Abstract
Indonesia:
Kebiasaan membaca adalah sesuatu yang biasa dikerjakan atau pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang untuk hal yang sama. Sedangkan kreativitas adalah suatu aktivitas kognitif yang menghasilkan cara-cara baru dalam memandang suatu masalah atau situasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kebiasaan membaca dengan kreativitas pada siswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswi kelas VIII MTs Surya Buana Malang. Penarikan sampel menggunakan sempel jenuh sehingga semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Jadi jumlah sampel disini sama dengan jumlah populasi yaitu 59 orang.
Pengukuran variable kebiasaan membaca menggunakan angket . Sedangkan pengukuran variabel kreativitas menggunakan instrument alat Tes Kreativitas Verbal (TKV) yang disusun menggunakan model struktur intelek Guilford, yang kemudian dikembangkan oleh Torrence lalu diadaptasi oleh Munandar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kebiasaan membaca siswa adalah 18,64% atau 11 siswa yang berada dalam kategori rendah, 69,49% atau 41 siswa berada dalam kategori sedang, dan 11,87% atau 7 siswa dalam kategori tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki Tingkat Kebiasaan Membaca dalam taraf sedang. Sedangkat tingkat kreativitas adalah 25,41% atau 15 siswa yang berada dalam kategori Superior, 35,59% atau 21 siswa yang berada dalam kategori High Average, dan 39% atau 23 siswa yang berada dalam kategori Average. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa memiliki Tingkat Kreativitas dalam taraf Average atau Rata-rata.
Hasil analisa korelasi dengan perhitungan uji statistik non-parametrik menggunakan uji korelasi rank spearman dengan tingkat signifikasi α = 0.05 didapatkan nilai sig sebesar 0,941. Karena nilai sig sebesar 0,941 > 0,05 maka Ho diterimadan H1 ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan membaca dengan tingkat kreativitas.
English:
Reading habit is something that is usually done or pattern to respond a certain situation that is learned by an individual repeatedly for the same thing. While creativity is a cognitive activity that generates new ways of viewing a problem or situation.
This research aimed to find out whether there was a relationship between the habit of reading with creativity or not on students of class VIII at MTs Surya Buana Malang. The population of this study was the students of class VIII at MTs Surya Buana Malang. The sample taking used was saturated sample so that all members of the population used as sample. Thus, the number of sample here equal to the total population, namely: 59 people.
Variable measurement of reading habit used questionnaire. While the variable measurement of creativity used Verbal Creativity Testas the instrument which was set using the model of Guilford intellect structure, which was later developed by Torrence and adapted by Munandar.
The results showed that the level of students reading habits was 18.64% or 11 students who were in the low category, 69,49% or 41 students were in the category of medium, and 11,87% or 7 students were in the higher category. Thus, it could be concluded that most of the students had reading habit in the medium level. While the level of creativity is 25,41% or 15 students in the Superior category, 35,59% or 21 students were in the High Average category, and 39% or 23 students were in the Average category. Thus, it could be concluded that most of the students have creativity a level in Average.
The result of the analysis of correlation using the calculation of a non- parametric statistical tests using spearman rank correlation test with a significance level of α = 0.05 obtained the value of sig of 0,941. Because the value of sig of 0,941 > 0.05 then Ho was accepted and H1 was refused that it could be concluded there was no significant relationship between the reading habit and the creativity level.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Budaya membaca merupakan budaya yang mulai terkikis seiring dengan
perkembangan teknologi yang kian maju. Masyarakat pada umumnya lebih memilih
untuk menonton TV, mendengarkan musik, atau mencari informasi dari media
internet ketimbang harus membaca.Kecenderungan ini ternyata berimbas pada
proses pembelajaran yang terjadi disekolah, murid-murid lebih suka mencari
informasi dari internet ketimbang dari buku-buku yang sudah tersedia di
sekolah. Minat baca yang masyarakat indonesia sangat rendah. Bisa dilihat dari
data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik(BPS) pada tahun 2006. Data ini
menyebutan bahwaorang lebih memilih menonton TV (85,9%) atau mendengarkan radio
(40,3%) ketimbang membaca koran (23,5%).Mengutip laporan Bank Dunia Nomor
16369-IND, dan studi IEA (International Association for the Evaluation of
Education Achicievement) di Asia Timur, tingkat terendah membaca dipegang oleh
negara Indonesia dengan skor 51,7, di bawah Filipina (skor 52,6), Thailand
(skor 65,1), Singapura (skor 74,0), dan Hongkong (skor 75,5). Bukan itu saja,
kemampuan orang Indonesia dalam menguasai bahan bacaan juga rendah, hanya 30
persen. Data lain juga menyebutkan (UNDP) dalam Human Report 2000, bahwa angka
melek huruf orang dewasa Indonesia hanya 65,5 persen. Sedangkan Malaysia sudah
mencapai 86,4 persen, dan negara-negara maju seperti Jepang, Inggris, 1 2
Jerman, dan Amerika Serikat umunya sudah mencapai 99,0 persen. Ini menunjukan
bahwa masyarakat kita saat ini belum menjadikan kegiatan membaca sebagi sumber
utama dalam mendapatkan informasi. Tapi seiring berjalannya waktu mulai banyak
masyarakat kita yang menyadari pentingnya manfaat membaca, hal ini juga
didukung dengan program gerakan membaca nasional yang dijalankan oleh
pemerintah. Selain sebagai sumber informasi dan pengetahuan membaca juga dapat
merangsang pengembangan kreativitas individu karena kreativitas tidak
berhubungan langsung dengan bakat. Kreativitas ditentukan oleh seberapa banyak
pengetahuan yang tersimpan dimemori otak. Semakin sering dan banyakmembaca
buku, semakin banyak pulalah inspirasi kreativitas tersimpan dalam memori otak
yang hingga saat ini kapasitasnya belum ada yang mampu menandingi.
Munandar (1999) mengatakan bahwa kreativitaslah yang memungkinkan
manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Tidak bisa dipungkiri kesejahtraan
masyarakat bergantung pada sumbangan kreatif berupa ide, penemuan, dan
tekhnologi baru dari anggota masyarakatnya. Dalam hal ini kreativitas menjadi
penting dan perlu dikembangkan, sebab kreativitas merupakan manifestasi dari
individu yang berfungsi penuh dalam perwujudan diri individu. Dibutuhkan
lingkungan yang sehat bagi pengembangan kreativitas serta penciptaan pribadi
yang kreatif. Untuk menjadi pribadi yang kreatif dan bernilai lebih, individu
harus mampu mengolah dan mengembangkan bakat serta potensi yang dimiliki. Pengembangan
kreativitas individu dapat 3 dilakukan diberbagai aspek dan bidang kehidupan,
karena kebutuhan akan kreativitas juga dirasakan dalam semua aspek kehidupan.
Pendidikan di Indonesia pada umumnya terlalu menekankan pada penguasaan materi
yang ditransfer pengajar secara logis analistis sebagaimana mengisi data
kedalam computer. Apa yang diketahui anak adalah sebatas apa yang diisikan,
tanpa berani mengubahnya lebih lanjut (Sugiono, 2004). Sistem pengajaran ini
menyebabkan anak dikondisikan pada pemikiran yang konvergen bukan pemikiran
yang divergen, padahal pemikiran divergen merupakan salah satu ciri pemikiran
ysng kreatif. Agar mampu berpikir kreatif hendaknya anak diajari sedini mungkin
untuk mengembangkan pemikiran yang kreatif, sehingga dimasa mendatang saat
dihadapkan pada sebuah masalah individu dapat menyelesaikannya dengan dengan
pemikiran yang lebih kreatif. Suparno (dalam Drost, 2005) mengatakan tidak
hanya situssi dibanyak sekolah di Indonesia tidak memungkinkan untuk terjadinya
proses pembelajaran yang baik, hal ini terjadi karena masih banyak guru yang
mengajar dengan cara-cara lama dan kurang melibatkan dan mengaktifkan siswa
untuk mampu belajar sendiri. Sampai saat ini masih banyak sekolah yang
menerapkan sistem ceramah dan kurang melibatkan siswa dalam proses
pembelajaran, akibatnya siswa menjadi kurang bebas dalam mengembangkan
gagasannya.
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (sistem pendidikan
nasional) disebutkan bahwa: “Pendidikan diselenggarakan dengan member 4
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran”. Ini menunjukan betapa pentingnya pengembangan
kreatif dalam dalam sistem pendidikan sehingga ada baiknya jika dilakukan
penataan ulang sistem pendidikan yang lebih menekankan pada keaktifan siswa,
pengamatan lingkungan sekitar, serta membaca aktif untuk mencari dan menemukan
jawaban atas pertanyaan dan keingintahuan siswa. Pembentukan manusia kreatif
dimulai sejak anak masih dalam masa kandungan, kemudian diikuti dengan masa
pertumbuhan anak, dan perkembangan anak hingga dewasa. Menurut Munandar (1999)
mengembangkan dan melatih potensi sejak dini sangatlah penting karna
kreativitas akan sangat berguna bagi kehidupan setiap anak. Kreativitas sendiri
diartikan sebagai kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara-cara yang baru
dan tidak biasa dan melahirkan suatu solusi yang unik terhadap masalah-masalah
(Santrock, 1995). Menurut Munandar (1999) kreativitas dibagi menjadi
macam-macam, salah satunya adalah kreativitas yang menekankan pada kemampuan
untuk menghasilkan kata-kata dan setiap kata mengandung huruf-huruf tertentu
dalam batas-batas waktu tertentu atau yang biasa disebut kreativitas verbal.
Kreativitas verbal selain berkaitan dengan kemampuan individu untuk mengemukakan
ide dan gagasan juga berkaitan dengan kemampuan individu dalam berkomunikasi.
Kemampuan berkomunikasi ini dianggap penting dalam era informasi saat ini,
hanya mereka yang mampu menyerap dan 5 mengolah informasilah yang akan berhasil
dalam persaingan hidup ditengah masyarakat (Suparno, 2002).
Pada masa remaja, individu
dihadapkan pada persoalan apakah dia dapat menyelesaikan masalahnya atau tidak.
Keadaan remaja yang dapat menghadapi masalahnya dengan baik akan menjadi modal
dalam menyelesaikan masalah yang muncul selanjutnya. Dalam hal ini, remaja awal
diharapkan dapat mengadakan pengontrolan diri, termasuk dalam hal bersikap dan
berperilaku, agar dapat diterima oleh masyarakat atau lingkungannya (Mappiare,
1982). Ditinjau dari sudut sudut pandang psikologi perkembangan, periode
perkembangan remaja awal berlangsung kurang lebih dari 13 tahun sampai 16 tahu
atau 17 tahun, dan di akhir masa remaja bermula dari 16 tahun atau 17 tahun
sampai 18 tahun yaitu usia matang secara hokum (Hurlock, 2002). Pada usia 13-15
tahun, kreativitas verbal remaja dapat berkembang dengan baik karena diperlukan
sebagai sarana penerimaan kelompok kususnya dari anggota yang berlawnan jenis
sehingga membuat remaja mengendalikan pola prilaku mereka. Hal ini sama dengan
gang-agedimana remaja menyesuaikan diri dengan tujuan agar bisa diterima oleh
kelompknya (Hawadi, 2001). Masa remaja dikenal dengan masa yang bermasalah, dan
biasanya ada dua masalah yang dihadapi remaja. Pertama, sepanjang masa
anak-anak masalah yang dihadapi selalu diselesaikan oleh orang tua dan guru,
sehingga kebanyakan remaja kurang berpengalaman dalam menyelesaikan masalah.
Kedua, karena remaja merasa dirinya harus mandiri sehingga mereka ingin 6
mengatasi masalah sendiri dan menolak bantuan pihak lain dalam penyelesaian
masalah. Masa remaja yang bergejolak biasanya terjadi pada saat anak duduk
dibangku kelas VIII SMP karna anak mulai belajar menyesuaikan diri dari masa
nak-anak ke masa remaja. Masa-massa ini biasanya disebut sebagai masa transisi
atau masa peralihan karna mereka belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak-anak. Pada masa ini, remaja juga masih belum mampu untuk
menguasai fungsi, baik fisik maupun psikisnya (Haditono, 1998). Pada saat kelas
VII, remaja cenderung masih bingung dengan perubahan status yang bukan
anak-anak lagi dan belum sepenuhnya menyesuaikan dengan peran mereka sebagai
sebagai remaja. Sementara pada saat kelas IX, remaja lebih cenderung
mementingkan masalah studi karna mereka sadar bahwa mereka harus melanjutkan ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Idealnya kreativitas pada remaja usia
13-15 tahun dapat berkembang dengan baik karna pada masa ini remaja mempunyai
kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan kelompok, mereka harus dapat
menyesuaikan diri dengan pola kelompok yang telah ditentukan dan setiap
penyimpangan dapat membahayakan proses penerimaan (Hawadi, 2001).
Karna rasa takut akan penolakan dari kelompok inilah maka remaja
cendurung berpikir keras untuk selalu memenuhi keinginan kelompoknya sehingga meraka
memiliki cara pandang yang lebih fleksibel sesuai dengan keinginan kelompoknya
agar bisa selalu bertahan dalam kelompok. 7 Remaja yang kreatif umumnya
memiliki banyak ide baru, sebagian dari ide ini aneh-aneh tetapi ada juga yang
sangat orisinal dan baik untuk umurnya. Ia sering memberikan jawaban yang tidak
biasa terhadap pertanyaan yang biasa-biasa, memberikan saran yang unik untuk
menyelesaikan masalah (Sobur, 1985). Menurut Munandar (1999) dalam hubungan
dengan cirri anak yang kreatif juga mempunyai batasan sendiri. Menurutnya anak
yang kreatif memiliki minat yang luas, dan menyukai kegemaran dan aktivitas
yang kreatif. Mereka lebih berani mengambil resiko daripada anak-anak umumnya.
Artinya, dalam melakukan sesuatu yang mereka anggap berarti, penting, dan
disukai mereka tidak terlalu memperhatikan pendapat orang lain. Menurut hasil
pengamatan peneliti remaja sekarang ini lebih tertarik pada internet dan game
daripada membaca buku. Seringkali sepulang sekolah para remaja menyempatkan
diri untuk mampir ke warnet dan menghabiskan waktu yang cukup lama bermain
disana daripada membaca buku. Ditambah lagi dengan semakin berkembangnya jaman
yang membuat semua hal menjadi instant sehingga remaja menjadi malas membaca
buku dan lebih memilih mencari informasi dari internet, padahal banyak sekali
informasi dari internet yang kurang jelas rujukannya. Hal ini berdampak pada
turunnya kemampuan menghasilkan gagasan-gagasan baru dan menguraikan masalah
secara rinci serta sistematik karna remaja sekarang beranggapan bahwa setiap
permasalah sudah terdapat solusinya di internet. Selain faktor diatas
lingkungan disekolah juga dapat menghambat pengembangan kreativitas remaja.
Menurut Munandar (2009) Ada beberapa 8 hal yang dapat menghambat kreativitas
remaja dilingkungan sekolah, antara lain sikap guru yang terlalu mengontol
menjadikan tingkat motivasi instrinstik remaja rendah, belajar dengan hapalan
mekanis, tekanan dari taman sebaya, kegagalan yang dialami dalam pembelajaran,
dan sistem sekolah yang terkesan mengekang.Perkembangan pendidikan di Indonesia
dinilai belum mendidik tingkat kreativitas anak, karena hanya mengukur
kepintaran mereka melalui besaran nilai studi di masing-masing sekolahnya
(ANTARA News). Menurut Ketua Dewan Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Prof Dr Zainudin
Maliki pendidikan harus berkembang seiring dengan kemajuan zaman, dan tidak
selalu mengutamakan nilai pelajaran. Permasalahan diatas menyebabkan
kreativitas remaja semakin tidak terasah karna terbiasa mendapatkan solusi
secara instant. Kesadaran diri remaja yang rendah juga mengakibatkan hal ini
semakin parah. Karena itu perlu adanya dorongan dari orang tua dan guru untuk
mengembangkan lebih jauh kemampuan kreativitas remaja. Salah satunya dengan
membiasakan membaca pada remaja, hal ini bisa dilakukan dengan mengoptimalkan
peran perpustakaan disekolah. Dalam proses pengembangan kreativitas ini
dibutuhkan banyak pengetahuan, kosakata, dan contoh penyelesaian masalah yang
biasanya harus dicari sendiri oleh remaja. Untuk memudahkan proses ini sangat penting
bagi remaja untuk memperbanyak kegiatan membaca karena membaca adalah salah
satu cara mendapat pengetahuan lebih. Semakin banyak buku yang dibaca maka
semakin banyak pula informasi yang dikumpulkan untuk 9 dijadikan refrensi dalam
pemecahan masalah dan dapat meningkatkan intelegensi. Berdasarkan pemikiran
yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti bermaksud mengakji lebih dalam
tentang “Hubungan Kebiasaan Membaca dengan Kreativitas pada Siswa Kelas VIII
MTs Surya Buana Malang”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat
dirumuskan yaitu:
1. Bagaimana tingkat kebiasaan membaca siswa kelas VIII MTs Surya
Buana Malang? 2. Bagaimanatingkat kreativitassiswa kelas VIII MTs Surya Buana
Malang?
3. Apakah terdapat hubungan antara kebiasaan membaca dengan
kreativitas siswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang?
C. Tujuan Tujuan
dilakukannya penelitian ini
adaalah:
1. Untuk mengetahui tingkat
kebiasaan membaca siswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang.
2. Untuk mengetahui tingkat
kreativitas siswa kelas VIII MTs Surya Buana Malang.
3. Untuk mengetahui hubungan
kebiasaan membaca dengan kreativitassiswa kelas VIII MTs Surya Buana.
D. Manfaat
Mamfaat yang didapat dalam penelitian ini
adalah:
A. Secara Teoritis Secara teoritis hasil penelitian diharapkan
dapat memberikan pemikiran tambahan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
psikologi pada umumnya dan psikologi pendidikan kususnya sehingga dapat 11
dikembangkan metode-metode pembelajaran baru yang dapat mengoptimalkan bakat
dan minat peserta didik.
B.
Secara Praktik Secara praktik penelitian ini ingin mengungkap hubungan antara
kebiasaan membaca dengan kreativitas. Dan penelitian ini diharapkan dapat
memberi kontribusi pada dunia pendidikan, kususnya dalam menumbuhkan kebiasaan
membaca dalam menunjang pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajar dan kreativitassiswa. Juga untuk memberi pengetahuan lebih pada
orangtua tentang pentingnya membiasakan membaca pada anak sejak dini dan juga
selalu mendukung bakat dan minat anak agar kreativitas anak semakin berkembang
dengan baik. Penelitian ini juga diharapkan dapat membantu para guru dan siswa
untuk lebih mengasah kreativitas dengan memfasilitasi wadah untuk pengembangan
kreativitas karna biasanya guru hanya berkonsentrasi pada kelemahan siswa tanpa
memperhatikan bakat dan minat siswa dibidang lain.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan kebiasaan membaca dengan kreativitas pada siswa kelas VIII MTs Surya Bunana Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
3 comments:
adidas superstar
christian louboutin
adidas eqt
yeezy boost 350
paul george shoes
jordan retro 13
timberland shoes
adidas stan smith
kobe byrant shoes
golden goose sneakers
شركة تنظيف بالرياض
نقل عفش بمكة
شركة نقل عفش بجدة
شركة تنظيف خزانات بالرياض
شركة تنظيف خزانات بمكة
شركة نقل عفش بالمدينة المنورة
urfa
çankırı
kastamonu
van
yalova
F3GAYP
Post a Comment