Abstract
INDONESIA:
Tiap individu memiliki pemahaman dan pengetahuan yang berbeda, khususnya mengenai dampak buruk rokok. Hal ini disadari, karena kita semua tahu bahwa rokok itu membahayakan bagi kesehatan. Namun dalam realitanya banyak remaja dan orang dewasa yang merokok, dan lebih-lebih ada yang merokok di sekitar perokok pasif yang tentu saja ini berdampak buruk bagi orang lain juga. Maka empati individu merupakan salah satu sikap yang diperlukan guna mengatasi masalah ini. Empati menjadikan individu memahami apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain. Penelitian ini membahas tentang (1) Tingkat pemahaman dampak buruk rokok (2) Tingkat empati perokok (3) Adakah pengaruh pemahaman dampak buruk rokok terhadap empati perokok.
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif jenis korelasional dan populasi yang diambil adalah mahasantri Mahad Sunan Ampel Al-Ali Asrama Ibnu Sina Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang aktif pada tahun ajaran 2014-2015.Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui observasi, angket, dan dokumentasi. Hasil uji daya beda skala pemahaman dampak buruk rokok dari 25 item, yang diterima adalah menghasilkan 17 item yang dinyatakan diterima dan 8 item yang dinyatakan gugur atau dihapus. Pada skala empati perokok dari 25 menghasilkan 6 item yang dinyatakan diterima dan 8 item yang dinyatakan gugur atau dihapus. Analisis ini menggunakan korelasi product moment pearson.
Hasil penelitian tentang pemahaman dampak buruk rokok dengan empati perokok menunjukkan bahwa (1) Tingkat pemahaman dampak buruk rokok pada maha santri Mahad Sunan Ampel Al-Ali Asrama Ibnu Sina Universitas Islam NegeriMaulana Malik Ibrahim Malang didapatkan 29 atau 50,8% dari 57 orang berada pada tingkat tinggi, didapatkan 28 orang atau 49,2% dari 57 orang berada pada tingkat sedang, dan didapatkan 0 orang pada tingkat rendah. Sehingga pemahaman dampak buruk rokok di Mahad Sunan Ampel Al-Ali Asrama Ibnu Sina UIN Maulana Malik Ibrahim Malang berada pada kategori Tinggi, (2) Tingkat empati perokok pada mahasantri Mahad Sunan Ampel Al-Ali Asrama Ibnu Sina UIN Maulana Malik Ibrahim Malang didapatkan 28 orang atau 49,2% dari 57 orang berada pada tingkat tinggi, didapatkan 29 orang atau 50,8% dari 57 orang berada pada tingkat sedang, dan didapatkan 0 orang pada tingkat rendah. Sehingga pada variabel empati perokok di Mahad Sunan Ampel Al-Ali Asrama Ibnu Sina UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini berada pada ketegori sedang, (3) Hasil dari korelasi pemahaman dampak buruk rokok dengan empati perokok menunjukkan nila rhit 0,290 dan diketahui nilai N adalah 57 orang dengan p = 0,029 yang berarti< 0,05. Jadi probabilitas kurang dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, artinya pemahaman dampak buruk rokok pada mahasantri Mahad sunan ampel al-ali Asrama Ibnu sina Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang memiliki hubungan (berkorelasi) dengan empati perokok.
ENGLISH:
Every person has a different understanding and knowledge, especially about the bad effects of smoking. This is realized, because we all know that smoking is harmful to health. But in reality many adolescents and adults who smoke and there are smoking around secondhand smoke which of course is bad for others as well. Then the individual empathy is one of attitude that is needed in order to overcome this problem. Empathy makes people understand what the other person feels and thinks. This study discusses (1) The level of understanding of the bad effects of cigarettes (2) The level of smokers empathy (3) is there any Effect of Cigarette Bad Impact Understanding on Smokers Empathy.
The design of this study used a quantitative approach which correlation type and population are taken from students (mahasantri) of Sunan Ampel Mahad Al-Ali Ibn Sina Dormitory of the State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang that active in the academic of 2014-2015. Data collection method used in this research through observation, questionnaires, and documentation. The result of understanding different power scale of the bad effects of cigarettes of 25 items, which was received to produce 17 items that were accepted and 8 items were disqualified or removed. On a scale of smokers empathy of 25 to produce six items that were accepted and 8 items were disqualified or removed. This analysis used the product moment Pearson correlation.
Results of research on understanding the bad effects of cigarettes with smokers empathy showed that (1) The level of understanding of the bad effects of smoking on mahasantri of Sunan Ampel Mahad Al-Ali Ibn Sina Boarding Maulana Malik Ibrahim State Islamic University of Malang obtained 29 or 50.8% of the 57 people currently on high level, found 28 people or 49.2% of the 57 people were at a moderate level, and obtained 0 people on a low level. So understanding the bad effects of cigarettes in Sunan Ampel Mahad Al-Ali Ibn Sina Boarding UIN Maulana Malik Ibrahim Malang was located at High category, (2) The level of smokers empathy on mahasantri of Mahad Sunan Ampel Al-Ali Ibn Sina Boarding UIN Maulana Malik Ibrahim of Malang obtained 28 people or 49.2% of the 57 people were at a high level, found 29 people or 50.8% of the 57 people were at a moderate level, and obtained 0 people on a low level. So that the smokers empathy variable in Mahad Sunan Ampel Al-Ali Ibn Sina Boarding UIN Maulana Malik Ibrahim of Malang was located at the medium category, (3) The results of the correlation understanding of the bad effects of cigarettes to smokers showed smokers empathy of rhit value of 0.290 and known value of N was 57 people with a p = 0.029 <0.05. So the probability was less than 0.05 so that Ho rejected and Ha accepted, it meant understanding the bad effects of smoking on mahasantri of Mahad Sunan ampel al-ali Ibn Sina Dormitory of the State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang had a relationship (correlation) with smoker’s empathy
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Berbagai upaya sosialisasi antirokok
sudah dilancarkan berbagai pihak, seperti pemerintah, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), berbagai badan pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan
bahkan sudah ada Hari Antirokok Sedunia. Namun kenyataannya, perilaku merokok
masih tetap marak, bahkan kini remaja pun semakin banyak merokok. Bukan hanya
di Indonesia, tetapi juga di berbagai negara lain di dunia seperti Cina dan
semua negara Eropa. Jumlah perokok pria di Indonesia dalam 30 tahun terakhir
meningkat 57 persen. Peningkatan ini merupakan jumlah tertinggi kedua di dunia
berdasar hasil penelitian The Institute For Health Metrics And Evaluation
(IMHE) dan diterbitkan dalam Jurnal Kesehatan Amerika, 8 Januari 2014.
Indonesia merupakan satu dari 12 Negara yang menyumbangkan angka sebanyak 40
persen dari total jumlah perokok di dunia. Sarlito (2004) berargumen, di
Indonesia, upaya menganjurkan remaja untuk tidak merokok sudah genjar sejak
dulu.Pada umumnya metode yang digunakan adalah dengan melarang merokok di rumah
atau di sekolah dengan ancaman hukuman atau menakut-nakuti (ceramah, bacaan,
poster tentang bahaya rokok bagi kesehatan). Tujuan jangka pendek metode ini
adalah meniadakan perilaku merokok di tempat dan waktu tertentu.Sementara
metode menakut-nakuti tujuan jangka panjangnya mengharapkan di masa mendatang
remaja tidak merokok lagi karena kesadaran sendiri. Tetapi di sekolah maupun di
rumah, remaja tetap merokok walaupun dengan cara mencuri-curi. Sedangkan
setelah dewasa, mereka pun tidak menghentikan kebiasaan merokok.Malahan justru
semakin bergantung pada rokok. Paradigma yang selama ini digunakan sebenarnya
sudah sangat logis, yaitu merokok membahayakan kesehatan.Maka kampanye anti
rokok selalu dikaitkan dengan perilaku hidup sehat.Paradigma ini dipergunakan
selama bertahun-tahun, bahkan mungkin sepanjang sejarah kampanye antirokok.
Bahkan di tiap bungkus rokok ditulis peringatan untuk mengingatkan setiap
perokok akan bahaya rokok bagi kesehatan. Sekalipun demikian, hasilnya tidak
menggembirakan. Patut dicermati mengapa hal ini terjadi.Sarlito mengutip temuan
psikolog Dr. Siti Purwanti Brotowasisto, yang belum lama ini menyelesaikan
disertasinya di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, tentang perilaku
merokok pada remaja.Dalam disertasi itu disebutkan, perilaku sehat tidak ada
kaitannya dengan perilaku merokok.Kedua perilaku itu menempati domain yang
berbeda dalam sistem, kesadaran remaja.“Perilaku sehat.” ujarnya, “terkait
dengan kesehatan, tidak sakit.Sementara merokok terkait dengan pergaulan, harga
diri, diterima teman.Merokok tidak ada kaitannya dengan sakit karena memang
tidak ada di antara teman-teman mereka yang sakit karena merokok.” Penyakit-
penyakit yang dikampanyekan selama ini sebagai dampak negatif dari perilaku
merokok dipandang tidak riil, jauh, masih lama dan bukan dunia mereka.Serta,
masih banyak orangtua yang sehat walaupun merokok ketimbang yang sakit.Jadi,
katanya, di sinilah letak kesalahan paradigmanya. Peringatan bahaya merokok
sudah berubah kontennya sejak awal januari tahun ini.Sebelumnya, peringatan
bahaya merokok berbunyi, “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung,
impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin.”Kini bunyinya lebih menusuk,
“Rokok Membunuhmu”. Telah diketahui bahwa sebelum tahun 2014, di tiap bungkus
rokok ditulis peringatan untuk mengingatkan setiap perokok akan bahaya rokok
bagi kesehatan. Sekalipun demikian, hasilnya tidak menggembirakan.Lalu bagaimana
hasilnya setelah perubahan peringatan tersebut. Menurut Dirjen Pengendalian
Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kemenkes RI, Tjandra (2014)
peringatan dalam iklan rokok memang ditujukan kepada anak-anak agar mereka
tidak coba-coba merokok.Memang menyedihkan jika anak-anak sudah
merokok.Menyedihkan ketika anak-anak SMP atau SMA sudah merokok. World Bank
sudah pernah memperingatkan: “Dengan pola merokok seperti sekarang ini 500 juta
orang yang hidup hari ini akhirnya akan terbunuh oleh penggunaan tembakau.
Lebih dari separuh di antaranya saat ini adalah anak dan remaja”. Hingga saat
ini, masalah rokok masih menjadi perdebatan dari berbagai pihak.Di setiap
ruang, ditempat umum lebih tepatnya, dengan tidak segan-segan para perokok
melancarkan aksinya. Tanpa memikirkan efek yang ditimbulkan dari kepulan asap
yang mereka buat. Pelarangan untuk merokok memang tidak bersifat baku. Hanya
saja yang ditekankan adalah tidak merokok di tempat umum. Masalah merokok di
dalam ruangan merupakan salah satu dari tiga masalah utama dalam Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS).
Dua selain itu adalah pemberian ASI
dan penggunaan jamban keluarga.Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah
pengamanan rokok bagi kesehatan, diantaranya melalui Penetapan Kawasan Tanpa Rokok.
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah terkait kawasan tanpa rokok sudah
sepenuhnya, bahkan hampir seluruh provinsi mengeluarkan Peraturan Daerah
(Perda). Hal yang sama juga dilakukan oleh pemerintah kota banda aceh yang baru
saja menerapkan peraturan walikota (perda) mengenai kawasan tanpa Rokok (KTR).
Di Indonesia, kawasan yang berhasil menerapkan kawasan dengan sistem ini adalah
Surabaya. Demikian disampaikan Menteri Lingkungan Hidup Balthasar. Sementara
itu, hal yang sama juga dilakukan oleh pemerintah kota Yogyakarta yang tengah
menyiapkan Rancangan peraturan Daerah (Raperda) tentang aturan merokok di
tempat-tempat umum untuk memberikan perlindungan pada perokok pasif.
Orang-orang yang dengan sadar atau sengaja menyedot sejumlah racun ke dalam
tubuhnya melalui asap tembakau dapat dianggap sebagai seseorang yang tidak
terlalu peduli akan kesehatannya. Dengan demikian, nasib seorang perokok sudah
ditentukan oleh keputusannya itu. Masalahnya sekarang apakah keputusannya itu
akan dibiarkan memengaruhi pula tubuh orang lain yang “dipaksanya” turut
merokok secara pasif. Demikian pertanyaan yang dilemparkan Elaine, seorang
tokoh Kelompok Anti-Merokok di Los Angeles (Jakarta Post, 1994). Menurut
pemahaman Elaine (1994), semua orang yang bukan perokok dapat dikatakan merokok
juga: bayi yang tidak berdaya, anak-anak, remaja, penderita asma, penumpang
bus, dan kereta api, orang dalam antrean, ruang tunggu, bahkan di dalam
supermarket. Semuanya adalah perokok pasif yang tidak dilindungi hak-haknya,
sehingga rasanya tidak ada udara bersih asap rokok, kecuali kita tinggal di
dalam rumah saja. Sukar sekali menentukan secara persis berapa macam bahan
penyebab kanker yang terdapat di dalam asap rokok yang merupakan campuran yang
kompleks dari berbagai macam gaws, cairan, dan partikel yang mengandung ratusan
ikatan kimia baru yang terbentuk pada pembakaran. Hal ini menjadi ancaman
kanker pada perokok pasif.
Pada tubuh perokok sekunder atau pasif terjadi
kerusakan vitamin C dan mengganggu kemampuan sistem kekebalan untuk mencari dan
membasmi sel-sel kanker di dalam tubuh. Sebagian orang non-perokok yang
dipapari asap rokok akan mengalami iritasi mata, sakit kepala, dan batuk. Dalam
suatu studi yang diterbitkan oleh The New England Journal of Medicine, periset
Jepang membuktikan bahwa orang-orang non-perokok yang tinggal atau bekerja
bersama perokok ternyata menghirup jumlah nikotin yang cukup besar dan dapat
ditunjukkan pada analisis urine mereka. Sebuah penelitian lainnya di Jepang
menunjukkan bahwa istri-istri perokok menghadapi risiko terkena kanker
paru-paru 4 kali lipat dari istri yang bebas dari paparan rokok suami.
Penelitian yang sama di Yunani dan di Lousiana, Amerika Serikat juga memperoleh
hasil yang sama, sedangkan di pennsylvania dibuktikan bahwa istri yang demikian
meninggal 4 tahun lebih dini dibandingkan dengan istri dari pria non-perokok.
Dalam konteks ini menurut peneliti, pemahaman dampak buruk rokok terhadap
kondisi atau keadaan orang lain dibutuhkan oleh perokok, terutama pada saat
perokok berada di tempat kerja, kendaraan transportasi umum, taman kawasan
bebas rokok, pusat perbelanjaan, sekolah, kampus, maupun di rumah
Sehingga mungkin saja menimbulkan
empati perokok kepada perokok pasif dan berkenan untuk tidak merokok dihadapan
mereka. Kohut (1997) melihat empati sebagai suatu proses di mana seseorang
berpikir mengenai kondisi orang lain yang seakan-akan dia berada pada posisi
orang lain itu. Empati berperan penting dalam berbagai bidang kehidupan, mulai
dari pendidikan, manajemen, bisnis atau industri hingga tindakan bela rasa dan
percintaan.Empati dibangun pada lingkup self-awareness (kesadaran diri). Cikal
bakal empati dapat ditemu-kenali ketika bayi dalam kegelisahan mendengar suara
tangis bayi lainnya. Pada usia sekitar 1 tahun, anak mulai menyadari bahwa
penderitaan orang lain bukanlah penderitaannya sendiri. Pada usia hingga 2,5
tahun, anak mengejahwantahkan "peniruan motorik", yaitu tindakan
meniru secara motorik penderitaan psikologis orang lain untuk makin memahami
apa yang dirasakan oleh orang lain yang menderita. Ketiadaan empati atau
"terbunuhnya" rasa empati memunculkan perilaku yang keras dan
cenderung kejam. Menurut peneliti, perokok yang memahami kondisi perokok pasif
akibat dari paparan asapnya lalu secara sukarela mematikan putung rokoknya;
atau berdiskusi dengan perokok pasif di tempat kerja dengan tidak merokok ;
ketika akan merokok meminta ijin terlebih dahulu, dan lain-lain.
Itu adalah wujud empati untuk “menolong” orang
lain dari dampak buruk rokok yang patut diapresiasi. Dalam literatur psikologi
sosial, pada awalnya kajian empati terfokus pada isu-isu yang terkait dengan
perilaku menolong (Wipe, 1987). Hal ini dipertegas oleh pendapat Carkhuff
(1969), without empathy there is no basis for helping. Selanjutnya, Kerbs
(1995) menemukan bahwa respons-respons empati dapat dikaitkan dengan altruism
(perilaku menolong) ketika menggunakan pengukuranpengukuran psikologis yang
berkaitan dengan empati. Ilmuwan lainnya mendefinisikan empati sebagai karakter
afektif yang memengaruhi pengalaman terhadap emosi orang lain (Mehrabian &
Epstein, 1972), kemampuan kognitif untuk memahami emosi-emosi orang lain
(Hogan, 1969). Sebagai konsep kognitif, Hogan (1969) mendeskripsikan empati
dalam istilah yang global sebagai kemampuan intelektual atau imajinatif
terhadap kondisi pikiran dan perasaan orang lain. Lalu terkait pemahaman
perokok terhadap dampak buruk rokok itu sendiri bagaimana.Setelah mengetahui
apakah mereka langsung berhenti merokok demi menolong dirinya.Berikut
dijelaskan dibawah ini. Fakta menunjukkan bahwa 24% dari pelajar Sekolah
Menengah pertama mengaku merokok, tertatur atau kadang-kadang, dan hampir
semuanya mengetahui bahwa merokok itu tidak baik bagi tubuh kita. Demikian
hasil suatu survei yang diadakan oleh kelompok SRI dilaporkan oleh Jakarta Post
pada tahun 1993 yang lalu.Pertanyaan sekarang mengapa persentase itu demikian
tinggi dan mengapa mereka masih merokok sekalipun mengetahui bahayanya? Yayasan
Jantung Indonesia menyalahkan perusahaan rokok raksasa telah menjadikan kaum usia
muda sebagi sasaran mereka dengan iklan dan promosi yang menggunakan olahraga
dan rekreasi sebagai tema untuk menciptakan citra rokok dan merokok sebagai
sesuatu yang glamorous atau penuh gaya. Iklan rokok sesungguhnya bertentangan
dengan Peraturan Menteri Penerangan yang melarang adanya iklan rokok dan
minuman keras di televisi.Tetapi produsen rokok dan biro iklannya berdalih
bahwa mereka mengiklankan merek perusahaan (corporate names) dan bukan merek
rokoknya. Di samping pengaruh iklan itu, kaum muda di negara kita juga
mengalami situasi masyarakat yang mendorong mereka untuk merokok.dalam survei
yang disponsori oleh Yayasan Jantung Indonesia itu ditemukan bahwa sebagian
besar siswa SMP memperoleh rokok pertamanya dari teman-temannya. Survei itu
meneliti 307 siswa dan menemukan bahwa dari 65 orang di antaranya yang masih
merokok pada saat survei diadakan mengakui mereka mendapat rokok dari temannya,
dan hanya 9 orang yang membeli sendiri. Dari ke- 50 orang yang memperoleh rokok
dari temannya itu, 44 orang menjadi kecanduan.Pelajar yang diteliti tersebut
berusia antara 11 hingga 16 tahun dan berasal dari 10 sekolah.Sejumlah 74 orang
siswa mengakui bahwa meraka adalah perokok teratur dan kadang-kadang
merokok.Kuatnya cengkeraman rokok pada kawula muda ini terlihat dari kenyataan
bahwa dari 113 siswa yang pernah merokok, 74 orang mengatakan mereka menjadi
pecandu rokok atau kadangkadang.
Lalu menurut peneliti, bagaimana dengan remaja
dan orang-orang dewasa yang mungkin saja memahami dampak buruk rokok bagi kesehatan
namun tetap saja merokok.Selain karena faktor kecanduan, hal ini bisa jadi
berkaitan dengan keyakinan dan pemikiran.Karena itu peneliti ingin mengetahui
bagaimana pemahaman dampak buruk rokok bagi perokok juga dampaknya bagi perokok
pasif.Dan mencoba memberikan pengetahuan baru secara tidak langsung (angket)
tentang dampak-dampak buruk rokok, yang mungkin saja belum diketahui sebelumnya
dari sejumlah referensi. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti tentang: “Pengaruh Pemahaman Dampak Buruk Rokok Terhadap Empati
Perokok”
B.
Rumusan
Masalah
Seperti halnya dari paparan data di latar
belakang di atas maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah tingkat pemahaman
dampak buruk rokok?
2. Bagaimanakah tingkat empati perokok?
3. Adakah pengaruh pemahaman dampak buruk
rokok terhadap empati perokok?
C.
Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui tingkat pemahaman
dampat buruk rokok.
2. Mengetahui tingkat empati perokok.
3. Mengetahui adakah pengaruh
pemahaman dampak buruk rokok terhadap empati perokok.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan bisa
bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi peneliti dan khalayak intelektual
pada umumnya, bagi pengembangan keilmuan baik dari aspek teoritis maupun
praktis, diantaranya:
1.
Manfaat
Teoritis :
Penelitian ini diharapkan
mampu memberikan khazanah keilmuan dalam bidang psikologi
2. Manfaat Praktis :
1)
Bagi lembaga, sebagai bahan rujukan bagi praktisi psikologi dan sebagai bahan
pertimbangan bagi pihak yang membutuhkan informasi. 2) Bagi masarakat, dapat
dijadikan rujukan untuk mengambil kebijakan yang terkait dengan dampak perilaku
merokok. 3) Bagi peneliti, penelitian ini adalah modal awal untuk mengasah skill
meneliti yang baik.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Pengaruh pemahaman dampak buruk rokok terhadap empati perokok" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
1 comment:
kobe byrant shoes
adidas eqt support adv
adidas ultra boost
pure boost
yeezy boost 350
jordan shoes
nike air max 2017
chrome hearts online
kobe basketball shoes
christian louboutin shoes
Post a Comment