat abstrak. Tidak bisa melihat jelas dari satu
sudut pandang saja. Berawal dari sini peneliti memiliki inspirasi untuk
meneliti tentang kebahagiaan. Sebelum melangkah terlalu jauh, ada sedikit
penjelasan tentang kebahagiaan. Menurut Aristoteles (dalam Rusydi, 2007: 18)
menyatakan bahwa kebahagian merupakan watak tertinggi dari seluruh kebaikan.
Aristoteles (dalam Eddy, 2007: 1) yang dimaksud kebahagiaan merupakan watak
tertinggi dari seluruh kebaikan adalah orang yang mempunyai good birth, good
health, good look, good luck, good reputation, good friends, good money, and
goodness. Kebahagiaan memang sangat umum. Siapapun juga berhak atas haknya
untuk berbahagian. Orang-orang mencari kebahagiaan dengan melakukan jalanjalan,
berolahraga, menonton televisi, dan sebagainya. Berbagai cara sudah dilakukan
untuk mendapatkan kebahgaiaan. Ada yang mencari kabahagiaan dengan bekerja
keras, juga ada dengan bermalas-malasan, ada yang mencari bahagia dengan
mencari pacar, mencari gelar, menciptakan lagu, mengarang buku, dan lainlain
(Teuku Eddy Faisal Rusydi, 2007: 22). Seluruh individu selalu mencari bagaiman
cara mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya, dan akan terus mencari kebahagiaan
itu hingga mendapatkan kebahagiaan yang hakiki. Kebahagiaan yang 4 didapat
bukanlah kebahagiaan yang sebenarnya, hanya sedikit mendapatkan kebahagiaan
dengan kualitas temporer, dan akan kembali merasakan kesusahan ataupun
kedataran (kehilangan rasa bahagia yang telah di dapatkan). Pada penelitian
ini, akan menggunakan responden dari militer. Biasanya penelitian yang
dilakukan menggunakan responden orang-orang sipil, tetapi untuk kali ini memang
berbeda. Kalangan Militer bukanlah sesuatu yang berbeda dengan masyarakat lain
pada umumnya. Pada kalangan militer telah terdidik khusus dan lebih ketat dari masyarakat
lain. Mereka telah disiapkan sebagai sosok yang siap untuk membela dan
melindungi Negara sehingga tidak diragukan lagi kedisiplinan yang mereka
miliki. Kedisiplinan akan membuat kepribadian orang-orang menjadi sedikit
berubah dalam beberapa hal tertentu. Kedisiplinan adalah salah satu metode yang
diterapkan dalam lingkungan kemiliteran, karena merupakan salah satu titik
pusat dalam pendidikan militer. Kedisiplinan merupakan salah satu kriteria yang
dapat dijadikan sebagai landasan atau dasar bagi kelancaran pembentukan,
pemberdayaan dan pengembangan sebuah instansi (Mildawati, dalam Octaviani, Erni
Dwi. dkk: 2011). Disiplin merupakan suatu proses dari latihan atau belajar yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan seseorang. Harmby (dalam Octaviani,
Erni Dwi. dkk: 2011) mengatakan bahwa disiplin adalah latihan
kebiasan-kebiasan, khususnya latihan pikiran dan sikap untuk menghasilkan
pengendalian diri, mentaati peraturan yang berlaku dengan penuh kesadaran diri
Di tinjau dari segi kedisiplinan, masyarakat sipil memang tidak sebanding
dengan militer. Tetapi bukan itu yang melandasi peneliti memilih militer
menjadi subjek penelitiannya. Peneliti, melihat banyak literatur ataupun
penelitian yang 5 lain, jarang sekali ada yang mengambil subjek dari kalangan
militer.
Jika ada, banyak yang mengambil
responden militer yang sudah pensiun. Tetapi di penelitian ini menggunakan
subjek penelitian pada militer yang masih aktif atau masih dalam dinas. Dalam
tema besar penelitian ini, militer juga perlu adanya kebahagiaan dalam
hidupnya. Bukan berarti militer dengan sistem kehidupannya yang keras seperti
itu tidak menginginkan kebahagiaan lagi. Banyak sekali dari kalangan militer
yang merasakan penderitaan selama berada dalam lingkungan militer. Banyak tugas
yang dilakukan, seperti latihan setiap saat yang terkadang ada latihan dadakan
tanpa ada pemberitahuan, tugas dalam kantor dan tugas di luar kantor, penugasan
atau pelatihan di luar satuan, tanggungan keluarga, tempat tugas yang tidak
menetap, ditambah lagi kepemimpinan dengan sistem otoriter. Dengan hal
demikian, peneliti ingin mengetahui kebahagiaan yang ada dalam militer. Dengan
sedikitnya waktu luang yang dimiliki para kalangan militer, dan juga kesempatan
melakukan kegiatan pribadi sangat sedikit sekali. Kesempatan yang banyak atau
waktu yang longgar memang tidak banyak dimiliki para militer. Tetapi dalam satu
keadaan mereka mendapatkan kebahagiaan entah bagaimana caranya. Tidak semuanya
mendapatkan kebahagiaan, tetapi ada juga yang mendapatkan kesenangan saja.
Menurut Aristoteles kesenangan atau kenikmatan merupakan suatu yang sangat
vulgar dan menjadikan manusia berlomba-lomba untuk mengikuti hawa nafsu
(Rusydi, 2007: 17). 6 Sebagaian anggota TNI yang mencari kebahagiaan dengan
cara yang masih kurang benar. Mereka banyak menghabiskan waktu luang di luar
jam dinas, menggunakan waktunya untuk berfoya-foya, atau menghabiskan hartanya
dengan tidak berguna. Biasanya dihabiskan dengan cara berjudi, minum minuman
keras, main perempuan, atau hal yang lainnya. Seperti yang di katakan
Aristoteles, mencari kesenangan hanya mengandalkan hawa nafsunya saja.
Kebahagiaan akan muncul ketika dari dalam diri pribadi sudah dapat membersihkan
hati yang kotor dan memunculkan hati yang bersih. Di sanalah tempat kebahagiaan
yang hakiki. Bukan dalam samudra, ataupun di puncak gunung (Rusydi, 2007: 24).
Seperti yang dikatakan oleh Rusydi (2007: 24) ternyata kebahagiaan itu ada di
dalam hati yang bersih. Kebahagiaan tidak harus mencari lagi di mana-mana,
hanya perlu tanya kepada diri sendiri. Sekarang coba melihat kebahagiaan ini
jika kita hubungkan dengan spiritual. Anggota TNI yang disiapkan untuk
mempertahankan kedaulatan NKRI dengan sikap yang tegas dan keras. Dalam
kehidupan kesehariannya selalu ditempa dengan kegiatan latihan untuk
meningkatkan kemampuannya. Berlatih tanpa kenal lelah, dan juga bertahan hidup
dengan cara tertentu. Dari situ kita juga akan sedikit mengetahui bagaimana
tingkat keagamaannya jika setiap harinya para anggota TNI selalu di berikan
sajian kesehariannya dengan seperti itu. Disini mungkin tidak semuanya tahu
bahwa anggota TNI tidak semuanya baik, tidak semuanya juga memiliki kepekaan
dan rasa spiritual yang baik, yang benar-benar sesuai dengan agamanya. Beberapa
dari mereka juga sering melakukan 7 pelanggaran agama. Ada yang masih melakukan
main perempuan, umum minuman keras, berjudi, dan lainnya. Ini hanya beberapa
saja yang diketahui oleh masyarakat umum. Dari sekian banyak masalah yang ada
pada diri anggota TNI yang sedemikian rupa, yang dipandang dalam agama Islam
bahwa hal yang seperti itu adalah salah. Di sinilah akan dikupas kebahagiaan
para anggota TNI yang dipengaruhi oleh spiritualitasnya. Karena dari masyarakat
sipil juga tidak semuanya yang selalu menjalankan kewajibannya sebagai insan
yang beriman. Spiritual adalah kesadaran tentang diri dan kesadaran individu
tentang asal, tujuan, dan nasib (Hasan, 2006: 295). Di mana individu memiliki
hubungan yang erat dengan sang pencipta.Spiritual mengacu kepada kepedulian
antar sesama. Sikap anggota TNI yang seperti di atas, melakukan hal yang kurang
baik, maka dengan adanya spiritual ini juga diharapka sedikit merubah sikap dan
tingkah lakunya melakukan hal yang kurang baik seperti yang diatas. Dengan
spiritual akan membuat orang lebih dapat beradab, semakin baik, peduli terhadap
sesama, dan dapat meningkatkan kesejahteraan juga kebahagiaannya. Berbagai
penelitiaan spiritualitas dan kebahagiaan memiliki pengaruh yang signifikan
pada kesejahteraan seseorang (Husnain, Ansari, & Samantray, dalam Liwarti:
2013). Spiritualitas berhubungan dengan fungsi psikologis, keyakinan tentang
akhirat, meningkatkan kesadaran akan keterhubungan dengan Tuhan dan menurunkan
tingkat stress pada penderita kanker (Jacobson et al., dalam Liwarti: 2013).
Individu yang dengan tingkat spiritualitas tinggi memiliki 8 sikap yang lebih
baik, merasa puas dalam hidup, lebih sedikit mengalami pengalaman traumatik dan
lebih sedikit mengalami kesepian (Papalia, et al., dalam Liwarti: 2013).
Spiritualitas dapat ditingkatkan melalui pengalaman spiritual dan aktifitas
spiritual yang dilakukakan individu sehari-hari. Underwood dan Teresi (dalam
Aziz: 2011), menyatakan pengalaman spiritual sebagai persepsi tentang adanya
suatu yang bersifat transenden dalam kehidupan sehari-hari dan persepsi tentang
keterlibatan dengan peristiwa-peristiwa transenden dalam kehidupan sehari.
Mengeskplorasi pengalaman spiritual pada pasien dapat meningkatkan
spiritualitas, keyakinan pada keterhubungan dengan Tuhan, hubungan dengan orang
lain, memberikan kebahagiaan pada masa kronis (Stephenson, Pamela, Claire,
Martsolf, & Donna, dalam Liwarti: 2013). Dengan mengekplorasi pengalaman
spiritual individu lebih menyadari kesalahan dan menyadari akan keterhubungan
dengan Tuhan serta memiliki keyakinan bahwa pengampunan dan pertolongan dari
Tuhan. Pengalaman spiritualitas merupakan aspek yang penting dalam mengukur
spiritualitas. Pengalaman spiritualitas sehari-hari meliputi rasa kagum, rasa
syukur, kasih sayang, menyadari kasih sayang, keinginan untuk lebih dekat
dengan Tuhan (Underwood, dalam Liwarti: 2013), Sebuah penelitian menyatakan
bahwa orang yang lebih memaknai hidup dengan baik, memiliki pengalaman
spiritualitas yang lebih tinggi dan mengalami kesejahteraan lebih tinggi maka
kecenderungan psikopatologi rendah dan spiritualitas sangat efektif untuk
menekan angka bunuh diri (Garroute, Goldberg, Bealsc, Herrelld, & Mansonc,
dalam Liwarti: 2013). 9 Selain itu pengalaman spiritual dalam hal kasih sayang,
keyakinan pada kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), dan pandangan yang positif,
kesehatan menjadi lebih baik, meciptakan perasaan damai dan sejahtera
(Campbell, Yoon, Johnstone, dalam Liwarti: 2013), dalam beberapa kasus dijumpai
bahwa penghuni lapas menunjukkan adanya peningkatan dalam kegiatan keagamaan.
Hal tersebut dimungkinkan ada peningkatan spiritualitasnya. Terkait dengan
religiusitas yang memperlihatkan adanya pengetahuan mengenai agama
(intelektual), penerapan nilai agama dengan menolong ODHA dan lebih banyak
bersyukur (konsekuensial). Individu yang memiliki religiusitas cenderung lebih
bahagia daripada yang lainnya, terkait dengan beberapa alasan. Pertama, agama
menyediakan sistem kepercayaan menyeluruh yang mengizinkan individu untuk
menemukan makna dalam kehidupannya serta harapan untuk masa depan (Seligman
dalam Carr, 2004: 27). Kedua, keikutsertaan dalam ritual rutin di pelayanan
keagamaan dan menjadi bagian dari komunitas keagamaan memberikan dukungan
sosial. Ketiga, keikutsertaan dalam agama seringkali terkait dengan gaya hidup
yang lebih sehat secara fisik dan psikologis, terkait juga dengan perilaku
prososial altruistik (Carr, 2004: 27). Dengan hasil seperti di atas, setidaknya
sudah memiliki sedikit gambaran yang jelas dalam hubungannya antara spiritual
dengan kebahagiaan. Hubungan antara spiritualitas dan kebahagiaan sangat dekat,
sehingga sulit untuk di jauhkan. Melakukan spiritualitas yang baik maka akan
membuat individu menjadi lebih dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat
menemukan hikmahnya 10 (dalam psikologi, hikmah = makna hidup) sehingga individu
dapat menikmati kebahagiaan dengan menemukan hikmah di balik itu semua. Dalam
menemukan secercah harapan yang akan melalui proses untuk menemukan dan
merasakannya. Frankl menjelaskan bahwa pegelaman pribadi akan membuat kita
menemukan jalan kita masing-masing. Dengan seperti itu akan menemukan sebuah
makna (Frankl dalam Boeree, 2010: 347). Makna, menurut Frankl adalah “fenomena
yang murni bersifar perseptual” (Boeree, 2010: 354). Masalahnya adalah “… makna
harus ditemukan dan bukan diberikan kepada pihak lain”, dan Frankl mempertegas
bahwa “Makna bagaikan tertawa”. Anda tidak akan bisa memaksa orang untuk
tertawa, anda harus memberikan lawakan! “…Makna hidup seharusnya ditemukan,
bukan di ciptakan” (Boeree, 2010: 353) Makana hidup juga akan berperan untuk
setiap individu semakin dapat menemukan kebahagiaan yang hekiki. Kebehagiaan
akan terasa saat kita sudah menemukan makna dibalik semua kejadian yang di
alami. Akan menemukan secercah harapan dan akan menemukan jalan keluarnya.
Seperti itu kita akan merasakan kebahagiaan (Frankl dalam Boeree, 2010: 347).
Kebanyakan para anggota TNI menemukan makna dengan kejadian seperti mereka
sering sekali melakukan latihan yang keras, hingga dalam latihan tertentu porsi
latihan mereka berada di atas ambang batas ketahanan manusia pada umumnya.
Dengan kejadian yang lain, mereka juga dapat menemukan makna hidup yang
sebenarnya. Begitu juga dengan dilibatkan pada medan pertempuran. Di mana 11
peluru yang notabene dengan mudah dapat merenggut nyawa seseorang. Di medan
peperangan, peluru tersebut berterbangan di sekitar mereka. Mereka mengakuinya
sendiri dengan memiliki pengalaman yang seperti itu, mereka dapat lebih
menghargai hidup mereka. Dengan menemkan makna dalam diri, akan memdapatkan
kebahagiaan. Fenomena yang terjadi dilapangan sudah dijelaskan. Kebehagiaan
merupakan tema utama atau variablel utama dalam penelitian ini. Sedikit akan
menjelaskan lagi tentang kebahagiaan seperti apa. Diharapkan dengan seperti ini
akan membuat persepsi peneliti dan pembaca akan menjadi satu (sama). Dari
fenomena kejadian langsung dilapangan, variabel yang akan di uji, hingga
variabel yang menjadi pengaruhnya. Penelitian ini juga bukan kali ini saja yang
membahas tentang kebahgiaan dan spiritual. Di penelitian ini, akan meneliti
tentang kebahagiaan yang dipengaruhi oleh spiritualitas melalui kebermaknaan
hidup. Jadi spiritualitas anggota TNI akan memberikan dampak terhadap
kebahagiaan mereka. Antara variabel kebahagiaan dengan variabel spiritual,
memiliki hubungan yang erat. Di bawah ini tambahan yang menyatakan bahwa kedua
variabel tersebut memang memiliki hubungan yang erat. Seperti halnya dalam
penelitian terdahulu yang di bawahkan oleh Aziz (2011). Hasil analisis tentang
hubungan antara pengalaman spiritual dengan kebahagiaan menunjukkan hasil yang
sangat signifikan. Hasil antara kedua veriabel tersebut sangat terlihat jelas
dengan adanya hubungan di antara keduanya. 12 Penelitian lainnya yang dilakukan
oleh Liwati (2013) juga menenyebutkan bahwa pengalaman spiritual berhubungan
erat dengan Psychological well-being. Pengalaman spiritual merupakan salah satu
faktor yang meningkatkan psychological well-being. Dengan hasil yang dikatakan
sebagai berikut. “terdapat hubungan yang signifikan antara pengalaman spiritual
dengan psychological well being pada penghuni lapas. Dalam hal perbedaan
pengalaman spiritual penghuni lapas laki-laki cenderung lebih rendah dibanding
perempuan. Dalam hal perbedaan psychological well being antara penghuni lapas
laki-laki dan perempuan, tidak ada perbedaan yang signifikan”. Penelitian kali
ini memang bertujuan untuk menggali tentang kedua hal tersebut. Pengaruh
spitutual terhadap kebahagiaan. Seperti yang dikatakan penelitian diatas, dan
juga seperti rencana yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Dalam penelitian
ini sebenarnya tidak bermaksud mengkaji ulang apa yang sudah ada dan yang sudah
pasti jawabannya. Tidak juga bermaksud untuk tidak melakukan penelitian yang
baru. Memang banyak penelitian yang mengangkat tentang kebahagiaan dengan
spiritual, tetapi sebagaian besar dari penelitian terdahulu memiliki banyak
kesamaan. Ada juga yang diberikan variabel tambahan yang lain. Ada penelitian
terdahulu yang menambahkan variabel dukungan sosial dalam penelitiannya. Pada
penelitian ini, bukan menggunakan pengaruh spiritualitas terhadap kebahagiaan
saja. Melainkan menggunakan variabel lain, yaitu variabel kebermaknaan hidup.
Kebermaknaan hidup sendiri sebagai penghubung antara spiritual terhadap
kebahagiaan. 13 Penelitan kali ini peneliti tertarik untuk mengangkat kebahagiaan
dengan responden yang berbeda dengan penelitan-penelitian sebelumnya. Jika
penelitian sebelumnya menggunakan responden dengan masyarakat umum atau sipil,
maka penelitian kali ini peneliti menggunakan responden dari pihak kalangan
militer. Penelitian dengan responden militer sangat jarang ditemukan, oleh
karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut. Walaupun
kelihatannyaa berbeda antara responden sipil dan militer, tetapi penelitian ini
adalah penelitian yang sangat jarang dilakukan. Sehingga di asumsikan dalam
hasil penelitian ini juga mendapatkan hasil yang dapat menjadikan tambahan
perpustakaan psikologi yang baru dengan hasil penelitian ini. Subjek dalan
penelitian ini mengginakan anggota Tentara Nasional Indosenia aktif (masih dinas).
Peneliti mengambil subjek pada intansi Bimbingan Mental Kodam (BINTALDAM)
V/BRAWIJAYA. Instansi ini menaungi tentang binbingan mental pata TNI-AD se-Jawa
Timur.
Dengan kata lain anggota BINTALDAM V/BRAWIJAYA
dalan hal ini sebagai intruktur atau pemateri dalam bidang bimbingan mental
TNI. Peneliti mengambil instansi ini karena untuk mengatuhi induk, atau
pemateri pembimbingan mental sudah mencukupi untuk di jadikan contoh, atau
masih ada yang perlu sedikit dipoles. Dengan melihat atasnya, bawahannya yang
diajari oleh instansi ini akan terlihat juga hasilnya tidak akan jauh dari
induknya. Pada penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baru dan
khasanah keilmuan psikologi yang sangat jarang di kaji sebelumnya. Penelitian
ini memang terlihat tidak jauh berbeda dengan penelitian yang lain. tetapi jika
14 penelitian ini tidak dilakukan, maka sama saja kita tidak mau peduli atau
tidak mau mengerti hal baru dalam lingkungan sekitar kita. Istilahnya ini
adalah salah satu lahan yang baru. Lahan ini diberdayakan semaksimal mungkin
untuk mendapatkan suatu keilmuan yang baru. Dengan ini pula kita sebagai orang
psikologi dapat menambah perpustakaan keilmuan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat spiritual pada Tentara
Nasional Indonesia di BINTALDAM V/BRAWIJAYA?
2. Berapa tingkat kebermaknaan hidup
pada Tentara Nasional Indonesia di BINTALDAM V/BRAWIJAYA?
3. Berapa tingkat kebahagiaan pada
Tentara Nasional Indonesia di BINTALDAM V/BRAWIJAYA?
4. Adakah pengaruh spiritualitas
terhadap kebahagiaan melalui kebermaknaan hidup pada Tentara Nasional Indonesia
di BINTALDAM V/BRAWIJAYA?
5. Adakah pengaruh langsung spiritualitas dan
kebermaknaan hidup terhadap kebahagiaan pada Tentara Nasional Indonesia di
BINTALDAM V/BRAWIJAYA?
C. Tujuan
1. Mengetahui tingkat spiritualitas pada
Tentara Nasional Indonesia di BINTALDAM V/BRAWIJAYA.
2. Mengetahui tingkat kebermaknaan
hidup pada Tentara Nasional Indonesia di BINTALDAM V/BRAWIJAYA.
3. Mengetahui tingkat kebahagiaan
pada Tentara Nasional Indonesia di BINTALDAM V/BRAWIJAYA.
4. Mengetahui pengaruh spiritualitas terhadap
kebahagiaa melalui kebermaknaan hidup pada Tentara Nasional Indonesia di
BINTALDAM V/BRAWIJAYA.
5. Mengetahui besar pengaruh spiritualitas dan
kebermaknaan hidup terhadap kebahagiaan pada Tentara Nasional Indonesia di
BINTALDAM V/BRAWIJAYA?
D. Manfaat Penelitian
ini diharapkan memberi manfaat untuk
kepentingan teoritis maupun praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat
menambah khasanah keilmuan, khususnya dalam bidang psikologi kebahagiaan.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan
kajian ilmu psikologi yang jauh lebih lengkap lagi, karena variasi penelitian
semakin bertambah dan data hasil penelitianpun juga semakin bervariasi dan
bertambah baik. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
untuk:
1. Penelitian ini dapat dipakai sebagai
informasi tambahan bagi penelitianpenelitian Sejenis.
2. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi sebagai bahan kebijakan dalam hal pembinaan kebahagiaan dan
pembinaan mental pada anggota aktif Tentara Nasional Indonesia di BINTALDAM
V/BRAWIJAYA.
3. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai gambaran yang jelas tentang pengaruh
spiritualitas terhadap kebahagiaa melalui kebermaknaan hidup pada Tentara
Nasional Indonesia di BINTALDAM V/BRAWIJAYA. Sehingga dapat bermanfaat untuk
meningkatkan kebahagiaannya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Pengaruh spiritualitas terhadap kebahagian melalui kebermaknaan hidup pada Tentara Nasional Indonesia bintaldam V/brawijaya" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
No comments:
Post a Comment