Abstract
INDONESIA:
Ibu dengan kehamilan pertama atau yang biasa disebut primigravida tidak jarang memiliki perasaan yang mengganggu terutama ketika memasuki usia kehamilan tua atau yang biasa disebut dengan trimester ketiga. Misalnya : perubahan yang terjadi seperti takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat melahirkan, khawatir akan keselamatan, khawatir jika bayi yang dilahirkan tidak normal, merasa sedih berpisah dari bayinya, rasa tidak nyaman, merasa dirinya jelek, aneh dan tidak menarik. Hal-hal seperti itulah yang biasanya selalu di khawatirkan oleh para ibu hamil.
Salah satu bentuk terapi untuk menurunkan kecemasan dalam pandangan Humanistik adalah psikoterapi Transpersonal. Psikoterapi Transpersonal memfokuskan kajian terhadap potensi tertinggi yang dimiliki oleh manusia. Psikoterapi transpersonal yang sudah banyak digunakan saat ini salah satunya adalah Terapi al-Quran. Terapi al-Quran adalah membaca ayat-ayat al-Quran, termasuk doa-doa ma’tsurat, yang dibaca beriulang-ulang dalam intensitas tertentu. Lalu apakah terapi al-Quran efektif untuk menurunkan kecemasan pada ibu hamil ?
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan desain tunggal. Adapun pengukuran dilakukan dengan skala kecemasan yang telah di uji coba kepada 15 ibu hamil. Subjek pada penelitian ini berjumlah 3 orang ibu hamil dengan ciri-ciri yang telah ditentukan oleh peneliti. Untuk mengetahui keefektivan terapi al-Quran untuk menurunkan kecemasan maka digunakan uji t-test pada program SPSS 16.00 for windows.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi al-Quran efektif untuk menurunkan kecemasan pada ibu hamil. Berdasarkan hasil t-test didapatkan hasil t memiliki skor sebesar 5,813 dan taraf signifikasi 0,028. Kemudian skor skala kecemasan pada ibu hamil juga mengalami penurunan. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terapi al-Quran efektif untuk menurunkan kecemasan pada ibu hamil.
ENGLISH:
A woman with the first pregnancy called primigravida often has discomfiture feeling, particularly in old pregnancy called third trimester. The discomfiture feeling is caused by some fears which are physical danger, pain, physical defect of the baby and loss of the baby in the birth time, and physical change after the birth time which makes her less of confident and beautiful.
One of therapy models used to decrease the anxiousness based on humanistic point of view is transpersonal psychotherapy. It is focused on the study of the highest potency had by human. The transpersonal psychotherapy used by most of people is Holy Qur’an therapy. It is done by reading the verses including ma’tsurat prayers which are read many times in certain intensity. Then, is the Holy Qur’an therapy effective for decreasing the anxiousness felt by pregnant women?
This research uses quantitative method by experiment with single design technique. The measuring is done using anxiousness scale which has been tested to fifteen pregnant women. The subjects are three pregnant women having characteristics as determined by the researcher. The t-test on SPSS 16.00 for windows is used to identify the effectiveness of Holy Qur’an therapy for decreasing anxiousness of the pregnant women.
The result of t-test indicates that t has 5,813 score and significant degree is 0,028. In addition, the anxiousness scale score of the pregnant women is decrease. Thus, Holy Qur’an therapy is effective to decrease the anxiousness of pregnant wome
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia masih sangat tinggi, bahkan dapat dikatakan tertinggi di Asia.
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) yang sudah dilaksanakan di Indonesia lebih
dari 20 tahun, agaknya lebih menekankan pada aspek anak saja. Berbagai program
dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan anak, seperti imunisasi,
penimbangan bayi dan balita, penggelakan ASI, perbaikan gizi, sedangkan aspek
ibu menjadi terlupakan. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) menandakan bahwa
derajat kesehatan ibu masih belum seperti yang diharapkan. Kematian ibu
ternyata masih merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat.
Penurunan AKI sangat lambat, yaitu 450 per 100.000 pada tahun 1986, menjadi 425
per 100.000 pada tahun 1992. Perbedaan tiap provinsi cukup besar, yaitu
berkisar antara 130-750 per 100.000 kelahiran hidup. AKI tersebut 3-5 kali AKI
Negara ASEAN lainnya, atau 50 kali AKI Negara maju (Mohammad, 1995 dalam Nurul
Ainy : 2011). Angka kematian pada ibu hamil mencapai 80% karena diakibatkan
oleh rasa khawatir, was-was, gelisah, takut dan cemas dalam mengadapi
kehamilan. Perasaan-perasaan yang muncul antara lain berkaitan dengan keadaan
janin yang dikandungnya, ketakutan dan kecemasan dalam 2 menghadapi persalinan
serta perubahan-perubahan fisik dan psikis yang terjadi (hasil penelitian
terhadap ibu hamil yang dilakukan oleh Damayanti, 1995 dalam Nurul Ainy :
2011). Kehamilan merupakan episode dramatis dari kondisi biologis maupun
psikologis yang tentunya memerlukan adaptasi dari seorang wanita yang sedang
mengalaminya. Sebagian besar wanita menganggap bahwa kehamilan adalah kodrati
yang harus dilalui, namun sebagian lagi menganggapnya sebagai peristiwa yang
menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan fisik dan emosional yang kompleks,
memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan
yang terjadi. Persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat menjadi pencetus
berbagai reaksi psikologis mulai dari reaksi emosional yang ringan hingga ke
tingkat gangguan jiwa yang berat (Nely Ilmi, 2011).
Kehamilan adalah suatu
periode kritis yang mematangkan dan dapat menimbulkan stres. Konsep dirinya telah
berubah, siap menjadi orang tua dan menyiapkan peran barunya (Herawati Mansur,
2009). Kehamilan sendiri adalah suatu masa yang dinanti-nantikan dalam sebuah
kehidupan keluarga, dimana akan hadirnya anggota keluarga baru. Kesiapan dalam
hal fisik maupun psikis menjadi hal penting dalam kehamilan. Kesiapan hal fisik
misalnya sehat secara jasmani, memiliki daya tahan tubuh yang kuat, usia yang
baik untuk melahirkan. Demikian juga dalam hal psikis, dimana diperlukan
kematangan berfikir untuk menghindari pemikiran-pemikiran negatif, perasaan
takut, perasaan 3 khawatir yang semua itu akan berdampak pada kesiapan ibu
untuk menjalankan proses kehamilan. Pada ibu hamil persepsi atau hasil
pemikiran yang mengarah pada proses kehamilan akan menimbulkan beban, tanggung
jawab dan peran yang baru (khusus pada ibu) bisa menjadi penyebab ketegangan
atau stress (Minarni Harianto, 2010). Minarni menjelaskan bahwa terjadi
perubahan psikologis yang sering dialami oleh ibu bersalin meliputi : 1.
Persepsi terhadap rasa sakit 2. Takut dan cemas 3. Kepribadian 4. Kelelahan 5.
Pengharapan Kehamilan jika ditinjau dari usia kehamilan dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu kehamilan trimester pertama (0-12 minggu), kehamilan trimester
kedua (12-28 minggu) dan kehamilan trimester ketiga (28-40 minggu). Trimester
ketiga biasanya disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu
tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut
merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya. Kadang-kadang ibu merasakan
khawatir bahwa bayinya akan lahir sewaktu-waktu. Sering sekali ibu merasa
khawatir atau takut kalau-kalau bayi yang akan dilahirkannya tidak normal.
Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan 4 bahaya fisik yang
akan timbul pada waktu melahirkan (Ummi Hani, dkk : 2010). Rasa tidak nyaman
akibat kehamilan timbul kembali dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan
jelek. Selain itu, ibu juga merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya
dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Pada semester ini,
ibu memerlukan ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
Trimester ini juga saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang
tua. Keluarga mulai menduga-duga apakah bayi mereka laki-laki atau perempuan dan
akan mirip siapa. Bahkan sudah mulai memilih nama untuk bayi mereka (Ummi Hani,
2010). Ari Sulistyawati dalam bukunya yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada Masa
Kehamilan (2009), menjelaskan bahwa terdapat perubahan psikologis pada ibu
hamil di trimester ketiga dimana pada periode ini merupakan periode penantian
dengan penuh kewaspadaan. Misalnya saja seperti : perubahan yang terjadi
seperti takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat
melahirkan, khawatir akan keselamatan, khawatir jika bayi yang dilahirkan tidak
normal, merasa sedih berpisah dari bayinya, rasa tidak nyaman, merasa dirinya
jelek, aneh dan tidak menarik. Hal-hal seperti itulah yang biasanya selalu di
khawatirkan oleh para ibu hamil. Sehingga ketika ibu hamil tersebut mengalami
kecemasan yang tinggi pada proses kehamilannya, maka akan berdampak pula pada
bayi yang dilahirkannya kelak dan kesiapan ibu hamil itu sendiri. 5 Pada
trimester ketiga, reaksi emosi meningkat kembali. Pada saat yang sama terjadi
perasaan fisik yang kurang nyaman secara akut. Perhatian juga berubah pada hal
finansial, persiapan ruang bayi, perlengkapan bayi, sampai pada pengaruh serta
kapsitas sebagai orangtua. Dengan demikian, perubahan ini merupakan resiko
pencetus terjadinya reaksi psikologis mulai tingkat gangguan emosional ringan
ke tingkat gangguan jiwa yang serius (Dahro, 2012).
Pada trimester terakhir, ibu hamil umumnya mengalami kecemasan
proses melahirkan. Jika ibu terlalu banyak mendengar cerita proses kehamilan
yang sulit dan menakutkan, hal itu akan berpengaruh pada kondisi ibu menghadapi
kelahiran bayi. Kecemasan akan hal-hal yang tak rasional membuat ibu hamil
tidak santai dan memicu stres (Maulana, 2008). Adapun ibu dengan kehamilan
pertama atau yang biasa disebut primigravida tidak jarang memiliki perasaan
yang mengganggu. Perasaan ini muncul akibat cerita-cerita yang didengar oleh
lingkungan masyrakat yang mengatakan bahwa melahirkan itu menyakitkan bahkan
sampai mempertaruhkan nyawa, kemudian tentang kondisi bayi yang akan
dilahirkannya, lancar atau tidak proses persalinan nanti dan rasa nyeri saat
persalinan. Hal ini lah yang terkadang menjadi sumber ketakutan pada ibuibu
dengan kehamilan pertama . R (salah satu pasien Klinik Daqu Sehat) yang saat
wawancara dilakukan sedang hamil 9 bulan mengatakan bahwa mendekati proses
persalinan ia sering merasa was-was, nervous. Membayangkan proses 6 persalinan
membuatnya menjadi tegang akibatnya ia merasa tidak tenang dan tidak suka
membayangkan proses persalinan. Kemudian ia juga memiliki pikiran khawatir jika
bayinya mengalami kecacatan fisik. Begitu juga dengan DV yang merupakan ibu
hamil primigravida trimester 3, di usia kehamilannya yang saat ini memasuki
usia 7 bulan ia merasa gugup mendekati proses persalinan. Ia mengatakan bahwa
mendekati proses persalinan tidurnya menjadi tidak nyenyak. Kemudian ia juga
merasa takut dengan cerita orang-orang sekitarnya tentang proses persalinan
sehingga ketika membayangkan proses persalinan membuatnya menjadi tegang. Ia
juga merasa takut jika ada kesalahan pada proses persalinannya nanti. DI yang
juga subjek dalam penelitian ini menceritakan bahwa di usia kehamilannya yang
saat ini memasuki usia 8 bulan ia tidak merasa tenang ketika orang-orang
menceritakan tentang proses persalinan. Memikirkan proses persalinan membuatnya
merasa gugup, terkadang bahkan ia mengalami kesulitan dalam tidur jika pada
malam harinya memikirkan tentang proses persalinan. Ia merasa terganggu dengan
pikiran-pikiran jelek tentang bayinya kelak dan bahkan ia sendiri belum siap
menghadapi proses persalinan. Menurut Gerald Corey (2009) dalam pandangan
psikologi Humanistik, sebagai karakteristik manusia yang mendasar, kecemasan
adalah reaksi terhadap ancaman. Kecemasan menyerang inti keberadaan. 7
Kecemasan adalah apa yang dirasakan ketika keberadaan diri terancam. Kecemasan
timbul dari penerimaan ketidakpastian masa depan. Adapun bentuk kecemasan yang
konstruktif (kecemasan eksistensial) adalah fungsi dari penerimaan seseorang
atas kesendirian dan meskipun seseorang bisa menemukan hubungan yang bermakna
dengan orang lain, pada dasarnya tetap sendirian. Kecemasan eksistensial juga
muncul dari perasaan bersalah yang dialami apabila seseorang gagal
mengaktualisasikan potensi-potensinya. Salah satu bentuk terapi untuk
menurunkan kecemasan dalam pandangan Humanistik adalah psikoterapi
Transpersonal.
Psikoterapi Transpersonal
memfokuskan kajian terhadap potensi tertinggi yang dimiliki oleh manusia,
rekognisi, pemahaman serta realisasi keadaankeadaan kesadaran yang transenden,
intuitif dan spiritual. Strohl (1998) terapi transpersonal bekerja berdasarkan
premis bahwa mind, body dan spirit berfungsi sebagai sebuah unit yang harmonis,
maka terapis transpersonal menggunakan pendekatan yang holistik. Psikoterapi
Transpersonal memiliki kesamaan dengan terapis kognitif behavioristik dalam
penggunaan relaksasi atau visualisasi berpusat pada perilaku. Bentuk
psikoterapi transpersonal yang sudah banyak digunakan saat ini, salah satunya
adalah Terapi al-Quran. Terapi al-Quran yang menjadi sesuatu yang tidak asing bagi
kaum muslim. Karena mengingat bahwa al-Quran dapat sebagai As Syifa’ (obat),
maka selama empat belas abad telah ada media penyembuhan dengan menggunakan
media al-Quran. 8 Dalam buku yang berjudul “5 Metode Penyembuhan Dari Langit”,
Ibnu Katsir mengatakan bahwa yang dimaksud al-Quran sebagai obat adalah bahwa
kitab itu dapat melenyapkan berbagai penyakit hati, seperti ragu, nifak,
syirik, penyimpangan dan kecendrungan terhadap kebatilan. Pada dasarnya
pengobatan dengan terapi al-Quran adalah mengobati penyakit apa pun dengan
dasar keimanan kepada Allah. Sebagaimana firman Allah SWT : Írß Á9$# Îû $yJÏj9 Öä!$xÿÏ©ur öNà6În/§ `ÏiB ×psàÏãöq¨B Nä3ø?uä!$y_ ôs% â¨$¨Z9$# $pk r'¯»t ÇÎÐÈ tûüÏYÏB÷sßJù=Ïj9 ×puH÷quur Yèdur Artinya
: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakitpenyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Yunus : 57) Ayat lain yang memiliki
kesamaan adalah pada surat Al Isra : 82, yang artinya : “Dan kamu turunkan dari
al-Quran suatu yang menjadi penawar (penyembuh) dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan al- Quran itu tidaklah menambah kepada orangorang yang zalim
selain kerugian” Menurut M. Hamdani Bakran, dalam bukunya yang berjudul
Psikoterapi & Konseling Islam (2001) adapun arti penyembuh / obat (syifa’)
yang terdapat dalam al-Quran itulah akal dan penyembuh bagi siapa saja yang
menyakininya. Dalam hal itu al-Quran sebagai penyembuh dibagi menjadi dua bagian
: 9 Pertama, bersifat umum ; seluruh isi al-Quran secara maknawi, surat-surat,
ayat-ayat, maupun huruf-hurufnya adalah memiliki potensi penyembuhan atau obat,
sebagaimana dalam beberapa riwayat seperti yang diriwayatkan oleh Mardawiyah
dari Abu Said al Khudri ra., ia mengatakan bahwa ada seorang lelaki pernah
menemui Nabi Saw dan ia mengeluh sambil mengatakan, “Sesungguhnya hamba
mengalami keraguan yang ada dalam dada hamba.” Kemudian Nabi Saw bersabda
kepadanya : “Bacalah Al Quran ! Karena sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman :
“al-Quran itu obat bagi penyakit yang ada dalam dada”; Riwayat Ibnu Majah dari
Ali ra., mengatakan bahwasanya Rasulullah Saw bersabda : “Sebaik-baik obat
adalah al-Quran”. Kedua : bersifat khusus, yakni bukan seluruh al-Quran, melainkan
hanya sebagian, bahwa ada dari ayat-ayat atau surat-surat dapat menjadi obat
atau penyembuh terhadap suatu penyakit secara spesifik bagi orang-orang yang
beriman dan menyakini akan kekuasaan Allah Ta’ala. Mengulang-ulang membaca
al-Quran menimbulkan penafsiran baru, mengembangkan gagasan, dan pada akhirnya
akan menambah kesucian jiwa serta kesejahteraan batin (Ahmad Abtokhi, 2007).
Membaca al-Quran seutuhnya secara tartil (sebagai amalan dan wirid) atau dengan
memahami makna melalui tafsir dan ta’wilnya akan menghasilkan potensi
pencegahan, perlindungan dan penyembuhan terhadap penyakit psikologis secara
umum. Artinya segala bentuk atau sesuatu apapun yang menjadi penyebab
terganggunya eksistensi kejiwaan (mental), spiritual maupun fisik apabila metode,
cara dan teknik membacanya, memahaminya dan mengamalkannya dengan penuh
keyakinan yang mentap, disiplin dan berulang-ulang; atau telah memenuhi
prinsip-prinsip (syarat-syarat) membaca al-Quran secara tartil sebagai amalan
dan wirid yang dapat 10 menghasilkan potensi prefentif, protektif dan terapis
(Hamdani Bakran, 2001). Bukti empirik melalui hasil penelitian telah
membuktikan bahwa dengan terapi menggunakan ayat-ayat al-Quran dapat menurunkan
berbagai bentuk kecemasan yang dialami individu, Sholeh (1999) meneliti tentang
korelasi antara keseringan membaca al-Quran dan penurunan kecemasan, hasilnya
menunjukkan bahwa orang yang sering membaca al-Quran mengalami penurunan
kecemasan (Mulyadi, dkk).
Penelitian
dengan menggunakan ayat-ayat al-Quran pernah dilakukan oleh Mulyadi, dkk.
Penelitian yang dilakukan di Pondok Pesantren Luhur dan Baiturrahman – Malang.
Psikoterapi dengan media ayat-ayat al-Quran, seorang yang mengalami kecemasan
dibiasakan bertasbih, berdzikir atau berdoa dengan menggunakan ayat-ayat
al-Quran, yang dari sini akan dapat membantu relaksasi dan ketenangan jiwa. Dan
hasil yang didapatkan yakni dengan melantunkan ayat-ayat al-Quran dalam
berbagai bentuk doa dan pujian kepada Allah, seseorang berharap Allah dapat
membantu memecahkan segala problema hidup yang dia alami. Sehingga hal ini
dapat meringankan intensitas kecemasan yang dia alami. Dalam penelitian yang
dilakukan Nely Ilmi (2011) meneliti tentang “Efektivitas Terapi Dzikir terhadap
Penurunan Tingkat Kecemasan Ibu Hamil di LP Wanita Kelas II A Sukun – Malang”.
Hasil penelitian 11 menunjukkan bahwa o.log < 0.20. Ada pengaruh positif
antara terapi dzikir dengan penurunan tingkat kecemasan Ibu hamil. Terapi
dzikir efektif dalam menurunkan tingkat kecemasan. Malik Maya (2011) meneliti
tentang “Metode Psikoterapi Islami (Penelitian Kasus di Pengobatan Supranatural
Penyakit Jiwa di Desa Notorejo Tulungagung)”, hasil penelitian menunjukkan
metode psikoterapi islami memiliki keberhasilan dalam penyembuhaan gangguan
jiwa yang dialami pasien. Sofia Retnowati (2011) meneliti tentang “Pengaruh
Pelatihan Relaksasi Dengan Dzikir Untuk Mengatasi Kecemasan Ibu Hamil”, hasil
pertama menunjukkan bahwa relaksasi dengan dzikir mengalami penurunan kecemasan
yang signifikan pada p=0,008 (p
<0,01) dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dengan artian bahwa pelatihan relaksasi dengan dzikir dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menurunkan kecemasan kehamilan ibu hamil pertama. Seseorang yang mau berdialog secara cerdas dan jujur dengan alQuran akan melihat pantulan balik tentang kualitas pribadinya sehingga alQuran merupakan konsultan bagi kehidupan untuk membuat agenda perbaikan di masa depan (Komaruddin Hidayat, 2007). Seperti di salah satu klinik yang terdapat di Kota Malang yakni Klinik DAQU Sehat, terdapat pengobatan Terapi al-Quran dengan menggunakan media al-Quran sebagai media penyembuhannya. Dalam terapi ini terdapat beberapa doa-doa yang bersumber dari al-Quran yang 12 didalamnya terdapat doa-doa kemudahan dan beberapa doa-doa pengampunan. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan yang dimiliki klinik yakni “Membekali sisi rohani Ibu Hamil dan menyusui dengan Terapi Rohani melalui program penghafalan Al Quran sehingga lebih tenang dalam menjalani masa hamil dan menyusui”. Lalu apakah terapi al-Quran dapat menurunkan tingkat kecemasan pada ibu hamil ? Melihat fenomena ini peneliti merasa terdorong untuk mengadakan penelitian yang dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan, yang tidak hanya faktor fisik saja yang diperhatikan tetapi juga faktor psikis ibu hamil yang akan menghadapi proses persalinan. Oleh sebab itu peneliti mengambil judul dalam penelitian ini tentang “Efektivitas Pemberian Terapi Al Quran Terhadap Penurunan Kecemasan Ibu Hamil Primigravida Trimester Ketiga di Klinik Daqu Sehat Malang” B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat kecemasan ibu hamil sebelum diberi perlakuan terapi al-Quran ? 2. Bagaimana tingkat kecemasan ibu hamil setelah diberi perlakuan terapi al-Quran ? 3. Bagaimana pengaruh terapi al-Quran terhadap kecemasan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan ? 13 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan sebelum diberi perlakuan terapi al-Quran. 2. Mengetahui sejauh mana tingkat kecemasan ibu hamil setelah diberi perlakuan terapi al-Quran. 3. Mengetahui sejauh mana terapi al-Quran berpengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi proses persalinan. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat memberi manfaat bagi pengembangan keilmuan baik dari aspek teoritis maupun praktis di antaranya : 1. Manfaat Teoritis Memberi bukti empiris mengenai pengaruh terapi al-Quran dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi persalinan sehingga dapat memperkaya khazanah keilmuan psikologi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pasien Dapat membantu untuk mengurangi kecemasan ibu hamil sehingga pasien dapat siap fisik dan juga psikis dalam mengahadapi proses persalinan. b. Bagi Penulis 14 Proses dari hasil penelitian ini merupakan maksud penyaluran ilmu pengetahuan yang diperoleh dalam perkuliahan melalui penulisan karya ilmiah berupa skripsi, selain itu memberi manfaat tentang pengetahuan baru mengenai pengaruh terapi al-Quran dalam menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil, sehingga dapat membantu pasien secara psikis menghadapi proses persalinan. c. Bagi Lembaga Psikologi Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan wacana pada dunia psikologi, tentang upaya mengurangi tingkat kecemasan menghadapi proses persalinan anak dengan teknik terapi al-Quran. Mengingat pentingnya kesiapan psikis yang harus dimiliki oleh ibu hamil agar lebih siap dan tenang saat menghadapi proses persalinan. d. Bagi Klinik Daqu Sehat Kota Malang Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran kepada dokter kandugan atau bidan Klinik Daqu Sehat Malang akan manfaat kegiatan terapi al-Quran untuk menurunkan tingkat kecemasan ibu hamil yang akan menghadapi proses persalinan.>
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment