Abstract
INDONESIA:
Remaja merupakan tahapan peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa dengan ditandai adanya perubahan-perubahan. Perubahan yang paling bisa dirasakan adalah perubahan fisik, remaja akan mulai merasakan adanya perbedaan pada tubuhnya yang berkembang. Hal tersebut membuat remaja memiliki gambaran tentang dirinya sendiri yang disebut dengan istilah citra tubuh. Terjadinya perubahan fisik tersebut secara otomatis memberikan dampak penyesuaian diri pada remaja untuk dapat menyesuaikan dengan dirinya sendiri dan lingkungan. Pandangan itu yang sering membuat remaja merasa malu dan tidak percaya diri untuk menunjukkan dirinya terhadap lingkungan. Akan tetapi fenomena di lapangan mengatakan hal yang berbeda, mereka justru memiliki citra tubuh yang baik dan juga penyesuaian diri yang baik tanpa adanya rasa malu. Mereka malah bangga terhadap perubahan yang mereka alami.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui tingkat citra tubuh siswa-siswi kelas VII-VIII SMP NU Syamsuddin Malang, (2) mengetahui tingkat penyesuaian diri siswa-siswi kelas VII-VIII SMP NU Syamsuddin Malang, dan (3) menguji ada atau tidaknya pengaruh citra tubuh terhadap penyesuaian diri siswa-siswi kelas VII-VIII SMP NU Syamsuddin Malang.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas pada analisis regresi linier sederhana dengan bantuan program SPSS for Windows. Wawancara, observasi dan penyebaran skala digunakan sebagai media pengumpulan data. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh yang berjumlah 59 subjek.
Hasil dari penelitian mengatakan bahwa tingkat citra tubuh siswa-siswi kelas VII-VIII berada pada kategori sedang dan tingkat penyesuaian diri berada pada kategori sedang juga. Serta diperoleh hasil terdapat pengaruh citra tubuh terhadap penyesuaian diri siswa-siswi kelas VII-VIII SMP NU Syamsuddin Malang. Dengan tingkat signifikansi sebesar p = 0,000 ( r = 0,605 ; p < 0,01 ). Sumbangsi yang diberikan citra tubuh terhadap penyesuaian diri sebesar 36,6% sedangkan sisanya sebesar 63,4% yang disebabkan oleh faktor lain.
ENGLISH:
Adolescence is the transitional phase from childhood to adulthood marked by changes. The most change which can be felt is the physical changes, the adolescents will start to feel a difference in their growing body. It makes the adolescent has an image of himself which is called body image. The physical changes automatically give adjustment impact on the adolescent to adjust himself and the environment. That view is often make adolescent feel shy and not confident to show himself to the environment. But the field phenomenon says different things, they actually have a good body image and also a good adjustment without shyness. Instead, they proud of their changes which have experienced.
The objectives of this research are: (1) To determine the level of body image of VII-VIII grade students in SMP NU Syamsuddin Malang, (2) To determine the level of adjustment of VII-VIII grade students in SMP NU Syamsuddin Malang, and (3) To test the presence of the body image influence on the adjustment of VII-VIII grade students in SMP NU Syamsuddin Malang.
This research uses a quantitative research methods by doing the validity and reliability test on a simple linear regression analysis with the assistance of SPSS for Windows Program. Interviews, observation and scale distribution used as a medium of data collection. The sampling technique uses saturated sampling as much as 59 subjects.
The findings of this research say that the level of the body image of VII-VIII grade students is in the middle category and the level adjustment is in the middle category too. It also obtained that there are influences on body image against adjustment VII-VIII grade students in SMP NU Syamsuddin Malang. With a significance level of p = 0.000 (r = 0.605; p <0.01). The contribution of body image against adjustment as much as 36.6% while the remaining is 63.4% caused by other factors.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan
tingkat pendidikan dasar secara formal setelah melalui tingkat sekolah dasar.
Pada umumnya peserta tingkat pendidikan ini berusia 12 hingga 15 tahun. Dimana
pada usia tersebut anak sudah bisa disebut sebagai remaja. Santrock mengatakan
bahwa remaja merupakan suatu masa transisi, yakni perpindahan dari masa
kanakkanak menuju masa dewasa (2011:299). Remaja memiliki peran yang sangat
penting dalam pencapaian cita-cita bangsa di masa yang akan datang. Oleh karena
itu, sangatlah penting adanya pendidikan untuk usia remaja tersebut. Pendidikan
yang diberikan kepada remaja tidaklah cukup pemberian pendidikan secara formal
saja, akan tetapi juga diperlukan pemberian pendidikan nonformal. Pendidikan
nonformal tersebut dapat berupa pendidikan moral ataupun adab. Pemberian
pendidikan nonformal dapat dilakukan oleh pihak sekolah maupun keluarga.
Pendidikan nonformal perlu adanya untuk memberikan pengertian terhadap anak
mengenai kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang tidak jauh dari
norma-norma yang ada. Masa remaja merupakan tahapan dimana anak akan banyak
merasakan hal yang baru, baik perubahan dalam dirinya maupun dari lingkungan
sekitarnya. Masa ini adalah masa yang rentan terhadap adanya kesalahan dalam
menentukan tujuan hidup, karena masa ini adalah masa 2 pencarian identitas diri
bagi remaja. Sangat diperlukan adanya perhatian yang penuh untuk memberikan
bimbingan agar si anak tidak berada di jalan dan pengetahuan yang salah.
Pada masa transisi, remaja yang
berasal dari masa kanak-kanak mengalami perubahan yang cukup terlihat, baik itu
perubahan dari segi fisik, biologis maupun kognitifnya. Perubahan nyata yang
biasa langsung disadari oleh remaja tersebut dan orang di sekitarnya adalah
adanya perubahan fisik. Perubahan yang seperti ini biasa dialami di awal usia
remaja mereka. Lebih tepatnya pada siswa-siswi kelas VII dengan rentan usia 12
hingga 13 tahun dan siswa-siswi kelas VIII dengan rentang usia 13 hingga 14
tahun. Ketika sampai pada masa pubertas, remaja mulai merasakan adanya
perbedaan pada raganya karena mengalami perkembangan. Crosnoe dan Trinitapoli
dalam Santrock mengatakan bahwa terjadinya masa peralihan dari masa kanak-kanak
ke masa remaja adalah „kompleks dan multidimensi‟, hal tersebut melibatkan
perubahan dari banyak aspek yang berbeda dari kehidupan individu (2011:300).
Remaja seharusnya mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada
masa puber sehingga remaja mencapai kepuasan terhadap diri dan lingkungan.
Remaja pubertas mengalami perubahan dan perkembangan secara fisik, kognitif dan
sosial-emosinya. Sehingga remaja mulai menyesuaikan diri dengan perubahan
tersebut. 3 Perubahan-perubahan fisik yang terbesar pengaruhnya pada
perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi panjang dan
tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada
wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang
tumbuh (Sarwono, 2011:62).
Pada segi kognitifnya remaja mulai
bisa berfikir secara abstrak, idealis dan logis (Santrock, 2011:299). Sehingga
mereka mulai berfikir tentang bagaimana dirinya pada pandangannya sendiri dan
pada pandangan orang lain terhadapnya. Dan Santrock juga berpendapat bahwa
secara secara sosial-emosinya pada masa ini merupakan masa dimana remaja mulai
mencari identitas dirinya (2011:299). Remaja mulai mengatur diri dengan dapat
menyesuaikan diri terhadap lingkungan agar dapat diterima dengan baik. Adanya
perubahan pada masa pubertas mengakibatkan munculnya rasa malu pada sebagian
remaja. Karena perubahan tidak dialami secara serentak oleh semua remaja,
sehingga ketika terdapat remaja yang mengalami hal tersebut, ia akan merasa
bahwa dirinya berbeda dari yang lain. Terlebih pada perubahan fisik yang
membuat citra tubuh remaja tersebut berperan, dengan menilai dirinya sendiri
bahwa dirinya tampak cantik atau jelek. Remaja mulai memperhatikan dan merawat
tubuhnya untuk dapat tampil sedemikian rupa agar dapat sanjungan dari pandangan
orang lain terhadapnya. 4 Beberapa dari mereka ada yang sudah bisa menata
penampilan sesuai dengan kesesuaian lingkungannya, akan tetapi ada juga
beberapa dari mereka yang bersikap acuh terhadap lingkungannya, yang penting ia
bisa tampil menarik dengan perubahan yang mereka alami. Penyesuaian diri yang
seperti ini cenderung dialami remaja awal, karena mereka masih kurang bisa
mengontrol diri mereka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dan terhadap
penemuan siapa sebenarnya diri mereka, peran dan kemana mereka harus melangkah
pada tahapan yang seperti ini. Ketika remaja mulai menyadari citra tubuh mereka
di masa pubertas remaja awal, beberapa dari mereka bisa mulai merasa malu untuk
mengakui apa yang sedang terjadi pada diri mereka.
Tapi juga beberapa dari mereka akan
dengan bangganya menunjukkan apa yang sudah terjadi. Hal tersebut bisa
dikarenakan adanya kebanggaan tersendiri pada diri mereka karena mengalami
perubahan kearah yang lebih baik menurut mereka. Mereka senang diperhatikan
orang lain dengan perbedaan yang ada, bahkan mereka bisa jadi merasa lebih
ganteng atau lebih cantik di antara mereka yang lain. Untuk mereka yang merasa
malu mengakui, mereka perlu untuk menyesuaikan diri dengan yang lain agar tidak
dikucilkan karena mereka berbeda dengan yang lain. Remaja seperti ini akan
merasa takut akan dirinya sendiri yang terlebih dahulu mengalami perubahan
dibanding yang lain. Sebisa mungkin menutupi kejadian awal penanda pubertas
dari yang lain, terlebih kepada mereka yang berlawanan jenis. 5 Informasi dari
data awal yang didapatkan mengatakan bahwa masa pubertas adalah masa yang
dinanti. Mereka para remaja menganggap masa pubertas bisa membawa membuat
mereka lebih dewasa. Mereka tidak memikirkan lagi tentang remaja sebagai masa
penting yang harus mereka lalui dan mereka perhatikan. Karena masa ini
merupakan masa yang sangat rentan terhadap perilaku positif ataupun negatif
yang bisa menentukan ke arah mana mereka akan melanjutkan hidup. Hasil
wawancara dari beberapa siswa kelas VII dan VIII SMP NU Syamsuddin menyatakan
bahwa pada saat awal merasakan pubertas mereka merasa bingung, takut dan tidak
nyaman. Akan tetapi mereka juga mengatakan senang karena mereka bisa mulai
mengenal yang namanya pacaran. Perubahan fisik yang mereka alami dirasa hal
yang biasa saja karena dianggap semua juga akan mengalami hal tersebut. Fakta
ini dapat disesuaikan dengan salah satu aspek penyeseuaian diri siswa yakni
selfsatisfaction. Rasa puas yang ada pada diri didapatkan bila keinginannya
terpenuhi dan menganggap segala sesuatu sebagai suatu pengalaman. Pengalaman
dari fakta yang didapat berupa pengeksploran diri dengan status pacaran yang
kemudian dibanggakan kepada teman-temannya (wawancara II, 19 Januari 2015).
Kejanggalan dirasakan ketika terdapat minoritas yang tidak mengalami hal-hal
seperti yang ada di lingkungannya. Ditemukan 1 diantara 12 siswi di kelas VII
yang belum mengalami masa pubertas. Salah satu 6 subjek berinisial V mengaku
pernah mendapatkan cerita dari siswa berinisial A yang belum mengalami
pubertas. Diakatakan bahwa siswa berinisial A ini merasa bingung dan heran
karena hanya dirinya yang belum mengalami pubertas. Sampai si A mencari tahu
dengan bertanya-tanya kepada si V tentang kenapa dia belum mengalami pubertas
(wawancara II, 19 Januari 2015). Wali kelas dari kelas VII dan kelas VIII-pun
mengatakan bahwa masa pubertas siswa-siswinya saat ini adalah sebuah prestasi
dan kesenangan. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya istilah pacaran yang
mereka eksplorkan kepada teman-temannya. Mereka gunakan keadaan tersebut sebagai
pembanding dengan teman-temannya untuk menunjukkan bahwa mereka bisa lebih dari
mereka (wawancara II, 19 Januari 2015).
Penelitian terdahulu oleh Jul Asdar
Putra Samura, SST, M.Kes tentang “Hubungan Perubahan Fisik Pada Masa Pubertas
Dengan Citra Tubuh Remaja Putri Kelas 1” mengatakan bahwa remaja putri yang
menerima citra tubuhnya sebanyak 21 orang (68%) dan remaja putri yang menolak
citra tubuhnya sebanyak 10 orang (32%). Fenomena yang ditemukan di kelas VII
dan VIII SMP NU Syamsuddin hampir memiliki kesamaan dengan penelitian tersebut.
Remaja di SMP NU Syamsuddin menerima citra tubuhnya pada masa pubertas dengan
adanya kebanggaan tersendiri dengan perubahan dirinya yang membuat mereka lebih
merasa percaya diri. 7 Penelitian lain mengenai “Penyesuaian Diri Pada Masa
Pubertas” oleh Lilis Suryani, Syahniar dan Zikra (2013) mengemukakan bahwa
penyesuaian diri terhadap perubahan fisik pada masa pubertas berada pada
kategori kurang baik. Perubahan fisik ini meliputi ukuran tubuh, perubahan
proporsi tubuh, ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Hasil dari
penelitian tersebut berbeda dengan fenomena yang saya temukan di tempat
penelitian. Kenyataan yang ada siswa-siswi kelas VII dan kelas VIII SMP NU
Syamsuddin cukup bisa menyesuaikan diri dengan perubahan fisik yang terjadi
pada saat pubertas. Mereka merasa senang dan tidak ada rasa malu dikarenakan
berpikir bahwa yang lain pasti juga merasakan atau mengalami hal tersebut.
Berdasarkan data yang telah dipaparkan, terdapat perbedaan dari fenomena dengan
hasil penelitian yang ditemukan. Maka peneliti tertarik mengadakan penelitian
mengenai masa pubertas remaja untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh citra
tubuh terhadap penyesuaian diri pada masa pubertas remaja.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas,
maka selanjutnya dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat citra tubuh
masa pubertas siswa-siswi kelas VII-VIII SMP NU Syamsuddin?
2. Bagaimana tingkat penyesuaian
diri masa pubertas siswa-siswi kelas VIIVIII SMP NU Syamsuddin?
3. Adakah pengaruh citra tubuh terhadap
penyesuaian diri masa pubertas siswa-siswa SMP NU Syamsuddin Kelas VII-VIII?
C. Tujuan Penelitian
Dengan melihat perumusan masalah di
atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tingkat citra tubuh
masa pubertas siswa-siswi kelas VII-VIII SMP NU Syamsuddin.
2. Mengetahui tingkat penyesuaian masa
pubertas siswa-siswi kelas VII-VIII SMP NU Syamsuddin.
3. Menguji ada atau tidaknya pengaruh citra
tubuh terhadap penyesuaian diri masa pubertas siswa-siswi Kelas VII-VIII SMP NU
Syamsuddin.
D. Manfaat Penelitian
Secara Teortis Penelitian ini diharapkan dapat
memberi sumbangan yang mampu memperluas cakrawala ilmiah pada psikologi
perkembangan pada khususnya, serta ilmu psikologi pada umumnya dalam mengetahui
pengaruh citra tubuh terhadap penyesuaian diri pada remaja awal. 9 Secara
Praktis Penelitian ini diharapkan membawa manfaat sebagai berikut : a. Bagi
Siswa Peneliti berharap bahwa penelitian ini akan bermanfaat sebagai bahan
masukan bagi siswa yang sudah memasuki masa remaja awal dan diharapkan dapat
menjadi acuan untuk menambah pengetahuan siswa mengenai citra tubuh siswa
terhadap penyesuaian diri siswa dalam masa remaja awal. b. Bagi Sekolah Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan keuntungan yang cukup besar dalam
rangka pengembangan perhatian terhadap siswasiswi yang mengalami masa
penyesuaian diri dari masa transisinya. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian
ini diharapkan dapat membantu peneliti selanjutnya sebagai bahan informasi dan
referensi. Bisa dijadikan bahan acuan untuk meneliti lebih lengkap atau
melanjutkan penelitian ini.
DOWNLOAD
2 comments:
longchamp handbags
burberry outlet
cat boots
vibram fivefingers
westbrook shoes
basketball shoes
converse outlet
hermes belt
nike huarache
van cleef
nike zoom
nike air max
nike basketball shoes
pg 1
cheap jordans
nike hyperdunk
adidas nmd
basketball shoes
asics sneakers
kate spade handbags
Post a Comment