Abstract
INDONESIA:
Penelitian ini bertujan untuk (1) Untuk mengetahui tingkat efikasi diri pada agen di PT. Prufaimly investa Malang. (2) Untuk mengetahui tingkat prestasi kerja pada agen di PT. Prufaimly investa Malang. (3) Untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan prestasi kerja di PT. Prufaimly investa Malang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan menggunakan dua variabel, variable bebas (X) adalah efikasi diri dan variable terikat (Y) adalah prestasi kerja. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian populasi yaitu 50 respon denagen asuransi PT. Prufaimly investa Malang. Skala yang digunakan dalam penelitian ini yaitu skala likert. Analisa yang digunakan adalah korelasi product moment dengan bantuan program SPSS16.0 for Windows.
Dari hasil analisis penelitian dapat disimpulkan tingkat efikasi diri agen asuransi PT. Prufaimly investa Malang sebagian besar masuk dalam kategori sedang yaitu sebanyak 26 agen asuransi (51%) dari 50 responden. Serta tingkat prestasi kerja agen asuransi PT. Prufaimly investa Malang. Sebagian besar masuk dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 36 agen asuransi (76%) dari 50 responden. Hasil dari korelasi antara efikasi diri dengan prestasi kerja agen asuransi PT. Prufaimly investa Malang menunjuk kan rxy = 0.622. diketahui bahwasanya efikasi diri memiliki korelasi kearah positif dengan prestasi kerja. Dengan demikian semakin baik efikasi diri seorang agen asuransi, maka semakin biak pula prestasi kerjanya.
ENGLISH:
This study aims to (1) To determine the level of self-efficacy at the agency at the PT. Prufaimly Investa Malang. (2) To determine the level of performance at the agency at the PT. Prufaimly Investa Malang. (3) To determine the relationship between self-efficacy with job performance in PT. Prufaimly Investa Malang.
The research method used is quantitative descriptive by using two variables, the independent variable (X) is a self-efficacy and the dependent variable (Y) is performance. In this study using the study population is 50 respondents insurance agent PT. Prufaimly Investa Malang. The scale used in this study is a Likert scale. The analysis used is product moment correlation with SPSS 16.0 for Windows.
The analysis of the research, the level of self-efficacy insurance agent PT. Prufaimly Investa Malang mostly fall into the category of being as many as 26 insurance agents (51%) of the 50 respondents. and the level of job performance insurance agent PT. Prufaimly Investa Malang. Most fall into the category of being, as many as 36 insurance agents (76%) of the 50 respondents. Results of the correlation between self-efficacy with an insurance agent job performance PT. Prufaimly Investa Malang shows r xy = 0622. known that self-efficacy correlated positively towards the performance. Thereby good self-efficacy an insurance agent, then the cud also his performance.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Globalisasi adalah suatu
fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat
global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi
informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi
ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan. Globalisasi
menciptakan berbagai tantangan dan permasalahan baru yang harus dijawab,
dipecahkan dalam upaya memanfaatkan globalisasi untuk kepentingan kehidupan. Demi
kelangsungan hidupnya seseorang dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya, dengan bekerja maka seseorang akan mendapatkan penghasilan sehingga
dapat memenuhi kebutuhannya. Bekerja merupakan kegiatan yang membuat manusia
dapat merasakan dirinya menjadi sosok manusia yang sesungguhnya. Bekerja dapat
memberikan makna, mencuatnya rasa bangga, dan bekerja juga dapat melahirkan
apresiasi dan pengakuan. Dengan bekerja, manusia akan dapat memperoleh apa yang
diinginkan dan dikehendaki. Akan tetapi bekerja sesungguhnya, tidaklah selalu
mudah untuk dijalani. Terlebih lagi, bekerja yang bukan sembarang bekerja,
tetapi bekerja yang termasuk dalam kategori efektif dan berhasil guna
(Triantoro dan Kunjana, 2006 :1). 2 Setiap perusahaan pasti akan dihadapakan
pada masalah ketenaga kerjaan, salah satu diantaranya yaitu bagaimana membuat
para karyawan perusahaan agar mereka mampu bekerja dengan motivasi yang tinggi
untuk menunjukkan prestasi kerja yang baik. Walaupun diakui bahwa aset-aset non
manusianya termasuk alam, tetap memainkan peranan yang penting, tetapi tanpa
dukungan oleh sumber daya manusia yang berkualitas maka semuanya hanya akan
sia-sia. Tanpa MSDM yang handal, pengolahan, penggunaan, dan pemanfaatan
sumber-sumber lainnya itu akan menjadi tidak efektif, efisien dan produktif
(Gomes, 2003). Tingkat kompetensi yang tinggi memicu setiap perusahaan berusaha
sedemikian rupa untuk mengejar tingkat produktivitas setinggi-tingginya agar
bisa mencapai tujuan dan untuk menjaga kelangsungan organisasinya. Sumber daya
manusia memiliki posisi sangat strategis dalam orgaanisasi, artinya unsur
manusia memegang peranan penting dalam melakukan aktivitas untuk pencapaian
tujuan. Untuk itulah eksistensi sumber daya manusia dalam organisasi sangat
kuat (Sulistiyani & Rosidah, 2003). Hal utama yang dituntut oleh perusahaan
dari karyawannya adalah prestasi kerja mereka yang sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan oleh perusahaan. Prestasi kerja karyawan akan membawa dampak
bagi karyawan yang bersangkutan maupun perusahaan tempat ia bekerja. Prestasi
kerja yang tinggi akan meningkatkan produktivitas perusahaan, menurunkan
tingkat keluar masuk karyawan (turn over), serta memantapkan manajemen
perusahaan. Sebaliknya, prestasi kerja karyawan yang rendah dapat menurunkan
tingkat kualitas dan 3 produktivitas kerja, meningkatkan tingkat keluar masuk
karyawan, yang pada akhirnya akan berdampak pada penurunan pendapatan
perusahaan. Bagi karyawan, tingkat prestasi kerja yang tinggi dapat memberikan
keuntungan tersendiri, seperti meningkatkan gaji, memperluas kesempatan untuk
dipromosikan, menurunnya kemungkinan untuk didemosikan, serta membuat ia
semakin ahli dan berpengalaman dalam bidang pekerjaannya. Sebaliknya, tingkat
prestasi kerja karyawan yang rendah menunjukkan bahwa karyawan tersebut
sebenarnya tidak kompeten dalam pekerjaannya, akibatnya ia sukar untuk
dipromosikan ke jenjang pekerjaan yang tingkatannya lebih tinggi, memperbesar
kemungkinan untuk didemosikan, dan pada akhirnya dapat juga menyebabkan
karyawan tersebut mengalami pemutusan hubungan kerja. (http://rumahbelajarpsikologi.com).
Prestasi kerja agen
dipengaruhi oleh bermacam-macam ciri pribadi dari masing-masing individu. Dalam
perkembangan yang kompetitif dan mengglobal, perusahaan membutuhkan agen yang
berprestasi tinggi, pada saat yang sama agen membutuhkan umpan balik atas
kinerja mereka sebagai pedoman bagi tindakantindakan mereka pada saat yang akan
datang (Veithzal, 2004 : 307). Selain itu prestasi juga dipengaruhi oleh
efikasi diri seseorang. Efikasi diri adalah penilaian seseorang tentang apa
yang dapat ia lakukan dengan ketrampilan apapun yang dimilikinya (Bandura,
1986). Lebih lanjut lagi, Bandura (dalam Schultz dan Schultz, 2005) menyatakan
bahwa Efikasi diri merupakan sebuah bentuk persepsi yang berkaitan dengan
kontrol yang dipunyai oleh seseorang 4 dalam hidupnya. Schultz dan Schultz
(2005) menyimpulkan adanya perbedaan antara orang yang memiliki Efikasi diri
rendah dan tinggi. Seseorang yang memiliki Efikasi diri rendah akan cenderung
merasa helpless, tidak mampu melakukan pengaturan pada keadaan yang terjadi
dalam hidupnya. Pada saat mereka menghadapi hambatan, mereka akan dengan cepat
menyerah, bila pada usaha pertama sudah mengalami kegagalan. Seseorang yang
memiliki Efikasi diri sangat rendah tidak akan melakukan upaya apapun untuk
mengatasi hambatan yang ada, karena mereka percaya bahwa tindakan yang mereka
lakukan tidak akan membawa pengaruh apapun. Efikasi diri yang rendah dapat
merusak motivasi, menurunkan aspirasi, mengganggu kemampuan kognitif, dan secara
tidak langsung dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Di sisi lain, seseorang yang
memiliki Efikasi diri tinggi percaya bahwa mereka dapat menanggulangi kejadian
dan situasi secara efektif. Mereka mempunyai kepercayaan diri yang tinggi
berkaitan dengan kemampuan mereka dibanding dengan orang yang memiliki Efikasi
diri rendah, dan mereka hanya menunjukkan sedikit keraguan terhadap diri
sendiri. Mereka melihat kesulitan yang ada adalah sebagai sesuatu yang
menantang, dibandingkan sebagai sesuatu yang mengancam, mereka juga secara
aktif selalu berusaha menemukan situasi - situasi baru. Tingginya Efikasi diri
menurunkan rasa takut akan kegagalan, meningkatkan aspirasi, meningkatkan cara
penyelesaian masalah, dan kemampuan berpikir analitis. Dalam proses mendapatkan
nasabah asuransi, diharapkan memiliki Efikasi diri yang tinggi agar memberikan
hasil prestasi kerja yang baik yaitu mencapai target yang telah ditentukan oleh
pihak perusahaan. Hal ini sejalan 5 dengan hasil penelitian Bandura dan Locke;
Stajkovic dan Luthans (dalam John, 2005) yang menyatakan bahwa ada hubungan
yang sangat tinggi antara Efikasi diri dengan performance. Semakin tinggi
Efikasi diri maka semakin baik pula hasil kerja seseorang. Bagi masyarakat
modern seperti sekarang ini, perusahaan asuransi mempunyai peranan yang sangat
luas jangkauannya. Perusahaan asuransi mempunyai jangkauan yang menyangkut
kepentingan-kepentingan sosial maupun kepentingan ekonomi. Disamping itu ia
juga dapat menjangkau baik kepentingan- kepentingan masyarakat luas atau
kepentingan-kepentingan individu (Sri rejeki, 2001 : 10). Asuransi telah
berkembang menjadi suatu bidang usaha atau bisnis yang menarik yang mempunyai
peranan yang tidak kecil dalam kehidupan ekonomi maupun dalam pembangunan
ekonomi, terutama dibidang pendanaan. Asuransi artinya transaksi pertanggungan
yang melibatkan dua pihak, tertanggung dan penanggung. Dimana penanggung
menjamin pihak tertanggung, bahwa iya akan mendapatkan penggantian terhadap
suatu kerugian yang mungkin akan dideritanya, sebagai akibat dari suatu
peristiwa yang semula belum tentu akan terjadi atau semula belum dapat
ditentukan saat kapan terjadinya. Sebagai kontrak prestasinya si tertanggung
diwajibkan membayar sejumlah uang kepada si penanggung, yang besarnya sekian
persen dari nilai pertanggungan, yang disebut premi (Soeisno, 1999 : 69). J.E.
Kaihatu, (1999: 246) bahwa pertanggungan atau asuransi adalah suatu persetujuan
antara dua pihak dalam persetujuan mana pihak yang satu dengan 6 diterimanya
suatu jumlah uang yang dinamakan premi yang akan membebankan dirinya dengan
perjanjian akan menanggung kerugian atau kehilangan yang mungkin diderita oleh
pihak kedua tersebut, karena kerugian atau kehilangan mana diakibatkan oleh
suatu kejadian yang tak tertentu. Dari sudut pandang sosial, asuransi
didefinisikan sebagai organisasi sosial yang menerima pemindahan resiko dan
mengumpulkan dana dari anggota- anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin
terjadi pada masing-masing anggota tersebut, karena kerugian tidak pasti akan
terjadi pada setiap anggota, maka anggota yang tidak pernah mengalami kerugian
dari sudut pandangan sosial merupakan penyumbangan terhadap organisasi. Hal itu
setiap kerugian anggota dipikul sama (Herman, 2000 : 3). Namun masih banyak
orang yang belum paham apa pentingnya asuransi, hal itu yang memebuat suatu
agen asuransi untuk bekerja ekstra selain menjual produk-produk asuransinya
mereka juga menjelaskan bagaimana asuransi itu sebenarnya, sehingga mereka
harus berlomba-lomba untuk mendapatkan nasabah sesuai dengan target yang
ditetapkan oleh sebuah perusahaan asuransi. Tercatat hanya sekitar 2% penduduk
Indonesia yang baru memiliki asuransi. Kondisi ini tidak terlepas dari berbagai
faktor yang berdampak langsung dan tidak langsung. Diantaranya factor langsung
yaitu banyak yang merasa terjebak ikut asuransi karena ketika mengajukan klaim,
mereka tidak mendapatkan klaim yang sudah diatur dalam polis. Banyak oknum agen
asuransi yang terbatas menjelaskan produknya hanya untuk mendapatkan keuntungan
untuk dirinya agar calon 7 nasabah mengambil produk asuransinya. Ada beberapa
oknum perusahaan asuransi yang membuat “pasal dibalik pasal” untuk dijadikan
tameng ketika mereka tidak mengeluarkan klaim yang sudah diatur dalam polis.
Faktor tidak langsung diantaranya, masih banyak yang menganggap asuransi
sebagai beban pengeluaran bukan sebagai tabungan. Masih banyak yang menganggap
asuransi tidak perlu karena masih bisa menanggung sendiri. Serta masih
rendahnya penghasilan rata-rata penduduk Indonesia (rorophei.blogspot.com). Adapun
perusahaan asuransi yang menjadi objek penelitian adalah PT. Prufaimly investa
Malang. Perusahaan ini bergerak dibidang jasa dan suatu pertanggungan jiwa bagi
masyarakat PT. Prufaimly investa Malang merupakan bagian dari Prudential plc,
London, Inggris dan Asia. Prudential Indonesia menginduk pada regional
Prudential Corporation Asia (PCA), yang berkedudukan di Hongkong.
(http://www.prudential.co.id). Di dalam menjalankan kegiatan usaha maka
perusahaan menawarkan dan menjual polis asuransi kepada masyarakat tidak lepas
dari peran serta petugas lapangan atau agen asuransi. Agen merupakan ujung
tombak perusahaan asuransi. Berhasil atau tidaknya seorang agen dalam
pekerjaannya sangat tergantung dari ketahanan dan daya juang agen dalam
menghadapi kegagalan, serta kemampuan agen menghadapi ketatnya persaingan di
dunia kerja. mereka berlomba-lomba untuk mencapai prestasi yang diharapkan dan
bersaing tidak hanya dengan agen dalam satu perusahaan yang sama tetapi juga
bersaing dengan agen yang ada di semua perusahaan asuransi. Seorang agen akan
sukses dan meraih prestasi apabila ia mampu bangkit dari kegagalan dan berupaya
untuk mencapai hasil terbaik 8 dalam pekerjaannya. Faktor internal yang mampu
membangkitkan atau mendorong agen untuk melakukan tingkah laku tertentu guna
memenuhi keinginannya untuk meraih prestasi adalah peran dari motivasi
berprestasi.
Tidak mudahnya mencari klien merupakan tantangan yang harus
dihadapi oleh agen, dan berdasarkan hal tersebut justru akan semakin terlihat
bagaimana agen terdorong dan berupaya untuk mendapatkan klien
sebanyak-banyaknya untuk bergabung dengan asuransi sebagai ukuran dari prestasi
kerja agen. (http://psikologi- esaunggul.blogspot.com). Fenomena yang terjadi
di PT. Prufaimly investa Malang berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang
telah dilakukan pada Januari 2014 selama satu bulan terhadap beberapa agen dan
juga Unit Manager, yaitu ada beberapa agen yang memiliki keyakinan bahwa dia
akan bisa dengan mudah untuk mencapai target. Mereka yakin bisa mencapai target
yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan mudah, namun dalam prakteknya
tidak sedikit agen yang tidak mencapai target. Hal itu bisa disebabkan oleh
berbagai factor, diantaranya adalah factor skill, berhubungan dengan bagaimana
cara seorang agen asuransi dalam mendapatkan nasabah sesuai dengan kemampuan
mereka untuk mempersuasi nasabahnya dengan menggunakan proses kumunikasi yang
baik dan tepat, sehingga para nasabah tertarik untuk bergabung menjadi
nasabahnya. Disini lebih ditekankan mengenai tekni-teknik komunikasi yang baik
seperti bagaimana membangun rapport dengan calon nasabah, kemudian membina
hubungan baik dengan nasabah, trik bertutur bahasa yang bisa menarik orang agar
mudah bergabung, tentunya dengan menggunakan bahasa-bahasa yang sopan. 9 Kemudian
knowledge, berhubungan dengan pengetahuan seorang agen tentang produk-produk
asuransi yang akan dipasarkannya, agen harus paham tentang konsep asuransi,
produk asuransi baik produk asuransi konfensional maupun produk asuransi
syari’ah, prinsip dasar asuransi, konsep menjual, serta kode etik dan perilaku
agen asuransi di PT. Prufaimly investa Malang. Selain itu tingkat intensitas
sering tidaknya dalam menemui target atau sasaran yang akan dijadikan sebagai
nasabah dalam asuransinya. Kemudian ada pula yang disebabkan oleh goal setting
atau perencanaan yang matang untuk menuju suatu target yang menjadi sasaran.
Selain itu goal setting penetapan apa yang hendak dicapai seseorang, disini PT.
Prufaimly investa Malang mentarget agen asuransinya untuk mentarget dirinya
sendiri, setiap agen memiliki goal setting yang berbeda-beda. Seperti agen yang
memiliki goal setting mendapatkan rumah, mobil, motor dan lain sebagainya.
Dengan mentarget dirinya sendiri itulah, diharapkan para agen asuransi
termotivasi dan berlomba-lomba untuk merealisasikan goal setting yang telah
mereka tetapkan sendiri dalam jangka waktu yang diinginkan. jika goal setting
ingin terealisasikan dengan cepat maka agen harus secara konsisten untuk
mencari calon nasabah. Target yang ditetapkan oleh PT. Prufaimly investa Malang
untuk agen pemula minimal memproduksi enam polis asuransi dengan besaran premi
yang berbeda-beda untuk setiap nasabahnya, dan komisi yang didapat untuk dua
tahun pertama yaitu 30% dari hasil premi yang dihasilkan, kemudian untuk tahun
berikutnya yaitu mendapatkan 5% dari premi yang dihasilkan oleh masing-masing
agen. Kemudian untuk Unit Manager yaitu minimal membawahi empat agen 10
asuransi dengan memproduksi kurang lebih sekitar Rp. 400.000.000 per tahun dan
biasanya oleh Unit Manager produksi tersebut dibagi dalam target bulanan bahkan
sebagai target mingguan hingga target harian. Dari Rp. 400.000.000 menjadi
target bulanan untuk satu tahun biasanya oleh para Unit Manager dibagikan tidak
menjadi dua belas bulan namun menjadi sepuluh bulan yaitu Rp. 40.000.000, untuk
target mingguan Rp 10.000.000 hingga untuk target harian menjadi lebih kecil
lagi dibagi menjadi enam hari yaitu Rp. 1.700.000. dengan mentarget menjadi
harian akan dirasa lebih mudah bagi para agen untuk mendapatkan nasabah
asuransinya. Hal ini sangat bertentangan dengan teori yang di sampaikan oleh
Bandura (1997) yang mengatakan bahwa semakin tinggi efikasi diri seseorang maka
akan semakin tingggi pula prestasi orang tersebut. Namun berdasarkan observasi
dan wawancara yang telah dilakukan dengan agen asuransi teori tersebut tidak
berlaku masih banyak agen yang belum memenuhi target yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Beberapa cara telah dilakukan oleh pihak perusahaan untuk dapat
meningkatkan target penjualan produk asuransi. Diantaranya setiap sabtu sore
para agen dibekali dengan kegiatan-kegiatan motivasi dan beberapa testimoni
dari para Unit Manager serta Senior Unit Manager. Tes timoni berisi beberapa
pengalaman tentang bagaimana seorang agen asuransi dalam mendapatkan
nasabahnya. Bagaimana kendala-kendala lapangan yang harus dihadapi oleh para
agen asuransi ketika akan memprospek calon nasabah. Kesulitan serta tips-tips
mudah untuk dapat mendapatkan nasabah baru.
Pelatihan PRUFast Star juga
diberikan kepad agen asuransi baru yaitu dengan mengikuti kelas selama tiga
hari secara berturut-turut, untuk kelas pagi dimulai pada pukul 09:00 s/d 17:00
untuk hari pertama, berisi tentang perkenalan perusahaan yaitu profil
perusahaan, konsep asuransi jiwa, dasar-dasar investasi dan juga produk-produk
di Prudential Indonesia. Kemudian hari kedua mengenai konsep menjual yaitu
tentang standart operasi administrasi asuransi jiwa, etika bisnis dan peraturan
pemerintah. Kemudian untuk hari ketiga tentang Live Calling yaitu mengenai
tahapan siklus menjual, proses pendekatan komunikasi, presentasi tutorial AAJI
(Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia). Selain itu reward juga diberikan oleh pihak
perusahaan kepada para agen yang bisa mencapai target mingguan yaitu berupa
uang tunai yang langsung diberikan oleh perusahaan. Untuk tiap minggu minimal
closing satu premi asuransi mendapatkan uang tunai sekitar Rp. 10.000 s/d Rp.
20.000 dan berlaku kelipatannya. Selain reward, punishment juga diberikan
kepada agen yang tidak bisa mencapai target. Yaitu ketika seorang Unit Manager
membawahi minimal empat agen asuransi dan biasanaya para Unit Manager dengan
agennya memiliki ketentuan misalnya jika tidak bisa memenuhi target harian maka
akan memebayarkan uang tunai kepada agen yang memenuhi target di dalam
kelompoknya, seperti mengisikan pulsa besarnya mulai Rp. 10.000 s/d Rp. 50.000.
selain itu juga akan diberikan surat peringatan oleh perusahaan ketika dalam
batas waktu yang ditentukan tidak dapat memenuhi target tersebut. Dan biasanya
untuk para agen baru target dalam waktu satu tahun minimal 12 memproduksi enam
polis asuransi dengan nilai premi yang bermacam-macam, jika target tersebut
tidak dapat dipenuhi oleh agen maka perusahaan memberikan surat pemutusan
hubungan kerja oleh pihak perusahaan, karena agen tersebut dirasa tidak
produktif dalam perusahaan. Di dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Anita
Oktri Yance (2005) dengan judul “Hubungan Stress Kerja dengan Prestasi Kerja
Karyawan Pada Perusahaan Cor Alumunium “SP” Yogyakarta”, hasil penelitian
menunjukkan koefisien korelasi (r) = - 0,638, koefisien determinan (r2 ) =
0.407, peluang galat (p) = 0,000 (p,0,001). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
ada hubungan yang negative yang sangat signifikan antara variable stress kerja
dengan prestasi kerja sebesar 40,7%. Artinya semakin tinggi tingkat stress
kerja karyawan (distress) maka semakin rendah prestasi kerja karyawan, begitu
pula sebaliknya semakin rendah tingkat stress kerja karyawan (distress) maka
semakin tinggi prestasi kerja karyawan. Penelitian yang lain yang dilakukan
oleh Desti Setiorini (2008) dengan judul “Hubungan antara persepsi terhadap
gaya kepemimpinan transformasional dengan prestasi kerja” dan hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara persepsi
terhadap gaya kepemimpinan transformasional dengan prestasi kerja, dengan nilai
rhitung sebesar 0,459 dengan p 0,000 (p>0,01).
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Agnes Indra Puspita (2007)
mengenai “Hubungan antara self efficacy dengan dan sense of humor dengan
partisipasi kerja karyawan” berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai 13
koefisien korelasi R = 0,587. Yaitu ada hubungan yang sangat signifikan antara
self efficacy dan sense of humor dengan partisipasi kerja. Berdasarkan analisis
diperoleh nilai korelasi self efficacy dan partisipasi kerja sebesar 0,390 dan
korelasi antara sense of humor dengan partisipasi kerja sebesar 0,362.
Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan dan beberapa penelitian sebelumnya,
penulis tertarik untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel
efikasi diri dengan prestasi kerja, maka penulis mengambil judul “Hubungan
Antara Efikasi Diri dengan Prsetasi kerja pada Agen PT. Prufaimly investa
Malang”
B.
Rumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas
dirumuskan beberapa masalah dalam penelitian ini, yaitu: 1. Bagaimana tingkat
Efikasi Diri pada agen di PT. Prufamily investa Malang? 2. Bagaimana Prestasi
Kerja pada agen di PT. Prufamily investa Malang? 3. Apakah ada hubungan antara
Efikasi Diri dengan Prestasi Kerja di PT. Prufamily investa Malang?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah
yang telah disebutkan di atas, maka dapat ditentukan tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui tingkat Efikasi Diri pada agen
di PT. Prufamily investa Malang. 14 2. Untuk mengetahui tingkat Prestasi Kerja
pada agen di PT. Prufamily investa Malang. 3. Untuk mengetahui hubungan antara
Efikasi Diri dengan Prestasi Kerja di PT. Prufamily investa Malang.
D.
Manfaat
Penelitian
Penulis mengharapkan
penelitian ini dapat memberikan hasil yang bermanfaat, sejalan dengan tujuan
penelitian diatas. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik
secara teoritis maupun praktis.
1.
Manfaat
Teoritis
Dengan penelitian ini, peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh selama di bangku perkuliahan. Selain itu pengetahuan baru akan
menambah ketrampilan baru dalam praktik psikologi khususnya di bidang industri
dan organisasi.
2. Manfaat Praktis
a.
Menambah pengetahuan bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang psikologi industri
dan organisasi tentang Efikasi Diri dengan Prestasi Kerja. b. Memberikan
masukan kepada PT. Prufamily investa Malang dari hasil penelitian yang
dilakukan tentang hubungan Efikasi Diri dengan Prestasi Kerja. c. Bagi pihak lain
hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi untuk memperkaya
cakrawala berfikir dan sebagai bahan referensi tambahan untuk penelitian ilmiah
yang akan dilakukan selanjutnya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan antara efikasi diri dengan prestasi kerja pada agen asuransi PT. Prufamily Investa Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment