Abstract
INDONESIA:
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dinamika attachment pada gay yang sedang berada dalam masa dewasa muda yang bertempat tinggal di Kota Malang. Dinamika tersebut akan menjelaskan faktor-faktor yang membuat seseorang menjadi gay dan mengenai gambaran attachment pada gay yang terjadi pada usia dewasa muda serta mengetahui gambaran gay dengan figur attachment- nya.
Penelitian ini mengambil tiga subjek yang berstatus sebagai gay dengan rentang usia 20-40 tahun yang bertempat tinggal di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengambilan data yang digunakan adalah dengan melakukan observasi, wawancara semi terstruktur, dan dokumentasi.
Dari hasil analisis penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor seseorang menjadi gay karena adanya dorongan dari lingkungan dan dorongan dari dalam diri individu. Kedua faktor ini dipicu oleh proses belajar dari lingkungan. Gambaran attachment terjadi karena adanya hubungan antara subjek dan figur attachment-nya yang berlangsung dalam waktu lama sehingga menimbulkan perasaan trust antara subjek dan figur attachment-nya. Figur attachment ketiga subjek pada usia dewasa muda lebih kepada ibu, kakak, dan sahabatnya.
ENGLISH:
This research aimstoexplain the dynamics of attachment on gay are in a young adulthood who are resident in Malang. The dynamics will explain the factors that make someone become gay and the gay depiction on the attachment that occurs in young adulthood and know the description of a gay with its attachment figures.
This research took the three subject swith the status as gay with an age rangeof 20-40 years old who are resident in Malang. This study used a qualitative method with phenomenology approach. Data collection methodused were perform of observation, semi- structured interviews, and documentation.
From the analysis resultscan be concluded that the factor of someone being gay because of the encouragement from the environment and encouragement from within the individual. Both of these factors triggered by process of learning from the environment. Picture attachment occurs because of the relationship between the subject and its attachment figures that lasts a long time giving rise a feeling oftrust between the subject and its attachment figures. The third attachment figure on the subject of young adults over the age of the mother, sister, and friend.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Sejatinya jalan hidup setiap manusia
berbeda-beda termasuk dalam hal orientasi seksualnya. Secara ekstrim, sebagian
besar masyarakat pada umumnya memiliki pola pikir yang dikotomis, seperti
hitam-putih, kayamiskin, atau pandai-bodoh. Dalam hal jenis kelamin dan
orientasi seksual pun, masyarakat pada umumnya secara jelas dan nyata hanya
mengakui jenis kelamin laki-laki dan perempuan dan orientasi seksualnya hanya
terhadap lawan jenis. Laki-laki yang menyukai sesama laki-laki, atau dikenal
dengan sebutan gay sedangkan perempuan yang juga menyukai sesama perempuan
disebut dengan lesbian, merekalah yang disebut dengan kaum homoseksual (Emka,
2004). Homoseksual merupakan orientasi seksual terhadap sesama jenis sudah
merupakan isu yang ada di berbagai budaya dan di sepanjang sejarah umat manusia
(Okdinata, 2009). Homoseksual adalah hasrat atau aktivitas yang ditunjukkan
terhadap orang yang memiliki jenis kelamin yang sama. Sebutan gay seringkali
digunakan untuk menyebut pria yang memiliki kecenderungan menyukai sesama jenis
(pria homoseksual) (Nevid dalam Pratisthita, 2008). Selama berabad-abad,
homoseksualitas selalu dipandang sebagai salah satu tindakan kriminal.
Pada awal abad ke-20,
homoseksualitas semakin 2 dipandang sebagai suatu penyakit. Saat itu para ahli
kedokteran mengambil alih kasus homoseksualitas yang dinilai negatif sebagai
salah satu perilaku sosial menyimpang dari segi hukum dan agama, dan
homoseksualitas tetap dipandang sebagai suatu kondisi patologis yang harus
diinvestigasi, diperhatikan, juga disembuhkan. Selain itu, homoseksualitas
dianggap sebagai dosa, pelanggaran terhadap ajaran agama dan perintah Tuhan.
Pada saat itu homoseksualitas dipandang sebagai gangguan jiwa. Pada tahun 1969
terjadi peristiwa Stonewall yang merupakan awal dari pergerakan pembebasan kaum
gay di Amerika utara untuk memperjuangkan hak-hak asasi manusia dan hak-hak
sipil bagi kaum homoseksual. Kemudian pada tahun 1973, dipengaruhi oleh tekanan
politik dari pergerakan kaum gay, American Psychiatric Association (APA)
mencabut status homoseksual sebagai gangguan jiwa dari daftar penggolongan dan
diagnosis psikopatologi, karena pada kenyataannya kaum homoseksual tetap dapat
berfungsi normal di dalam masyarakat dan tidak mengganggu lingkungannya. Sejak
itu, homoseksualitas tidak lagi dipandang sebagai suatu penyakit (Moore et al
dalam Pratisthita, 2008). Menurut Leo Agustin (2012) dalam penelitiannya menggambarkan
fenomena gay di Indonesia ibarat gunung es, apa yang tampak dipermukaan
hanyalah sebagian kecil daripada apa yang tersembunyi di dalamnya. Banyak aspek
yang belum terungkap dari fenomena gay. Masyarakat pada umumnya masih memandang
keberadaan kaum gay sebagai suatu yang mengancam. Kebanyakan mereka menganggap
bahwa gay identik dengan clubbing, 3 perilaku seks bebas, dan penyakit
HIV/AIDS, kini bertambah bahwa gay juga kebanyakan adalah seorang kriminal,
oleh karena itu sebagai masyarakat yang “normal” perlu menghindari kaum
minoritas tersebut (Agustin, 2012). Kaum gay di Indonesia sendiri meskipun
mereka tidak bebas melakukan aktivitas cinta seperti kaum heteroseksul, karena
kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia yang masih terikat dengan nilai agama
dan budaya, mereka tetap diberikan toleransi untuk tetap ada (Budiridwin,
2008). Walaupun pada akhirnya kaum gay tetap dianggap berbeda karena tertarik
dengan sesama jenis (lelaki dengan lelaki) oleh masyarakat Indonesia, tetapi
dengan semakin adanya keterbukaan pandangan masyarakat terhadap hal seksualitas
dan homoseksualitas, keberadaan kaum gay di tengah masyarakat tetap ada,
semakin menunjukkan identitasnya dan menuntut hak-hak yang sama seperti
masyarakat lainnya. Secara perlahan namun pasti pergerakan kaum gay di
Indonesia bisa dikatakan sudah meningkat dengan cukup signifikan dan tampil
menghiasi wajah sosialita dan memberi warna lain dari seksualitas terutama di
kota-kota Jakarta, Surabaya, dan Bandung (Emka, 2004). Sejak saat itu berbagai
komunitas homoseksual bermunculan di kota-kota besar. Organisasi gay sendiri
muncul pertama kali dikota Jakarta yang disebut dengan Himpunan Wadam Djakarta
(HIWAD) yang disusul dengan berdirinya organisasi gay terbuka pertama di
Indonesia dan Asia, yaitu Lambda Indonesia yang bertempat di Solo. Sehingga
pada akhirnya 4 dalam waktu singkat terjadilah ledakan berdirinya organisasi
gay baik tertutup maupun terbuka, mulai dari Jakarta, Jogjakarta, Bandung,
Surabaya, Malang, Denpasar, Pekan Baru dan kota-kota besar lainnya. Semakin
banyak terbentuknya komunitas-komunitas tersebut, akhirnya terbentuklah
berbagai yayasan yang bertujuan untuk memberi dukungan bagi sesama kaum
homoseksual (Asmani dalam Agustin 2012). Banyak faktor yang melatar belakangi
seseorang memiliki orientasi seksual sebagai gay (menyukai sesama jenis), namun
sampai sekarang belum di temuukan secara pasti apa penyebabnya. Didapat dari
komentar salah satu anggota komunitas gay yang tertulis dalam buku Undercover 2
(Emka, 2004), mengatakan bahwa seseorang menjadi gay dikarenakan beberapa
faktor. Ada karena faktor bawaan atau gen, seperti dalam sebuah kasus yang
menyatakan bahwa hormon wanita dalam diri seseorang lebih dominan dibandingkan
dengan hormon pria, ataukah karena situasi keluarga yang dimana saudara
perempuan lebih dominan dan karena tidak diperhatikan dan dididik secara benar
sehingga anak laki-laki jadi meniru tingkah laku dan kelakuan saudara
perempuannya. Namun ada juga jadi seorang gay karena pergaulan, yang dimana
seorang laki-laki yang pergaulannya lebih banyak dengan perempuan. Karena
saking jarangnya mereka bergaul dengan laki-laki, lama kelamaan yang
bersangkutan merindukan pergaulan dengan kaum laki-laki (Emka, 2004). 5 Ada
juga seseorang menjadi seorang gay karena trauma. Seperti kecewa saat
berhubungan dengan wanita, bisa lantaran disakiti hatinya atau ditinggal dengan
cara yang menyakitkan, sehingga menimbulkan kebencian yang luar biasa pada
wanita.
Faktor lainnya yaitu karena terbawa
pada gaya hidup, yang menganggap gay sebagai tren, dan karena alasan ekonomi
(Emka, 2004). Seperti yang dialami oleh salah satu subjek yang dimana pada
awalnya dia sudah menikah dan memilki seorang anak laki-laki. Namun, pernikahan
tersebut tidak berjalan mulus hanya berlangsung sekitar 4 bulan dikarenakan
tidak adanya keharmonisan antara suami istri tersebut setelah anak mereka
lahir. Semenjak itulah, subjek merasa bahwa ada trauma tersendiri terhadap
wanita dan memutuskan untuk menjadi sorang gay (Wawancara, 11 Juni 2015).
Homoseksual bukanlah suatu penyakit atau kelainan jiwa, melainkan hanya
merupakan sebuah kelainan seksual (Rama & Putra, 2008). Namun, keberadaan
dari kaum homoseksual sendiri masih mengalami sebuah polemik yang dimana
sebagian besar masyarakat masih merasa asing dengan keberadaan mereka. Sikap
masyarakat umum yang masih merasa aneh dan tabu dengan keberadaan mereka,
menimbulkan adanya suatu penolakan serta penerimaan yang menjadi permasalahan
bagi kaum homoseksual sejak dulu. Sebagaimana hasil dari penelitian skripsi
Noventri (2003) mengenai penerimaan masyarakat terhadap gay, khususnya Surabaya
terpetakan menjadi 4 kelompok, yaitu: Kelompok pertama (normative people) dalam
menyikapi keberadaan gay, menganggap bahwa kaum homoseks tidak sesuai 6 dengan
norma dan sosial dan merupakan perilaku abnormal. Kelompok kedua (insclusive
people) yang menerima keberadaan kaum gay, selama tidak mengganggu kehidupan
masyarakat sekitarnya. Kelompok ketiga (legal oriented people) yang menganggap
bahwa menjadi gay adalah bagian dari hak asasi manusia. Kelompok keempat
(conservative people) yang memiliki pandangan bahwa kaum gay atau homoseks
adalah sumber penularan penyakit kelamin. Diperkuat dengan apa yang telah
peneliti dapatkan di lapangan, walaupun sebagian masyarakat khususnya bagi
mereka yang pernah mengenyam bangku kuliah menyatakan bahwa adanya kaum
homoseksualitas merupakan hal yang wajar dan dianggap biasa saja namun sebagian
besar lainnya merasa itu adalah hal yang tidak wajar, aneh dan berbeda bagi
mereka. Berbeda dan tidak wajar yang dimaksudkan disini adalah dimana pada
umumnya yang dipercaya oleh masyarakat kebanyakan adalah seorang laki-laki itu
harus perkasa, berani, dan tidak lembut ataupun pemalu seperti perempuan.
Seperti dalam salah satu buku mengatakan bahwa di masyarakat seorang laki-laki
digambarkan dengan sifat yang maskulin, seperti perkasa, berani, rasional,
keras dan tegar (Rama & Putra, 2008). Oleh sebab itulah masih banyak gay
yang lebih menutup diri dan menjadi lebih tertutup. Tertutup dalam artian tak
banyak dari mereka mampu membuka diri mereka kepada masyarakat di sekitarnya
bahkan kepada keluarganya sendiri mengenai orientasi seksual mereka.
Seperti pada saat melakukan
observasi di tempat berkumpulnya komunitas gay, secara tidak sengaja peneliti
menarik perhatian seorang gay dan pada akhirnya terjadi obrolan ringan yang
sebelumnya sama sekali tidak direncanakan. Saat ditanyakan perihal keterbukaan
mereka terhadap status gay mereka sekarang, salah satu dari mereka sebut saja
Andi (nama samaran) mengatakan bahwa beberapa di antara mereka ada yang berani
terbuka dan sebagian besar lainnya masih tertutup. Beberapa diantaranya ada
yang mengatakan “masih suka sembunyi-sembunyi dari teman-teman di luar
komunitas dan keluarga, jika ketahuan takut dikucilkan”, ada juga yang mengatakan
“sudah pernah terbuka, tapi malah dibilang gila”, dan yang paling ekstrim
adalah saat salah satu mengatakan “pernah mencoba berterus terang, dan hampir
diusir dari rumah”, dengan berbagai alasan itulah mengapa kebanyakan dari
mereka memilih untuk menutup diri (observasi dan wawancara, 08 Juni 2012).
Namun,dibalik faktor serta penerimaan/penolakan terhadap kaum homoseksual, ada
fenomena unik yang terjadi dalam kehidupan kaum gay ini sendiri, dimana
ditemukan dari beberapa jurnal penelitian sebelumnya walaupun tidak dijelaskan
secara spesifik, dapat disimpulkan bahwa terdapat sedikit perbedaan antara
Attachment kaum gay dengan kaum lelaki di usia dewasa muda pada umumnya. Dimana
kedekatan dalam segi seksualitas yang diharapkan oleh seorang laki-laki pada umumnya
adalah kepada lawan jenisnya dan figur Attachmentyang mempengaruhi tidak hanya
kepada sosok ibu saja, namun juga sosok ayah menjadi sangat mempengaruhi.
Berbeda 8 dengan kaum gay, orientasi seksual mereka lebih kepada sesama
jenisnya, dan figur Attachment dalam kehidupan mereka lebih kepada sosok ibunya
dan dari sosok ayah sangat minim sekali. Dalam lingkungan sosialnyapun lakilaki
dewasa pada umumnya berbeda dengan kaum gay. Walaupun tidak terlihat secara
mencolok, perbedaan lebih terlihat pada adanya komunitaskomunitas dari kaum gay
itu sendiri yang dimana mereka lebih nyaman jika bergaul dengan sesamanya dalam
komunitas tersebut dibandingkan dilingkungan luar. Berbeda dengan laki-laki
dewasa pada umumnya yang bebas bergaul dengan siapa saja yang dianggap dekat
baik itu sebagai teman maupun sahabat. Seperti halnya yang peneliti temukan
dilapangan, sebagian besar dari mereka kebanyakan lebih dekat dengan ibunya,
dan sebagian besar dari mereka juga memiliki konflik dengan ayahnya, sehingga
mengakibatkan kedekatan antara anak dan orang tua lebih dominan kepada sang ibu
dibandingkan dengan sosok ayah mereka. Sehingga, tidak menutup kemungkinan
mereka sangat merindukan kedekatan terhadap sosok ayah yang kemudian dia
temukan ketika menjadi seorang gay kepada setiap pasangannya (wawancara subjek
A, F dan H, 2015).
Mengenai Attachmentsendiri peneliti
telah mencoba untuk melakukan sedikit pendekatan terhadap beberapa subjek yang
dimana saat ditanyakan perihal Attachmentnya yang sedikit menjelaskan bahwa dia
merasa nyaman kepada orang-orang yang mengetahui dia sebagai gay dan 9 menerima
keadaannya seperti ibunya kedua saudaranya dan sahabatnya. Namun saat subjek
ditanya perihal dengan siapa saja yang paling dekat dengan subjek dia
mengatakan “Ibu sama sahabat ..”. Seperti yang dituturkannya perihal kedekatan
dengan ibu dalam kutipan berikut, “Deket, yaa deket banget lah, kita tanpa ibu
gimana seehh, yoo too ? karena aku emang dari kecil susah seneng makan ngga
makan yaa sama ibu lah, intine deket banget”.
Ada pula yang dituturkannya mengenai
kedekatannya dengan sahabatnya, “deket banget lah,, banget lah say.. aku jujur
aku ndek sini kan cuma berdua aku juga bersahabat, sahabatku selalu bantu
akulah.. weess kaya adek sama kakak lah .. yaa curhat sembaranglah bareng-bareng..”.
Dari penuturan subjek diatas sedikit terlihat bagaimana Attachmentyang dialami
oleh subjek dan siapa saja yang dianggap subjek sebagai figur Attachmentnya
dari sejak ia masih kanak-kanak sampai sekarang (wawancara, 9 Mei 2015).
Ditemukan juga salah satu subjek yang menurut peneliti menarik untuk diangkat.
Dimana pada awalnya subjek tersebut sangat dekat dengan ibunya dan memang tidak
terlalu dekat dengan sang ayah.
Apapun kegiatan yang dilakukannya,
masalah yang sedang dihadapi, atau sedang merasakan suatu kebahagiaan, selalu
ada sosok ibu yang ikut serta di dalamnya. Namun, setelah ibunya meninggal
subjek tersebut menjadi kehilangan arah dan yang seharusnya dia mendapatkan
sosok pengganti seorang ibu dari sang ayah, namun dia tidak mendapatkannya. Kemudian
subjek mencoba untuk menemukan sesuatu yang bisa membuatnya nyaman dan aman,
sejak itulah 10 subjek menjajaki dan mencoba untuk memperdalam dunia gay
(Wawancara, 13 Juni 2015). Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan di atas
serta beberapa faktor yang melatarbelakangi seseorang menjadi gay, penelitian
lebih difokuskan kepada dinamika Attachmentpada gay jika dilihat dari kedekatan
dengan orang tua serta hubungan dengan lingkungan sosialnya dan seperti apa
gambaran hubungan dengan figur Attachmentnya sehingga menjadikan mereka lebih
memilih untuk lebih nyaman berhubungan dengan sesama jenisnya dibandingkan
dengan lawan jenisnya.
karena, sebuah ikatan dengan figur
tertentu ini bertahan dalam waktu lama, ditandai oleh adanya keinginan untuk
mencari dan memelihara kedekatan dengan figur tersebut, terutama pada saat-saat
yang menekan, agar mendapatkan perasaan aman dan nyaman (Bowlby &
Ainsworth, dalam colin, 1996).
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
dijabarkan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan utamanya yaitu:
1. Faktor apa saja yang menyebabkan
seseorang menjadi seorang gay?
2. Bagaimana gambaran dinamika
Attachmentyang dialami oleh seorang gay dewasa muda?
3. Bagaimana gambaran hubungan
seorang gay dewasa muda dengan figur Attachment-nya?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat
dijabarkan tujuan dari penelitian ini yaitu:
1. Mengetahui faktor apa saja yang
dapat menyebabkan terbentuknya jati diri sebagai seorang gay.
2. Mengetahui bagaimana gambaran
dinamika Attachmentyang dialami oleh seorang gay dewasa muda.
3. Mengetahui bagaimana gambaran
hubungan gay dengan figur Attachment yang dimilikinya dari masa kanak-kanak
hingga dewasa.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Khususnya kepada penelitian
sendiri akan menjadi acuan atau sumber data yang akan memudahkan peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut, sehingga memberikan
pengetahuan yang lebih mendalam lagi tentang bagaimana gambaran Attacment yang dialami
oleh gay.
2. Memberikan gambaran lebih jelas
lagi bagi keluarga dan masyarakat terhadap Attacment yang dialami oleh gay,
sehingga memudahkan para keluarga maupun masyarakat sekitar saat berinteraksi
dengan gay.
3. Memperdalam pemahaman tentang
kehidupan sosial gay yang bisa diketahui masih kurang dipahami maupun diteliti
secara ilmiah. 12 4. Memberi masukan untuk para gay lainnya agar tidak merasa
rendah diri dan malu dengan orientasi seksualnya.
DOWNLOAD
3 comments:
nike shoes for men
ray ban sunglasses online
adidas outlet
air jordan 11
chrome hearts
longchamp handbags
kobe 9
nike air max
asics running shoes
kyrie 4
kobe 9
nike react
yeezy boost 350 v2
air max 90
red bottoms
mlb jerseys
yeezy shoes
longchamp outlet
michael kors handbags
moncler outlet
goyard
yeezy boost 350
chrome hearts online
red bottom heels
basketball shoes
nike flyknit
adidas nmd runner
kobe basketball shoes
real jordans for sale cheap
nike football boots
Post a Comment