Abstract
INDONESIA:
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemandirian pada survivor bencana. Dimana beberapa survivor masih bergantung pada bantuan yang diberikan donatur. Begitu pula dengan distribusi bantuan yang kurang merata membuat emosi mereka mudah tersulut dan merasa putus asa.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif tipe studi fenomenologi. Subjek terdiri dari survivor bencana Erupsi Gunung Kelud. Penelitian dilakukan di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Penelitian kualitatif ini dalam metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan melakukan observasi partisipan, wawancara mendalam dan dokumentasi.
Dari hasil analisis penelitian dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memaknai kemandirian adalah tidak bergantung kepada orang lain dan tidak mengharapkan bantuan dari orang lain dan berusaha menentukan segala sesuatunya sendiri karena tidak selamanya kita terus menerus mengandalkan bantuan orang lain. Bentuk – bentuk kemandiriannya yaitu a. Kemandirian emosi b. Kemandirian intelektual c. Kemandirian ekonomi d. Kemandirian sosial. Sedangkan faktor pendorong kemandirian adalah Hope dan Social Support. Karena adanya bantuan memberikan dampak ketergantungan kepada Survivor sehingga bantuan sebagai faktor penyebab utama dalam kemandirian. Sehingga para survivor tersebut hanya mengandalkan bantuan dan membuat seseorang menjadi malas untuk bekerja dan berusaha. Adapun untuk mencapai suatu kemandirian subyek harus mempunyai niatan atau tekat yang kuat dan pemberani.
ENGLISH:
This research is to know the autonomy of survivors on the dependence of aid and the unequal distribution. This research uses qualitative method of phenomenology. The subject is the survivors of Mount Kelud eruption. The investigation is in Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Then, the data collection are observation of participants, interview, and documentation.
The result of the research show that the subject of the research in considering the autonomy does not depend on other people and rely on aid of donors but the survivors should strive hard in determining all things due to the aid is not given continually. In this research, the forms of autonomy are emotional autonomy, intellectual autonomy, economic autonomy, and social autonomy. Then, the supporting factors of autonomy are hope and social supports. The aid is the key in giving the cause of the dependence on the autonomy. Therefore, the survivors only rely on the aid and make them lazy to work and effort. In achieving the autonomy, the subject must to having plan or strong will.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Alam selain menyimpan potensi
kekayaan yang berguna bagi kehidupan manusia, juga menyimpan potensi bahaya dan
bencana. Bencana alam terjadi hampir sepanjang tahun di berbagai belahan dunia,
termasuk di indonesia. Erupsi (Letusan) gunung api merupakan salah satu bencana
alam yang berdampak sistematis terhadap segala aspek kehidupan masyarakat yang
disebabkan, baik oleh faktor alam dan / atau faktor nonalam maupun faktor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (Soehatman Ramli,
2010). Reaksi psikologis yang muncul dari masyarakat sesaat setelah bencana
terjadi umumnya shock yang kemudian berkembang menjadi penghayatan psikologis
yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya (Sumarno, 2013). Seperti
halnya bencana yang terjadi satu tahun lalu, bencana erupsi Gunung Kelud pada
13 Februari 2014 yang menyisakan beragam cerita dan kegelisahan bagi masyarakat
yang berada di kecamatan Ngantang desa Pandansari di dusun Kutut, Munjung dan
pait merupakan salah satu tempat terparah yang terkena dampak Erupsi Gunung
Kelud sehingga menimbulkan dampak menurunnya ekonomi seperti tidak memiliki
rumah yang layak, tidak memiliki pekerjaan yang tetap, trauma akibat dari suara
guntur dan petir, dan mengandalkan donatur dalam mempertahankan hidupnya dan
lain sebagainya 2 ( Hasil Wawancara Subyek 1 dan 2, 2015). Awan panas yang terjadi
dan meluluh-lantahkan daerah gunung kelud dan sekitarnya mengakibatkan penduduk
sekitar menjadi korban. Sebab, kelud dengan lahar dingin disertai abu vulkanik
yang telah merambah di sekitar kecamatan Ngantang sedikit banyak telah
memporakporandakan serentetan infrastruktur, lahan pertanian dan ternak. Selain
itu, pekerjaan mereka yang mayoritas adalah sebagai petani, pedagang dan
peternak sapi perah juga ikut hilang karena bencana tersebut yang menghambat
sumber mata pencaharian mereka. Bagaimana mereka mampu mencukupi kebutuhan
sehari-hari sedangkan lahan pertanian mereka banyak yang tertimbun pasir dan
kerikil padahal tinggal menghitung hari hasil pertanian mereka sudah bisa di
panen. Disamping itu, banyak hewan ternak mereka yang di jual sehingga sebagian
mereka kehilangan rutinitas nya yang setiap hari mencari rumput (Hasil
Wawancara subyek 3, 2015).
Namun pasca erupsi Gunung Kelud para
Survivor (korban Selamat) mampu mengatasi hambatan-hambatan yang ada, seperti
mereka berinisiatif menyelamatkan lahan pertanian dengan berbagai cara agar
tetap bisa bercocok tanam (W1, PL, 1c), cara yang mereka lakukan yaitu dengan
menyelamatkan tanah yang masih tercampur dengan kerikil. Dan mereka pun
berbondong – bondong pergi ke alas untuk mencari atau menemukan hasil pertanian
yang tumbuh secara alamiah ketika tidak ada penghasilan (W1, PL, 4e). 3 Selain
itu, Dimana beberapa survivor masih bergantung pada orang lain atas
permasalahannya yang membuat tekanan psikologis yang berat. Begitu pula dengan
distribusi bantuan yang kurang merata membuat emosi mereka mudah tersulut dan
merasa putus asa. Namun, hal ini tidak bagi subyek PL yang mampu berinisiatif
untuk mengajak orang-orang yang ada disekitarnya untuk sedikit melupakan apa
yang sedang mereka alami saat itu dengan mengajak bercanda layaknya sang
komedian yang sembari ditemani dengan secangkir kopi yang bertujuan untuk
mengalihkan pemikiran mereka agar berkurang dari rasa stress. Dengan coping
stress yang dilakukan subyek PL menunjukkan bahwa subyek PL mampu mengatasi
masalah sehingga menimbulkan kepuasan diri terhadap apa yang sudah PL lakukan
dengan orang-orang disekitarnya. Hal ini merupakan salah satu ciri-ciri
kemandirian seperti ciri- ciri sikap mandiri menurut Spencer dan Kass (dalam
Ali, 2005) adalah: a. Mampu mengambil inisiatif b. Mampu mangatasi masalah c.
Penuh ketekunan d. Memperoleh kepuasan dari usahanya e. Berusaha menjalankan
sesuatu tanpa bantuan orang lain Kemarin itu sempat mbak ya disini kehabisan
bantuan mbak jadi ya warga yah agak sensitif gitu mbak seperti stres gitu mbak.
Karena bingung mbak udah gak ada uang,bantuan juga udah habis jadi mereka
seperti putus asa ngonten mbak. Akhire kulo punya keinginan untuk ngajak mereka
jagongan atau ngopi terus guyon-guyon bareng-bareng ngunu mbak. Jadi untuk
mengalihkan mereka agar tidak terlalu memikirkan apa yang sudah menimpa mereka
mbak, kalau orang lagi stres terus 4 kumpul bareng-bareng dan pembahasan nya
yah tidak jauh-jauh dengan kondisi saat itu yang masih belum stabil kan nanti
malah sama-sama stres mbak. Jadi saya alihkan, saya ajak guyon mbak, ngunu iku
opo jenenge koyok komedian ngunu mbak. Nek koyok ngunu iku kan seng wong mau
asale stres kan maleh gak begitu stres a mbak karena bercandaan tadi. Jadi gitu
mbak. Saya juga memikirkan bagaimana agar warga ini tetap bangkit. Kan gak
semua orang niku saget nrimo keadaane a mbak tapi alhamdulillah sakniki sampun
lumayan stabil mbak. Sementara survivor (korban selamat), adalah orang yang
terluput dari bencana, orang yang selamat (Diana, 2012). Bencana banyak
menyisakan trauma dan rasa takut yang mendalam bagi masyarakat yang ikut
merasakan bancana tersebut. Trauma dan rasa takut yang berkepanjangan merupakan
stress yang terjadi pada masyarakat akibat reaksi manusia dalam merespon suatu
kejadian bencana yang lekang dalam pikiran mereka (Diana, 2012). Kemauan dan
kemampaun tetap bertahan hidup dalam lingkungan sebenarnya merupakan naluri
yang manusiawi, ini yang akan membuat sebagian besar korban dari bencana untuk
menatap masa deoan yang lebih cerah dan melupakan hal yang sudah terjadi,
belajar dari pengalaman untuk hidup lebih survive ke depannya.
Seperti yang dikatakan oleh subyek 3
pada hasil wawancara 1. Mungkin belajar dari pengalaman mbak ya. Mungkin
setelah bencana iku tambah maju lah daripada sebelumnya. Maju dalam hal
segalanya, mungkin dalam mata pencaharian ya, seperti petani ya. Selain itu,
para survivor yang mengaktualisasikan diri merupakan orangorang yang mandiri
dan mampu mengatasi permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan orang tersebut akan
bertanggung jawab pada keputusan yang telah diambil berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan dari dirinya sendiri. 5 Menurut Maslow (dalam Ali,
2005) bahwa kemandirian merupakan salah satu dari tingkat kebutuhan manusia
yang disebut sebagai kebutuhan otonomi. Ia juga menambahkan bahwa seorang yang
mencapai aktualisasi diri memiliki sifat-sifat khusus pengaktualisasi yang
salah satunya yaitu kebutuhan akan privasi dan independensi, dimana orang yang
mengaktualisasikan diri dalam memenuhi kebutuhannya tidak membutuhkan orang
lain. Sehubungan dengan itu menurut Beller (dalam Ali, 2005), orang yang
mempunyai kemandirian rendah biasanya memiliki ciri khusus antara lain mencari
bantuan, mencari perhatian, mencari pengarahan, dan mencari dukungan pada orang
lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa kemandirian itu merupakan suatu sikap
individu yang diperoleh secara kumulatif selama perkembangan, dimana individu
akan terus belajar untuk mandiri dalam menghadapi lingkungan, sehingga dapat
berpikir dan bertindak sendiri. Seperti yang dikatakan oleh subyek 3 tentang
kemandirian. Mandiri itu tidak apa ya, istilahnya tidak pokoknya tidak
tergantung sama orang lain, jadi orang itu tidak mengharapkan bantuan kalau
bisa itu cari sendiri lah. Itu kadang ada maunya kalau orang masih cari
bantuanbantuan yah terutama sembako lah mbak, kalau untuk bantuan bangunan yah
wajar lah mbak. Yang penting itu kan untuk ngisi perutnya lah mbak. Kalau saya
lebih baik itu tangan di atas dibanding tangan dibawah, yah maklumlah dalam
satu tahun, setengah tahun pasca erupsi ini kita dibawah terus tapi kan gak
selamanya kan. Lepas satu tahun kan seharusnya bisa mandiri bisa cari sendiri.
Memang perilaku manusia muncul melalui dorongan-dorongan yang menstimulasi
perilaku tersebut untuk muncul. Dorongan ini biasanya disebut dengan motivasi.
Motivasi secara umum dibagi menjadi dua, yakni motivasi 6 internal dan motivasi
eksternal. Motivasi internal adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
sedangkan motivasi eksternal adalah motivasi yang berasal dari luar diri.
Motivasi internal dipercaya lebih mampu mempengaruhi perilaku secara kuat pada
motivasi eksternal. Beberapa orang mungkin bekerja karena desakan ekonomi
semata, untuk mendapatkan gaji atau kompensasi yang besar, namun beberapa
lainnya bekerja karena ia menyukai pekerjaannya, merasa senang dan tertarik
untuk bekerja. Perbedaan sebab perilaku inilah yang disebut dengan motivasi
internal dan eksternal. Determinasi diri berfokus pada pembentukan perilaku
yang disebabkan oleh motivasi internal. Orang-orang yang mampu mengambil
keputusan dan menentukan sikap secara mandiri, bebas dan tetap bertanggung
jawab diasosiasikan sebagai orang yang memiliki determinasi diri yang baik.
Seperti yang dilakukan oleh beberapa survivor di Dusun Pait dan Dusun Kutut dan
Munjung dengan membuat beberapa aksesoris dari bahan bekas dan membuat beberapa
makanan ringan. Dengan begitu setiap survivor mampu belajar memecahkan masalah
– masalah yang dihadapi serta dibimbing untuk membiasakan mencari kemungkinan –
kemungkinan yang lebih baik sehingga secara bertahap mereka akan menjadi sumber
daya manusia yang berinisiatif, produktif dan berswadaya. Seperti survivor dari
Subyek C berinisiatif mencari mata pencaharian lain, seperti memanfaatkan jamur
sebagai alternatif mata pencaharian selama musim hujan. (Hasil Wawancara subyek
A 14 Januari 2014).
Pada survivor ini menggambarkan 7 sudah mampu
menentukan nasibnya sendiri atau determinasi diri mempengaruhi motivasi
intrinsik survivor. Teori determinasi diri yang dikemukakan oleh Ryan &
Deci (Zinkiewicz, Hammond & Trapp, March 2003) memandang individu dari
berbagai kebudayaan memiliki kebutuhan dasar seperti kebutuhan otonomi,
kebutuhan bersekutu dan kebutuhan berkompetensi. Teori determinasi diri
menyatakan bila terpenuhinya ketiga kebutuhan dasar itu didukung konteks sosial
serta dapat terpenuhinya kebutuhan individu dengan leluasa, maka akan tercapai
kesehatan jiwa. Dengan kata lain, motivasi intrinsik perlu dipelihara para
survivor melalui menstimulasi dan menerima tantangan yang membuatnya merasa
otonom dan kompeten. Motivasi intrinsik memudahkan berusaha secara optimal
sedangkan motivasi ekstrinsik menghambat semangat dan kinerja dalam bekerja.
Ketiga kebutuhan psikologik dasar itu menghendaki berlangsungnya keselarasan
komunikasi interpersonal agar tertercapai kesehatan jiwa survivor. Masyarakat
harus menggali potensi dan keahlian masing-masing di luar pertanian untuk bisa
bertahan hidup di desanya yang menjadi daerah rawan bencana tersebut. Seperti
membuat makanan ringan, berjualan gorengan, kerajinan tradisioanal, dan belajar
membuat aksesoris-aksesoris untuk dipasarkan guna menambah penghasilan di
daerah bencana, khususnya ketika ladang sawah tidak menghasilkan. Adapun selama
ini yang dilakukan oleh ketiga subyek dalam mengatasi permasalahan yang ada
pasca erupsi adalah hampir sama yaitu dengan cara berdo’a dan berserah diri
kepada Allah, 8 berpikir masa depan, berdo’a memohon agar diringankan bebannya.
Selain itu mereka juga mengisi waktu-waktu luangnya dengan mengikuti perkumpulan,
pelatihan tentang pertanian atau organisasi seperti pengajian, sharing dengan
sesama korban sehingga mereka dapat saling memotivasi untuk terus bersemangat.
Selain itu untuk mencegah stress yang berkelanjutan salah satu subyek lebih
memilih pergi ke ladang untuk melihat hijaunya lahan pertanian mereka yang
sudah mulai bisa di tanam dan di panen sudah bisa membuat subyek 3 merasa
bahagia dan seperti tidak ada beban dalam pikiran. Hal ini menunjukkan peran
determinasi diri sangat berpengaruh terhadap kebahagiaan seseorang dalam
menjalani hidup. Dari penjelasan tersebut peneliti ingin meneliti lebih
mendalam dan mengetahui kemandirian pada survivor di Dusun Kutut dan Munjung
pasca erupsi gunung kelud di desa Pandansari Kec. Ngantang Kab. Malang. Dengan
judul “Kemandirian pada Survivor Bencana Pasca Erupsi Gunung Kelud”.
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat
disusun rumusan masalah, yaitu: 1. Bagaimana kemandirian pada survivor Dsn.
Kutut dan Munjung pasca erupsi Gunung Kelud? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang
mendorong survivor dalam upaya mewujudkan bentuk kemandirian pasca erupsi
gunung kelud?
C.
Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka
tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan kemandirian pada survivor Dsn. Kutut dan Munjung pasca
erupsi Gunung Kelud. 2. Mendiskripsikan Faktor-faktor apa sajakah yang
mendorong survivor dalam upaya mewujudkan bentuk kemandirian keluarga pasca
erupsi gunung kelud.
D.
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari hasil
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
a. Penelitian ini diharapkan
memberikan informasi mengenai kemandirian pada survivor pasca bencana khusunya
pada survivor bencana erupsi gunung kelud. b. Dapat menjadi referensi dan
informasi untuk penelitian selanjutnya agar lebih baik tentang kemandirian pada
survivor pasca bencana erupsi gunung kelud.
2. Manfaat praktis a. Bagi
Universitas Islam Negeri Malang b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan dan menambah koleksi bacaan dan informasi sehingga dapat digunakan
sebagai sarana dalam menambah wawasan yang lebih luas. c. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk referensi dan sumber informasi
mengenai kemandirian pada survivor pasca bencana erupsi gunung kelud sehingga
dapat diteliti lebih lanjut. d. Bagi Peneliti Penelitian ini adalah untuk
mengukur kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang didapatkan
pada perkuliahan serta mengungkapkan tentang kemandirian pada survivor pasca
bencana erupsi gunung kelud.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Kemandirian pada survivor bencana erupsi gunung kelud di Desa Pandansari Kec. Ngantangk" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
2 comments:
pandora charms
kobe basketball shoes
goyard handbags
golden goose
ray ban sunglasses
cheap jordans
ultra boost
adidas ultra boost
prada glasses
nike air huarache
nike flyknit trainer
adidas iniki runner
off white clothing
lacoste online shop
balenciaga
air max 2018
irving shoes
nike mercurial
pandora bracelet
lebron 15 shoes
Post a Comment