Abstract
INDONESIA:
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya remaja melakukan tindakan-tindakan yang melanggar norma agama dan norma sosial, seperti tawuran, minum-minuman keras, seks bebas, mencuri dan lain sebagainya. Perilaku-perilaku tersebut dilakukan karena mereka tidak bisa atau sulit mengendalikan diri, ini tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah umum seperti di SMP atau SMA saja, tetapi juga banyak terjadi di lingkungan pondok pesantren disebabkan karena rendahnya kontrol diri mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh menghafal Al-Qur’an dalam meningkatkan kontrol diri siswa MTs Miftahul Ihsan Sentol Daya Sumenep Madura dan seberapa besarkah efek yang tejadi pada subjek setelah diberikan perlakuan. Penelitian ini mengambil siswa MTs Miftahul Ihsan Sentol daya Sumenep Madura yang berjumlah 10 anak laki-laki yang mempunyai tingkat kontrol diri rendah. Mereka dikategorisasikan dengan menggunakan skala kontrol diri.
Dalam penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain yang digunakan pra eksperimental (one group pre-post test design) dengan memilih subjek yang mempunyai kontrol diri rendah dan diberi perlakuan dengan menghafalkan Al-Quran selama satu bulan. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan model aplikasi statistik yaitu tekhnik komparasi/anava dengan uji t (t-test) dengan analisis independent samples test, yaitu dengan mengukur pre test (sebelum perlakuan) dan post test (setelah perlakuan).
Hasil : hasil pengolahan SPSS 16.0 for windows dengan menggunakan analisis independent samples test diperoleh hasil nilai signifikan sebesar 0,001 dan Ho ditolak apabila signifikan < α, nilai α = 0,05. Oleh karena nilai signifikan > α atau 0,001 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima. Pada pre-test hasil mean adalah 44,10 dengan angka median 44 dan post-test adalah 53,10 dengan angka median 54.
ENGLISH:
This research on the basis of teens precocity who commit disservice action that broke over religious norms and social norms, such as gang fighting, drunk, free sex, stealing and so forth. These primness are not only happening in the public schools like in junior high school or senior high school, but also in Islamic Boarding School environment due to the poor of their self- control.
Purpose of this research was to reveal the effect of al-Quran memorization for increasing student’s self control at junior high school Miftahul Ihsan Sentol Daya Sumenep Madura. And it’s beneficial to the subject after running the program. This research was using the sample of 10 students who have the poor self control for their-self. These students categorized by using self control scale.
This research was using quantitative methods with pre-experimental design (one group pre-post test design) by selecting subjects who have low self-control and were performed the al-Quran memorization program during a month. Data analysis in this study uses statistical applications models, it is a comparison method/ANOVA with t-test and analysis of independent samples test, by measuring the pre test (before treatment) and post test (after treatment).
The Result after processing SPSS 16.0 for Windows using analysis of independent samples obtained significant test results of 0.001 and HO is rejected if significant < α , the value of α=0.05. Because of significant value > α or 0.001 < 0.05 then HO is rejected and HA was accepted. In the pre-test MEAN results is 44.10 with a median of 44 and a post-test is 53.10 with a median of 54.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Masalah Dewasa ini, banyak sekali remaja melakukan
tindakan-tindakan yang melanggar norma agama dan norma sosial, seperti tawuran,
minum-minuman keras, seks bebas, mencuri dan lain sebagainya. Perilaku-perilaku
tersebut dilakukan karena mereka tidak bisa atau sulit mengendalikan diri
mereka. Hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal (faktor
dari dalam diri) dan faktor eksternal (faktor lingkungan). Kenakalan remaja
yangsedang berkembang saat ini adalah tawuran, masalah yang satu ini tengah
naik daun pasca tawuran pelajar SMAN 70 dengan SMAN 6 yang menewaskan Alawi,
siswa kelas X SMA 6. Tawuran pelajar seolah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari perilaku pelajar, meski sudah banyak jatuh korban, „perang
kolosal‟ ala pelajar terus terjadi.
Data dari Komnas Anak, jumlah tawuran pelajar sudah memperlihatkan
kenaikan pada enam bulan pertama tahun 2012. Hingga bulan Juni, sudah terjadi
139 tawuran kasus tawuran di wilayah Jakarta. Sebanyak 12 kasus menyebabkan
kematian. Pada tahun 2011, ada 339 kasus tawuran menyebabkan 82 anak meninggal
dunia.1 Selain tawuran, banyak situs-situs porno yang tumbuh subur di negeri
kita sehingga memancing remaja untuk memanjakan syahwatnya, baik di lapak kaki
1 Vivanews.com, 28/09/12 dalam
http://hizbut-tahrir.or.id/2012/11/05/kriminalitas-remaja-disekitar-kita/.(diakses
pada tanggal 2 september 2013) 2 lima maupun dunia maya. Zoya Amirin, pakar psikologi
seksual dari Universitas Indonesia, mengutip Sexual Behavior Survey 2011,
menunjukkan 64 persen anak muda di kota-kota besar Indonesia belajar seks
melalui film porno atau DVD bajakan. Akibatnya, 39 persen responden ABG usia
15-19 tahun sudah pernah berhubungan seksual, sisanya 61 persen berusia 20-25
tahun. Survei yang didukung pabrik kondom Fiesta itu mewawancari 663 responden
berusia 15-25 tahun tentang perilaku seksnya di Jabodetabek, Bandung,
Yogyakarta, Surabaya dan Bali pada bulan Mei 2011.2 Output Maraknya video
porno, murahnya hand phone (HP) dan media elektronik lainnya mendorong remaja
untuk melakukan Seks bebas. Gerakan moral Jangan Bugil di Depan Kamera (JBDK)
mencatat adanya peningkatan secara signifikan peredaran video porno yang dibuat
oleh anak-anak dan remaja di Indonesia. Jika pada tahun 2007 tercatat ada 500
jenis video porno asli produksi dalam negeri, maka pada pertengahan 2010 jumlah
tersebut melonjak menjadi 800 jenis. Fakta paling memprihatinkan dari fenomena
di atas adalah kenyataan bahwa sekitar 90 persen dari video tersebut,
pemerannya berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa. Sesuai dengan data
penelitan yang dilakukan oleh Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan
Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.3 2 http://hizbut-tahrir.or.id/2012/11/05/kriminalitas-remaja-di-sekitar-kita/,(Diaksespada
tanggal 2 september 2013) 3 Okezone.com, 28/3/2012 dalam
http://hizbut-tahrir.or.id/2012/11/05/kriminalitas-remaja-disekitar-kita/.
(diakses pada tanggal 2 September 2013) 3 Perilaku-perilaku tersebut tidak
hanya terjadi di lingkungan sekolah umum seperti di SMP atau SMA saja, tetapi
juga banyak terjadi di lingkungan pondok pesantren, karena bukan jaminan,
santri yang berada di pondok pesantren itu perilakunya selalu baik. Ada juga yang
suka tawuran, minum-minuman keras dan mencuri. Hal tersebutlah yang merendahkan
moralitas siswa sehingga para siswa yang harusnya patuh terhadap peraturan yang
telah ditetapkan oleh sekolah malah menjadi brutal dan tidak terkendali. Ini
terjadi karena mereka tidak memiliki kontrol diri yang kuat dalam menyikapi
semua problema kehidupan. Kontrol diri merupakan suatu kecakapan individu dalam
kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya. Selain itu juga kemampuan
untuk mengontrol dan mengelola faktor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan
kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi kemampuan untuk
mengendalikan perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan merubah
perilaku, agar sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu konform
dengan orang lain, dan menutup perasaannya.4 Calhoun dan Acocella (dalam
Ghufron, 2010)5 , mengemukakan dua alasan yang mengharuskan individu mengontrol
diri secara kontinu.
Pertama, individu hidup bersama perilakunya agar tidak mengganggu
kenyamanan orang lain. Kedua, masyarakat mendorong individu untuk secara
konstan menyusun standar yang lebih baik bagi dirinya. Ketika berusaha memenuhi
tuntunan, 4 M. Nur Ghufron, Rini Risnawita S., Teori-Teori Psikologi,
(Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2010), hlm. 22. 5 Ibid., hlm. 23. 4 dibuatkan
pengontrolan diri agar dalam proses pencapaian standar tersebut individu tidak
melakukan hal-hal yang menyimpang. Menurut Averill terdapat tiga aspek kontrol
diri yang akan peneliti korelasikan dengan data empiris pada subjek diantaranya
adalah kontrol kognitif, kontrol perilaku dan kontrol keputusan.6 Kontrol
perilaku merupakan tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung
mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan
untuk mengetahui bagaimana dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki
dihadapi. Berkaitan dengan kontrol perilaku ini di MTs Miftahul Ihsan Sentol
Daya Pragaan Sumenep menurut Fitriyatus Sholehah (salah satu guru MTs) dapat
dikategorikan lemah mengingat mereka masih sering melanggar dengan bolos
sekolah, merokok disekolah dan mereka cenderung acaca (berkata) kasar, bahkan
pada orang tua mereka sendiri. Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu
dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi,
menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif
sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan, tidak terkecuali di MTs
Miftahul Ihsan Sentol Daya Pragaan Sumenep, media elektronik yang sudah
menjamur, menambah kemudahan akses mereka untuk mengenal lawan jenis, yang pada
ujungnya menggiring mereka untuk mencicipi dunia pacaran, walaupun tidak
seekstrem anak kota yang setiap malam minggu ngapel atau bahkan sampai kontak 6
Ibid.,hlm, 29 5 secara fisik. Namun, harus ada penanganan serius untuk
mengantisipasi kenakalan mereka agar tidak bertambah parah. 7 Kontrol keputusan
merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan
berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.
Di MTs Miftahul Ikhsan banyak
kami dapati dari mereka yang suka mengolokngolok yang lemah ini terjadi karena
diantara mereka ada yang membentuk genggeng yang menindas yang lemah diantara
mereka ada yang meng-kotcongkotagi (memukul kepala dengan tangan), ataupun
meng-ka’jungka’agi (mendorong dadanya dengan tangan seraya menentang). Oleh
karena itu, tindakan tersebut sangat mengganggu terhadap kerukunan antar siswa,
dan kami inginnya masalah yang satu ini cepat dicarikan solusinya.8 Keputusan
untuk berprilaku negatif atau menjadi anggota geng dan berperilaku menindas
adalah salah satu contoh konkrit dari kontrol keputusan. Remplein (1962, dalam
Monks, Knoers dan Rahayu), menyebutnya sebagai “Jugencrise” (krisis remaja)
diantara masa pubertas dan adolsensi. Krisis remaja adalah suatu masa dengan
gejala-gejala krisis yang menunjukkan adanya pembelokan dalam perkembangan,
suatu kepekaan dan labilitas yang meningkat.9 Untuk menanggulangi krisis remaja
tersebut, salah satunya dengan cara 7 Wawancara dengan ust. Hambali salah satu
pengajar di MTs Miftahul Ihsan Sentol Daya Pragaan Sumenep (pada tanggal 9
september 2013) 8 Hasil wawancara dengan Fitriyatus Sholehah salah satu
pengajar di MTs Miftahul Ikhsan Sentol Daya Prenduan Sumenep Madura pada
tanggal 06 september 2013 9 F.J Monks, A.M.P Knoers dan Siti Rahayu, Psikologi
Perkembangan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006), Cet. 16, hlm.
264. 6 menghafal Al-Qur‟an karena pada dasarnya Al-Qur‟an memberikan ketenangan
bagi para pembacanya. Ketika dalam keadaan tenang, jiwa kita lebih stabil untuk
mengontrol diri kita dari godaan hawa nafsu. Jadi menghafal Al-Qur‟an pada
remaja menjadi sangat efisien untuk dapat mengontrol dirinya. Al-Qur‟an adalah
kitab suci bagi umat Islam yang menjadi pedoman hidup yang diturunkan Allah
kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril dalam bahasa Arab.
Seperti ditegaskan dalam Firman Allah dalam Surat Yusuf ayat 2 : ÇËÈ cqè=É)÷ès? öNä3¯=yè©9 $wÎ/ttã $ºRºuäöè% çm»oYø9tRr& !$¯RÎ) Artinya, Sesungguhnya Kami menurunkan berupa Al-Qur‟an dengan
berbahasa Arab, agar kamu memahaminya, (QS.Yusuf : 2). 10 Salah satu ciri dan
sifat al-Qur‟an adalah dijamin keasliannya dan kemurniannya oleh Allah SWT.
Sifat ini tidak dimiliki oleh kitab-kitab suci sebelumnya. Kemurniannya
senantiasa terjaga sejak diturunkannya kepada nabi Muhammad SAW, sekarang dan
sampai hari kiamat kelak. Hal ini terjadi karena dalam lafal-lafal Al-Qur‟an,
redaksi maupun ayat-ayatnya mengandung makna keindahan, kenikmatan, dan
kemudahan. Hal ini memudahkan bagi orang yang bersungguh-sungguh untuk
menghafal dan menyimpan al-Qur‟an dalam hatinya.11 10 Abdus Sami, Al-Qur'an dan
Terjemahannya, (Jakarta: Lautan Lestari, 2009), hlm. 255. 11 Yusuf Qardhawi,
Menghafal Al-Qur’an, terj. Nn., (t.tp., KONSIS Media, tt.), Pdf, hlm. 2. 7
Usaha-usaha untuk menghafal Al-Qur‟an oleh sebagian umat Islam adalah merupakan
salah satu upaya untuk menjaga dan memelihara kemurnian AlQura‟an. Sekalipun
dalam satu ayat Al-Qur‟an Allah memberikan statement bahwa Allah menjamin
kesucian dan kemurnian Al-Qur‟an selama-lamanya. Allah SWT. Berfirman dalam QS.
Al-Hijr ayat 9: ÇÒÈ tbqÝàÏÿ»ptm: ¼çms9 $¯RÎ)ur tø.Ïe%!$# $uZø9¨tR ß`øtwU $¯RÎ)
Artinya, Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur‟an dan kami benar-benar
memeliharanya. (QS. Al-Hijr : 9).12 Namun secara operasional menjadi tugas dan
kewajiban umat Islam untuk selalu menjaga dan memeliharanya, salah satunya
adalah dengan menghafalkan isinya.
Dengan demikian, belajar Al-Qur‟an adalah merupakan kewajiban bagi
setiap mukmin, juga mengajarkannya.13 Sebagaimana dikatakan oleh Nabi
sebaikbaik dari kamu sekalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur‟an dan
mengajarkannya. Menghafal Al-Qur‟an sangat erat kaitannya dengan membentuk
pribadi yang baik, menghafal berarti juga menjaga Al-Qur‟an dan menjaga
Al-Qur‟an berarti juga menjaga diri untuk tidak berbuat yang menyimpang dari
ajarannya, karena menghafal Al-Quran akan sangat berpengaruh pada kepribadian.
pada 12 R. A. H. Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Departemen
Agama RI,1971), hlm. 391. 13 Imam Abdullah Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari,
terj. Dari Shahih Bukhari Juz VI oleh Achmad Sunarto, (Semarang: CV. Asy
Syifa‟, 1993), Cet. 1, hlm. 61. 8 dasarnya ada tiga aspek psikologis yang dipengruhi
ketika kita menghafalkan surat-surat dari Al-Qur‟an yaitu aspek kognitif, aspek
afektif, dan aspek psikomotorik. Para penghafal Al-Quran akan menggunakan aspek
kognitifnya dalam proses penghafalan sehingga ia dapat membaca ayat Al-Quran
tanpa melihat mushaf, proses menghafal dan berpindahnya huruf/ayat satu ke ayat
yang lain akan sangat mempengaruhi kognitifnya untuk terus beraktifitas. Aspek
afektif berkenaan dengan penyatuan emosi antara penghafal dan Al-Quran,
seseorang tidak akan bisa menghafal Al-Quran jika ia berada dalam keadaan marah
ataupun dendam, maka dari itu penyatuan emosi disini sangat penting agar para
penghafal dapat menghafalkan Al-Quran dengan maksimal. Para penghafal Al-Quran
harus bisa menggunakan semua panca indera dalam proses penghafalan, baik itu
indera pengliat (mata), indera pendengar (telinga), indera perasa dll, bahkan
kita harus menggunakan hati untuk mentadabburi ayatayat yang terkandung
didalamnya. Pada proses ini tentunya Al-Quran akan berpengaruh pada aspek
psikomotorik yang banyak didominasi oleh panca indera pada manusia. Menurut
Abdul Daim Al-Kahil banyak sekali keutamaan para penghafal Al-Qur‟an dunia.
“Sesungguhnya Allah mempunyai keluarga diantara manusia. ”Para sahabat
bertanya, “siapa mereka ya Rasulallah? ”Rasul menjawab “Para ahli Al-Qur‟an.
mereka keluarga Allah dan pilihan-pilihan-Nya.” (HR. Ahmad).14 14 Abdul Daim
Al-Kahil, Hafal Al-Qur’an tanpa Nyantri,(Sukoharjo : Pustaka Arafah),cet. I,
hlm. 25. 9 Fadhilah menghafal Al-Qur‟an bukan hanya di dunia saja, Allah juga
menjanjikan mahkota kemuliaan kelak diakhirat bukan hanya bagi si penghafal
melainkan juga bagi orang tua yang membimbingnya. “Siapa yang membaca AlQur‟an,
mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakainkan mahkota dari cahaya pada
hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orang tuanya
dipakaikan jubah kemuliaan yang tidak pernah didapatkan di dunia. ”Keduanya
bertanya, “Mengapa kami dipakaikan jubbah ini? ”Dijawab, “Karena kalian berdua
memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al-Qur‟an.”(HR. Al-Hakim).15
Menghafal Al-Qur‟an hukumnya fardu kifayah. Fardhu kifayah adalah suatu
kewajiban yang dituntut oleh syar‟i dari keseluruhan para mukallaf (yang diberi
tanggung jawab), bukan masing-masing individu dari mereka.
Apabila sebagian dari para
mukallaf telah melaksanakannya maka kewajiban tersebut telah dilaksanakan dan
dosa serta kesulitan telah gugur dari yang lainnya. Apabila tiap-tiap individu
dari para mukallaf tidak melaksanakannya maka mereka semua berdosa karena tidak
memperhatikan kewajiban tersebut.16 Al-Qur‟an sebagai hudan (petunjuk) bagi
manusia, maka konsekuensi logisnya adalah Al-Qur‟an akan menuntun kita dari
hal-hal yang melanggar syariat sekaligus menjadi kontrol diri bagi manusia.
Disinilah sebenarnya 15 Ibid., hlm. 25-26. 16 Abdul Wahab Khallaf, Ilmi Ushul
Fiqh, terj. Muhammad Zuhri dan Ahmad Qorib, (Semarang: Dina Utama, 1994), hlm.
156. 10 urgensitas Al-Qur‟an untuk dijadikan pedoman dalam hidup, mengingat
kita sebagai manusia biasa seringkali lepas kontrol dari syariat. Berdasarkan
penelitian awal yang dilakukan oleh Lisya Chairani dan M.A Subandi terhadap
enam orang remaja disebuah Pondok Pesantren Penghafal AlQur‟an, diketahui bahwa
hal tersulit yang harus dilakukan para penghafal AlQur‟an adalah “menjaga”.
Makna menjaga disini bukan hanya sebatas menjaga hafalan agar tidak hilang akan
tetapi juga menjaga perilaku dalam artian luas yang jika tidak dilakukan akan
memberi mudharat bagi penghafal Al-Qur‟an itu sendiri. Mudharat dapat datang
dalam berbagai bentuk antara lain adalah kelupaan, tujuan yang tidak tercapai,
cobaan yang berat dalam kehidupan seperti kematian orang tua atau bahkan tidak
mendapat teguran dari Allah meskipun individu bersangkutan sadar telah
melakukan maksiat. Salah satu contoh ketidakmampuan menjaga perilaku yaitu
larut dalam keinginan untuk berpacaran.17 Responden penelitian awal ini juga
menyatakan bahwa pada saat memasuki masa pubertas terjadi peningkatan rasa
malas dan perasaan jenuh menjalankan rutinitas harian sehingga rutinitas untuk
nderes (mengulang hafalan) menjadi menurun. Menurunnya semangat ini juga
dikarenakan mulai terpecahnya minat remaja penghafal Al-Qur‟an pada hal-hal
lain sehingga lebih banyak menyita waktunya dan membuat remaja tersebut tidak
dapat memenuhi target 17Lisya Chairani dan M.A Subandi, Psikologi santri
penghafal Al-Qur’an, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2010), cet 1. hlm. 5. 11
hafalan yang telah ditetapkan. Ketika mengalami kesulitan mengikuti target yang
telah ditetapkan, tidak sedikti diantara mereka akhirnya menunda bahkan ada
yang akhirnya tidak lagi menyetorkan hafalannya.18 Berdasarkan hasil penelitian
Suadak (2006), mendapati bahwa permasalahan yang biasa dialami oleh penghafal
bersumber dari beberapa hal yaitu, materi hafalan, kondisi guru yang
membimbing, kondisi santri, metode menghafal dan lingkungan pesantren. Materi
hafalan menjadi masalah jika tidak sedari awal tidak ditekankan menggunakan
satu mushaf ketika menghafal dan tidak ditentukan materi mana yang harus
dihafalkan terlebih dahulu sesuai dengan kemampuan siswa. Selanjutnya, karena
menghafal Al-Qur‟an harus dibawah bimbingan seorang guru, maka proses menghafal
mau tidak mau tergantung pada kondisi guru yang tersedia kaitannya dengan
giliran menyetor hafalan.19 Kondisi santri yang kadangkala menjadi hambatan
dalam proses menghafal adalah latar belakang santri yang tidak tidak seluruhnya
berasal dari institusi agama yang mengajarkan dasar-dasar bahasa arab,
kepribadian santri yang sulit untuk menemukan pemecahan masalah yang efektif
ketika mengalami masalah dengan teman di asrama hingga mengganggu proses
menghafal, rendahnya kesadaran santri untuk mengulang hafalan dan
menyetorkannya kepada guru serta kondisi fisik atau kesehatan yang terganggu.
Metode menghafal sangat menentukan dalam proses menghafal, metode jama‟i atau
bersama yang 18 Ibid., hlm. 6 19 Ibid., hlm. 7 12 diterapkan di pondok
pesantren seringkali membuat tidak nyaman santri yang terbiasa menghafal
sendiri dalam suasana tenang.20 Untuk bisa menghafal dengan baik haruslah para
santri mempunyai kontrol diri yang baik pula, karena dengan kontrol diri santri
penghafal Al-Qur‟an bisa lebih baik dalam menghadapi cobaan. Kenapa? karena
pada esensinya para penghafal Al-Qur‟an itu banyak di uji pada aspek kontrol
dirinya entah itu keinginan yang berlebih meskipun itu dalam hal ibadah yang
mengharuskan dirinya tertipu dengan keinginan berlebihnya, desire (nafsu),
marah, ataupun tetarik dengan lawan jenis. Menghafal Al-Qur'an di sini
dimaksudkan sebagai salah satu sarana untuk terapi agama, juga kontrol terhadap
berbagai kondisi kehidupan masyarakat yang banyak mengalami kegoncangan dalam
hidupnya seperti frustasi, kecewa, serta tidak bisa mengontrol dirinya. Melihat
siswa yang rawan dengan perilaku yang tidak terpuji, dan bila ditinjau dari
segi agama siswa lebih condong kepada tindakan yang dilarang agama, maka
menghafal Al-Qur‟an sebagai sarana bimbingan siswa dipandang sangat relevan
untuk menjadi kontrol diri. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kenakalan dan
perilaku yang buruk, yaitu faktor usia, pendidikan, lingkungan, dan latar
belakang keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Masruroh yang berjudul
“Pengaruh Intensitas Mengikuti Mujahadah Nihadlul Mustaghfirin Terhadap Kontrol
Diri Santri Di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Sidayu Batang”. Hasil dari
penelitian ini dengan intensitas mengikuti Mujahadah Nihadlul Mustaghfirin
mampu 20 Ibid., hlm. 8. 13 menjadi kontrol diri santri di Pondok Pesantren
Nurul Hidayah Sidayu Batang, Semarang. Dengan prosentase sebanyak 10 responden
(20%) intensitas mengikuti mujahadah nihadhul mustaghfirin dalam kategori
sangat tinggi 8 responden (16%) dalam kategori tinggi, 14 responden (28%) dalam
kategori dalam kategori sedang, 14 responden (28%) dalam kategori rendah, dan
14 responden (8%) berada pada kategori sangat rendah. 21 Penelitian yang
dilakukan oleh Rahmat Aziz dan Yulia Hotifah (2005) dengan judul “Hubungan
Dzikir Dengan Kontrol Diri Santri Manula di Pondok Pesantren Roudlotul Ulum
Kediri”. Hasil penelitian adalah tingkat dzikir dan kontrol diri santri manula
di Ponpes Roudlotul Ulum Kediri berada dalam kategori sedang. Hasil dari
perhitungan regresi yang berarti ada korelasi yang signifikan antara dzikir
dengan kontrol diri pada santri manula di Pondok Pesantren Roudhlotul Ulum
Kediri.22 Penelitian yang dilakukan oleh Fifi Lutfiah yang berjudul “Hubungan
antara Hafalan Al-Qur‟an dengan Prestasi Belajar Al-Qur‟an Hadits Siswa MTs
Asy-Syukriah Cipondoh Tangerang”. Hasil dari penelitian ini bahwa menghafal
Al-Qur‟an sangat berpengaruh dalam regulasi perilaku sehari-hari siswa, dan 21
Masruroh, Pengaruh Intensitas Mengikuti Mujahadah Nihadlul Mustaghfirin
Terhadap Kontrol Diri Santri Di Pondok Pesantren Nurul Hidayah Sidayu Batang,
(Semarang: Sekripsi Program Strata I Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI)
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 2012). 22Azis, Rahmat dan Yuliati
Hotifah, 2005. Hubungan Dzikir dengan Kontrol Diri Santri Manula di Pesantren
Roudlotul Ulum, Kediri, Jurnal Psikologi Islami, Vol 1, Nomor 2, Desember 2005
14 siswa yang menghafal Al-Qur‟an sangat menunjang untuk berprestasi di
kelas.23 Dalam penelitian diatas kami dapat menyimpulkan bahwa menghafal
Al-Qur‟an dapat juga dijadikan sarana dalam meningkatkan kontrol diri karena
pada dasarnya Al-Qur‟an adalah kitab petunjuk bagi seluruh alam. Penelitian
yang saya lakukan ini adalah penelitian yang benar-benar baru dalam disiplin
ilmu khususnya psikologi islam, dengan menguji dua variabel yaitu bagaimana
pengaruh dalam menghafal Al-Qur‟an terhadap kontrol diri pada individu,
mengingat di zaman ini moral manusia sekarang sudah mulai terkikis, dikarenakan
kontrol diri mereka yang begitu lemah, untuk menanggulangi ini semua, Al-Qur‟an
dirasa sabagai solusi tepat untuk memperbaiki moral tersebut, karena dengan
kita kembali kepada Al-Qur‟an kita dapat menjadi insan yang mulia. Berdasarkan
fenomena dan latar belakang tersebut, peneliti ingin menggali lebih dalam
mengenai pengaruh menghafal Al-Qur‟an dalam meningkatkan kontrol diri yang di
dalamnya tentu akan ada alternatif solusi terhadap upaya kontrol diri siswa.
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengambil judul tentang: “Pengaruh
Menghafal Al-Qur‟an untuk Peningkatan Kontrol Diri Siswa MTsMiftahul Ihsan
Sentol Daya Pragaan Sumenep Madura”. 23 Fifi Lutfiah, Hubungan antara hafalan
Al-Qur’an dengan Prestasi belajar Al-Qur’an Hadits Siswa MTs Asy-Syukriah
Cipondoh Tangerang, (Jakarta: Sekripsi Progran Strata 1 Jurusan Pendidikan
Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah, 2011).
B.
Rumusan
Masalah
Masalah atau problematika
adalah hal-hal yang akan dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian. Adapun
yang menjadi pokok masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat kontrol diri siswa MTs Miftahul Ihsan Sentol
Daya Pragaan Sumenep Madura sebelum diberi perlakuan?
2. Bagaimana tingkat kontrol diri siswa MTs Miftahul Ihsan Sentol
Daya Pragaan Sumenep Madura setelah diberi perlakuan?
3. Bagaimana pengaruh
menghafal Al-Qur‟an dalam meningkatkan kontrol diri siswa MTs Miftahul Ihsan
Sentol Daya Pragaan Sumenep Madura?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tingkat kontrol diri siswa MTs Miftahul Ihsan Sentol
Daya Pragaan Sumenep Madura sebelum diberi perlakuan.
2. Mengetahui tingkat
kontrol diri siswa MTs Miftahul Ihsan Sentol Daya Pragaan Sumenep Madura
setelah diberi perlakuan.
3. Mengetahui pengaruh menghafal
Al-Qur‟an dalam meningkatkan kontrol diri siswa MTs Miftahul Ihsan Sentol Daya
Pragaan Sumenep Madura.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh
dari hasil penelitian adalah:
1. Secara Teori Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan sumbangan secara teoritik tentang teknik-teknik
kontrol diri dalam mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya
dengan metode menghafal Al-Qur‟an, sehingga penelitian ini dapat menambah
khasanah karya ilmiah bagi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
2.
Secara Praktis Bila dalam penelitian ini didapatkan hasil positif, maka
mengahafal AlQur‟an dapat dijadikan metode untuk meningkatkan kontrol diri.
Juga memberikan tambahan informasi dan pengetahuan tentang menghafal AlQur‟an
dan kontrol diri.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Pengaruh menghafal al-Qur’an terhadap peningkatan kontrol diri siswa MTs Miftahul Ihsan Sentol Daya Sumenep Madura" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment