Abstract
INDONESIA:
Hasil Prestasi belajar siswa yang berupa raport masih menjadi barometer untuk mengukur kapasitas seseorang, dalam hal ini siswa pada khususnya. Sedangkan untuk mencapai prestasi belajar yang optimal dibutuhkan berbagai faktor pendorong dan dukungan yang real, agar siswa mampu melewati hambatan-hambatan yang ada. Karena tidak semua siswa mampu untuk mengatasi hambatan dan tantangan dalam proses belajar mereka, dan hal ini tentunya akan mempengaruhi hasil daripada prestasi belajar siswa itu sendiri. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Gedeg dengan tujuan untuk mengetahui tingkat hubungan dukungan sosial terhadap prestasi belajar pada siswa kelas X & XI SMAN 1 Gedeg.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif korelasional, yaitu penelitian yang berusaha menjelaskan atau menerangkan suatu peristiwa berdasarkan data, sedangkan korelasional bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua fenomena atau lebih. Subyek penelitian berjumlah 153 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik random sampling yaitu semua anggota populasi memperoleh kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai bagian dari sampel dalam penelitian. Pengambilan data menggunakan satu skala, yaitu skala dukungan sosial saja. Teknik pengumpulan datanya menggunakan analisa norma, analisa prosentase dan analisa korelasi sederhana dengan menggunakan perangkat lunak komputer yaitu SPSS 16.0 for windows.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa hasil analisis data menunjukkan bahwa pengaruh antara hubungan dukungan sosial terhadap prestasi belajar SMAN 1 Gedeg sebesar 0,5% dan sisanya 99,5% dipengaruhi oleh faktor lain. tingkat hubungan dukungan sosial SMAN 1 Gedeg tertinggi berada di kategori sedang dengan prosentase 73,9% atau 113 responden sedangkan sisanya berada pada kategori tinggi yakni 21,6% atau 33 responden dan kategori rendah yakni 4,6% atau 7 orang. Sedangkan pada tingkat prestasi belajar SMAN 1 Gedeg berada pada kategori cukup yakni 72,5% atau responden dan sisanya berada pada kategori baik yakni 13,1% atau 20 responden dan di kategori kurang ada 14,4% atau 22 responden. Tidak terdapat hubungan positif dan pengaruh yang signifikan antara dukungan sosial terhadap prestasi belajar. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien r sebesar 0.070.
ENGLISH:
Student achievement results in the form of report cards is still a barometer for measuring the capacity of a person, in this case the students in particular. Meanwhile, to achieve optimal learning takes various factors driving and support the real, so that students are able to pass through the barriers that exist. Because not all students are able to overcome obstacles and challenges in their learning process, and it is certainly going to affect the outcome rather than student achievement itself. This study was conducted in State Senior High School 1 Gedeg in order to determine the level of the relationship of social support to achievement learn in class X and XI State Senior High School 1 Gedeg.
This study used quantitative descriptive correlational research that seeks to explain or describe an event based on the data, while correlational aims to find whether there is a relationship between two or more phenomena. The subjects included 153 respondents were selected using random sampling techniques are all members of the population have equal opportunities to be selected as part of the sample. Retrieving data using one scale, the scale of social support alone. Analysis technique used in data collection norm, percentage analysis and simple correlation analysis using computer software SPSS 16.0 for Windows.
The research results note that the results of data analysis showed that the influence of the relationship between social support to the learning achievement of State Senior High School 1 Gedeg by 0.5% and the remaining 99.5% is influenced by other factors. the level of social support relationships State Senior High School 1 Gedeg highest in the medium category with a percentage of 73.9% or 113 respondents, while the rest are in the high category namely 21.6% or 33 respondents and lower category ie 4.6% or 7 people. While at the level of learning achievement of State Senior High School 1 Gedeg is in the category enough that 72.5% or respondents and the rest are in the good category ie 13.1% or 20 respondents, and in the category of less there is 14.4% or 22 respondents. There is no positive correlation and significant influence of the relationship between social support to achievement learn. This is indicated by the coefficient r of 0.070.
The research results note that the results of data analysis showed that the influence of the relationship between social support to the learning achievement of State Senior High School 1 Gedeg by 0.5% and the remaining 99.5% is influenced by other factors. the level of social support relationships State Senior High School 1 Gedeg highest in the medium category with a percentage of 73.9% or 113 respondents, while the rest are in the high category namely 21.6% or 33 respondents and lower category ie 4.6% or 7 people. While at the level of learning achievement of State Senior High School 1 Gedeg is in the category enough that 72.5% or respondents and the rest are in the good category ie 13.1% or 20 respondents, and in the category of less there is 14.4% or 22 respondents. There is no positive correlation and significant influence of the relationship between social support to achievement learn. This is indicated by the coefficient r of 0.070.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pembahasan mengenai rendahnya mutu
pendidikan di Indonesia bukanlah hal yang baru lagi, khususnya bagi masyarakat.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Hal ini dapat
dilihat dari survei Political and Economic Risk Consultant (PERC) bahwa
kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di
Asia. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia
memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57
negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survei dari lembaga yang sama
Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi
dari 53 negara di dunia. Bila dilihat dari data di atas, kondisi pendidikan di
Indonesia sangat memprihatinkan. Menurut survei yang dilakukan The World
Economic Forum Swedia (2000) penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia
antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran.
Sedangkan menurut Hasbullah (2005) bahwa penyebab rendahnya mutu pendidikan di
Indonesia adalah berasal dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal seperti motivasi, konsep diri, minat, kemandirian belajar. Sedangkan
faktor eksternal seperti sarana prasarana, guru, orangtua, dan lain-lain.
Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk dan menciptakan sumber daya manusia
yang berkualitas. Namun hal itu tidak diikuti dengan 2 kualitas pendidikan di
Indonesia pada dekade terakhir ini yang semakin menurun. Hal tersebut
mengindikasikan adanya masalah dalam sistem pendidikan di Indonesia ditinjau
dari perspektif ideologis, teknis dan praktis seperti kekeliruan paradigma
pendidikan yang mendasari keseluruhan penyelenggaraan sistem pendidikan,
mahalnya biaya pendidikan, rendahnya sarana fisik, rendahnya prestasi siswa,
meningkatnya kegagalan dan rendahnya kesejahteraan guru (Shiddiq, 2006). Tidak
heran jika indeks pembangunan pendidikan untuk semua atau education for all di
Indonesia menurun. Jika pada tahun 2010 lalu Indonesia berada di peringkat 65,
tahun 2011 merosot ke peringkat 69 dibawah Brunei Darussalam dan Malaysia yang
masing-masing berada pada peringkat 34 dan 65 dari 127 Negara di Dunia
(Napitupulu, 2011). Demikian juga hasil survei Programme for International
Student Assessment (PISA) 2009, yang menempatkan Indonesia pada peringkat ke-10
dari bawah dari 65 Negara di dunia dengan penilaian di bidang reading,
mathematics dan science (PISA, 2009).
Bukti empiris menunjukkan bahwa pencapaian
prestasi dalam dunia pendidikan merupakan sebuah konsekuensi multi dimensional
yang menghubungkan berbagai faktor termasuk keluarga, komunitas, sekolah, teman
sebaya dan siswa itu sendiri (Lucio, Rapp-Paglicci, & Rowe, 2011). Dimyati
dan Mudjiono (1999) menyebutkan beberapa faktor penyebab prestasi belajar yang
masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh faktor – faktor diantaranya kurang
adanya fasilitas belajar baik di sekolah maupun di rumah, siswa semakin
dihadapkan pada banyak pilihan yang membuat mereka semakin takut akan
kegagalan. Hal ini dipengaruhi juga dengan kondisi orang tua yang kurang
memahami 3 materi dan system pembelajaran sehingga tidak memberikan dukungan
yang maksimal terhadap anak. Kondisi kemiskinan juga menjadikan asupan gizi
anak didik menjadi hal yang mustahil untuk dipenuhi. Secara tidak langsung
berbagai faktor tersebut dapat berkontribusi sebagai penghambat dalam belajar.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan memegang peranan penting menyangkut
kemajuan dan masa depan suatu bangsa, tanpa pendidikan mustahil suatu bangsa
akan maju dan berkembang untuk mampu bersaing mengukuhkan diri sebagai sebagai
salah satu bangsa yang besar . Dalam UU no 20 tahun 2003 tentang sistem
Pendidikan Nasional pasal 3 yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Pendidikan merupakan aktivitas yang
berlangsung sepanjang hidup manusia. Pendidikan itu sendiri tidak dapat
dipisahkan dari istilah belajar karena pada dasarnya belajar merupakan bagian
dari pendidikan. Selain itu proses belajar merupakan suatu kegiatan yang pokok
dan utama dalam dunia pendidikan. Manusia tidak akan pernah berhenti belajar
karena setiap langkah manusia dalam hidupnya akan dihadapkan pada permasalahan
yang membutuhkan pemecahan dan menuntut manusia untuk belajar 4 menghadapinya.
Belajar merupakan suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu dari tidak bisa
menjadi bisa sehingga proses belajar akan mengarah pada tujuan dari belajar itu
sendiri. Usaha- usaha untuk mendidik dan mengajar dilakukan sejak manusia lahir
dengan mengenalkan berbagai hal yang paling sederhana melalui stimulus
lingkungan, misalnya bunyi, warna, rasa, bentuk dan sebagainya. Sekolah
merupakan salah satu tumpuan dan harapan orangtua, masyarakat, dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Dalam hal ini, sekolah memegang
peranan penting dibanding lembaga pendidikan lainnya. Disini potensi anak akan
ditumbuhkembangkan dan ditingkatkan ke arah yang lebih baik dan sempurna.
Sesuai dengan UUD 1945 tentang pendidikan dan kebudayaan, yakni : “Pemerintah
mengusahakan danmenyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”. (UUD ’45, 2004
: 28) Keberhasilan pengajaran di sekolah, ditentukan dengan penguasaan siswa
terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Tingkat keberhasilan siswa
dalam menguasai materi pelajaran dinyatakan dengan prestasi belajarnya.
Prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan belajar yang dinyatakan oleh nilai
raport, setelah siswa melalui proses belajar dalam satu semester. Prestasi yang
dicapai siswa memberikan gambaran tentang tingkat keberhasilannya dibandingkan
dengan siswa lain. 5 Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam
prestasi belajar, maka perlu dilakukan evaluasi. Tujuannya untuk mengetahui
prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung.
Hal ini disebabkan prestasi belajar
merupakan hasil penilaian atas kemampuan, kecakapan, keterampilan tertentu yang
dipelajari selama masa belajar. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,
sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Memahami prestasi
belajar secara garis besar harus bertitik tolak kepada pengertian belajar itu
sendiri. Untuk itu para ahli mengemukakan pendapat yang berbeda-beda sesuai
dengan pandangan yang mereka anut. Namun dari pendapat yang berbeda itu dapat
kita temukan satu titik persamaan. Seperti yang diungkapkan oleh Poerwanto
(1986) bahwa prestasi belajar sebagai hasil yang dicapai oleh seseorang setelah
melakukan proses belajar yang dinyatakan dalam raport. Untuk mencapai prestasi
belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal berasal dari dalam diri sendiri, sedangkan
faktor eksternal berasal dari luar diri siswa. Faktor yang berasal dari luar
meliputi faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat serta lingkungan keluarga. Sedangkan faktor yang timbul dari dalam
diri siswa berupa faktor biologis seperti faktor kesehatan misalnya cacat
mental. Sedangkan faktor psikologisnya seperti kecerdasan, bakat, minat,
perhatian, serta motivasi belajar siswa. 6 Menurut Sarlito (1980) menambahkan
pujian-pujian atas keberhasilan anak merupakan sesuatu yang orang tua dan guru
wajib berikan kepada anak agar lebih meningkatkan prestasinya , atau bisa
disebut dengan dukungan mental (mental support). Disamping itu penelitian yang
pernah dilakukan oleh Thorndike di negara India , Chile , Irand , dan Thailand
menjelaskan menjelaskan perubahan prestasi belajar antara 1,5% sampai 8,7% .
Hai ini mengindikasikan bahwa dukungan orang tua dapat memotivasi siswa dalam
meraih prestasi di bidang akademik. Disamping lingkungan keluarga lingkungan
sekolah juga sangat berpotensi untuk memberikan dukungan sosial terhadap
peserta didik . Contohnya teman mampu memberikan bantuan instrumental yakni
membantu dalam pemecahan masalah terkait tugas yang diberikan oleh guru kepada
siswa melalui forum kelompok belajar. Guru mampu untuk memberikan dukungan
informasi akurat sesuai dengan kebutuhan dan bakat dari siswa yang
bersangkutan, sehingga siswa tersebut mampu untuk menggunakan informasi yang
diterima untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki guna meningkatkan
prestasinya. Memotivasi agar peserta didik lebih berprestasi bukanlah hal yang
mudah untuk dilakukan. Rendahnya kepedulian orang tua, teman, guru bisa
berakibat pada rendahnya prestasi belajar peserta didik. Menindaklajuti hal
tersebut seharusnya orang tua, guru, maupun teman kiranya dapat memberikan
dukungan untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik dengan berkolaborasi
dalam rangka membantu untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik
sehingga diperoleh hasil yang signifikan.
Seperti halnya dukungan yang dikatakan oleh
Gotlieb (1983), bahwa dukungan itu bisa didapat dari orang-orang terdekat yang
akrab dengan subjek. Salah satunya dukungan dari orang tua yang berfungsi untuk
memberikan penguatan bagi remaja, yaitu dalam menumbuhkan rasa aman dalam
melakukan partisipasi, aktif, dan eksploratif dalam kehidupan. Akhirnya
menumbuhkan peningkatan rasa percaya diri pada remaja untuk menghadapi situasi
baru dan tantangan didalam kehidupannya. Dukungan sosial (social support)
didefinisikan oleh Gottlieb (1983) sebagai informasi verbal atau non-verbal,
saran, bantuan yang nyata atau tingkahlaku yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa kehadiran dan
hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada
tingkahlaku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan
sosial, secara emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau
kesan yang menyenangkan pada dirinya. House (1981) berpendapat bahwa dukungan
sosial adalah hubungan interpersonal yang melibatkan dua orang atau lebih untuk
memenuhi kebutuhan dasar individu dalam mendapatkan rasa aman, hubungan sosial,
persetujuan dan kasih sayang (Sarason, dkk. 1990) House (dalam Smet, 1994)
membagi dukungan sosial menjadi empat aspek yaitu : Aspek Emosional (Emosional
support), Aspek Penghargaan (Esteem support), Aspek Instrumental (Instrumental
support), aspek Informasi (Information support). 8 Sarafino (1994) menjelaskan
dukungan sosial dapat berasal dari orang- orang sekitar individu seperti orang
tua, guru, dan teman sebaya sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar
mereka, yang meliputi adanya komponen-komponen dari dukungan sosial itu
sendiri, seperti : dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan
instrumental , dukungan informasi dan dukungan jaringan sosial . Dari hasil
observasi dan wawancara yang dilakukan di SMAN 1 Gedeg (28 Januari 2015),
ditemukan berbagai macam fenomena salah satunya adalah dukungan sosial.
Dukungan biasa diperoleh siswa dari lingkungan sekitar, seperti dari orang tua,
guru maupun dari teman. Namun, dukungan tersebut dirasa masih belum maksimal di
dapatkan oleh para anak didik.
Beberapa siswa yang diwawancara, ia
mengaku bahwa kesehariannya merasa kurang mendapat dukungan yang baik dari
orang tua maupun dari lingkungan sekolah. Saat dirumah, ia merasa orang tua
kurang memberikan perhatian terhadap materi apa saja yang telah dipelajari di
sekolah, kegiatan apa saja yang diikuti, kejadian apa saja yang dialami anak
selama disekolah, begitu juga dengan nilai nilai yang telah diperoleh. Hal
serupa tidak jauh berbeda terjadi di lingkungan sekolah, anak didik sering kali
merasa diabaikan oleh tenaga pendidik saat mengalami kesulitan dalam proses
belajar mengajar yang menyebabkan siswa malas bertanya meski ia merasa belum
bisa dan hal tersebut berdampak pada prestasi belajarnya. Guru juga kurang
proaktif dalam menanyakan dan membantu kesulitan yang dialami peserta didik.
Hal ini terkesan guru hanya sebagai pemberi materi pembelajaran dan memberikan
evaluasi di akhir proses sebagai tolak ukur. Hal tersebut yang 9 menyebabkan
prestasi belajar siswa menurun. Salah satu siswa juga ada yang mengaku bahwa ia
malas belajar saat di rumah karena tidak ada yang membantunya, hal tersebut
yang mengakibatkan prestasi belajarnya menurun. Padahal ketika para siswa/siswi
tersebut di hadapkan pada suatu aktifitas sehari-hari di lingkungan sekolah
maupun di rumah, pasti akan menemukan suatu masalah atau kesulitan dalam
belajar, baik yang disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Seperti
yang diungkapkan oleh Dalyono (2001) prestasi belajar dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu factor eksternal dan factor internal . factor eksternal yaitu yang
berasal dari luar manusia, terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Dukungan sosial yang diterima siswa tidak
hanya dari orang tua dan tenaga pendidik, tetapi juga dari teman sebaya. Namun
teman sebaya ini kurang memberikan solusi dan penjelasan saat siswa mengalami
kesulitan memahami materi pelajaran yang disampaikan. Walaupun dukungan sosial
yang diberikan oleh orang tua, teman, dan guru dirasa masih kurang dalam
mendukung siswa menyelesaikan kesulitan dalam belajar tidak serta merta
berdampak negatif pada prestasi belajar siswa. Bahkan prestasi belajar subjek
bisa dinilai bagus dengan indikator nilai dari raport. Selain dari wawancara
dan pengamatan sekilas yang dilakukan peneliti, ada bebera peneliti lain yang
telah meneliti tentang hubungan dukungan sosial dengan variabel-variabel lain.
10 Sebagai contoh dikemukakan dalam hasil penelitian Hidayati.T (2005)
mengatakan bahwa ada pengaruh yang positif antara motivasi dan dukungan orang
tua terhadap prestasi belajar pada mata pelajaran Akuntansi pada siswa kelas II
MA AL-Asror Patemon Gunungpati Semarang tahun pelajaran 2004/2005.
Febriasari (2007) yang ingin
mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan penyesuaian diri di panti
asuhan Al-Bisri Semarang. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan
penyesuaian diri. Artinya semakin tinggi dukungan sosial, semakin tinggi pula
tingkat penyesuaian dirinya. Istiqomah (2009) meneliti tentang hubungan dukungan
sosial dengan penerimaan diri. Subyek penelitiannya adalah pasien hemodalisis
di RS. Dr. Soetomo Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan positif
yang signifikan antara dukungan sosial dan penerimaan diri pada pasien
hemodialisis (rᵪᵧ = 0,781 dengan nilai Sig. =0,000) Berdasarkan uraian-uraian
yang telah dikemukakan diatas, membuat peneliti tertarik untuk meneliti
“Hubungan Dukungan Sosial terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas X & XI SMAN
1 Gedeg”
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dibuat
rumusan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat dukungan sosial
pada siswa kelas X & XI SMAN 1 Gedeg ?
2. Bagaimana tingkat prestasi belajar siswa
kelas X & XI SMAN 1 Gedeg ?
3. Bagaimana tingkat hubungan
dukungan sosial terhadap prestasi belajar siswa kelas X & XI SMAN 1 Gedeg ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah
disusun, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat dukungan
sosial pada siswa kelas X & XI SMAN 1 Gedeg 2. Untuk mengetahui tingkat
prestasi belajar siswa kelas X & XI SMAN 1 Gedeg
3. Untuk mengetahui tingkat hubungan dukungan
sosial terhadap prestasi belajar siswa kelas X & XI SMAN 1 Gedeg
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan
memberikan manfaat dan kegunaan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis :
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah untuk memperluas
dunia ilmu pengetahuan dalam disiplin ilmu psikologi, khususnya psikologi
pendidikan.
2. Manfaat Praktis : Diharapkan
hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan pendidik, guru,dan
orang – orang yang berhubungan dengan dunia pendidikan khususnya di lembaga SMA
.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan dukungan sosial terhadap prestasi belajar siswa SMAN 1 Gedeg" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment