Abstract
INDONESIA:
Persaingan perusahaan di era globalisasi, menuntut perusahaan untuk meningkatkan produktifitas agar dapat bersaing dengan perusahaan yang lain. Peningkatkan produktifitas perusahaan tersebut tentunya akan berdampak pula pada kinerja karyawan. Karyawan akan bekerja lebih keras agar target dari perusahaan bisa tercapai. Oleh karena itu, beban pekerjaan mereka pada umumnya juga semakin meningkat. Beban kerja yang tinggi secara umum akan berdampak bagi karyawan. Salah satu dampaknya yaitu job burnout. Seperti yang telah diketahui bahwa kelebihan beban kerja merupakan salah satu prediktor yang paling penting dari burnout (Nirel, et all, 2008 : 538). Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku pada karyawan salah satu instansi di kota Malang. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah (1) Bagaimana tingkat kelebihan beban kerja pada karyawan (2) Bagaimana tingkat job burnout pada karyawan (3) Bagaimana hubungan antara kelebihan beban kerja dengan job burnout pada karyawan.
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui tingkat kelebihan beban kerja pada karyawan. (2) Untuk mengetahui tingkat job burnout pada karyawan. (3) Untuk mengetahui hubungan antara kelebihan beban kerja dengan job burnout pada karyawan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan menggunakan dua variabel, variabel bebas (x) adalah kelebihan beban kerja dan variabel terikat (y) adalah job burnout. Sampel yang diambil berjumlah 50 karyawan. Skala yang digunakan adalah skala likert dan teknik sampling yang digunakan untuk penelitian ini adalah teknik random. Analisa yang digunakan adalah korelasi product moment dengan bantuan SPSS 18.0 for windows.
Hasil penelitian kelebihan beban kerja yang dialami oleh para karyawan dari 50 responden, 33 karyawan (66%) berada dalam kategori tinggi. Sedangkan job burnout yang dialami oleh para karyawan dapat dilihat dari tiga dimensi. Dimensi kelelahan emosional, dari 50 responden, 33 karyawan (66%) berada dalam kategori sedang. Dimensi dipersonalisasi, 26 karyawan (52%) berada dalam kategori sedang. Dimensi pencapaian pribadi atau atau ineffectiveness, dari 50 responden, 50 karyawan (100%) berada dalam kategori tinggi. Hasil analisis uji korelasi diperoleh nilai rxy = 0,458. Artinya terdapat hubungan antara kelebihan beban kerja dengan job burnout pada karyawan. Nilai p = 0,001 menunjukkan bahwa hubungan tersebut signifikan. Nilai positif pada rxy menunjukkan bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah searah, di mana semakin tinggi kelebihan beban kerja maka akan semakin tinggi pula job burnout yang dialami oleh karyawan.
ENGLISH:
Competition in the era of corporate globalization, requires companies to improve productivity in order to compete with other companies. Increasing the productivity of the company will certainly impact the performance of employees. Employees will work harder in order to achieve the target of the company. Therefore, the burden of their work in general is also increasing. High workload in general will affect employees. One consequence is job burnout. As it is known that the work overload is one of the most important predictors of burnout (Nirel, et all, 2008 : 538). However, this does not apply to employees of one of the establishments in the city of Malang. Formulation of the problem of this study were (1) What level of work overload on employees (2) What level of job burnout in employees (3) How does the relationship between work overload with job burnout in employees.
The purpose of this study is (1) To determine the level of work overload on employees. (2) To determine the level of job burnout in employees. (3) To determine the relationship between work overload with job burnout in employees.
The method used in this research is descriptive quantitative by using two variables, the independent variable (x) is the work overload and the dependent variable (y) is job burnout . Samples were taken totaling 50 employees. The scale used is the Likert scale and the sampling technique used for this study is a random technique. The analysis used is the product moment correlation with SPSS 18.0 for windows.
The research results are work overload experienced by the employees of the 50 respondents, 33 employees (66 %) were in the high category. While job burnout experienced by employees can be seen in three dimensions. Dimensions of emotional exhaustion, of the 50 respondents, 33 employees (66 %) were in the medium category. Dimensions depersonalization, 26 employees (52 %) were in the medium category. Dimensions of personal achievement or ineffectiveness, of the 50 respondents, 50 employees (100 %) were in the high category. The results of the analysis of correlation values obtained rxy = 0.458. This means that there is a relationship between work overload with job burnout in employees. p-value = 0.001 indicates that the relationship is significant. rxy positive value indicates that the relationship between the two variables is unidirectional, where the higher the overload of work then the higher the job burnout experienced by employees
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Manusia selalu melakukan berbagai macam
aktivitas dalam kehidupannya sehari-hari. Salah satu dari aktivitas tersebut
diwujudkan dalam kegiatan kerja. Aktivitas itu sendiri dapat dikatakan sebagai
segala suatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan untuk melaksanakan suatu hal
yang melibatkan aktivitas fisik dan nonfisik (aktivitas kognitif, psikologis,
dan lain sebagainya) dengan tujuan untuk memperoleh apa yang mereka inginkan
(Anton, 2001 : 26). Kita sering menjumpai berbagai macam permasalahan yang
sering membebani pikiran kita pada saat kita sedang melakukan aktivitas, baik
itu permasalahan keluarga, pribadi, ekonomi, lingkungan, bahkan sampai pada
dunia kerja. Permasalahan-permasalahan seperti itu dapat muncul karena berbagai
macam faktor yang dialami oleh manusia, salah satunya adalah adanya perubahan
dan perkembangan di era globalisasi seperti sekarang ini. Perubahan serta
perkembangan pada semua aspek kehidupan manusia, menuntut mereka untuk
meningkatkan kualitas dan kuantitas kehidupan mereka agar dapat mengimbangi
dengan kemajuan-kemajuan yang ada di zaman modern seperti searang ini. Akibat
dari perubahan dan perkembangan tersebut tidak hanya dirasakan oleh manusia
saja. Akan tetapi, perusahaanperusahaanpun juga merasakan akibat dari perubahan
dan perkembangan yang 2 ada. Salah satu akibat yang dialami oleh
perusahaan-perusahaan ialah semakin meningkat persaingan-persaingan diantara
berbagai perusahaan (www.Indonesiamampu.org). Persaingan perusahaan di era
globalisasi menuntut perusahaan untuk meningkatkan performa yang lebih baik
agar dapat bersaing dengan perusahaan yang lain. Setiap perusahaan pastinya mempunyai
tujuan yang hendak dicapai dalam setiap periode. Tujuan-tujuan itu akan
tercapai jika karyawan perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang baik. Agar
kinerja karyawan menjadi lebih baik, tentunya perusahaan harus memperhatikan
beberapa aspek yang menjadi faktor pendukung dari kinerja karyawan tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan pada karyawan adalah masalah motivasi,
pengabdian, disiplin, etos kerja, produktivitas dan masa depannya, juga masalah
hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan (Jaya
dan Rahmat, 2005 : 213). Perusahaan yang ingin meningkatkan kinerjanya akan
berdampak pula pada kinerja karyawannya. Perusahaan membutuhkan produktifitas
dari karyawannya guna membantu perusahaan agar dapat bersaing dengan perusahaan
yang lainnya. Karyawan yang produktif akan sangat membantu upaya perusahaan
untuk meningkatkan perkembangan dan kemajuan dari perusahaan tersebut.
Produktif dalam bekerja merupakan salah satu hal yang diinginkan oleh setiap
perusahaan dari karyawannya, karena salah satu faktor penentu dari
produktifitas perusahaan adalah karyawan atau tenaga kerja itu sendiri
(www.wikipedia.org). 3 Adanya upaya untuk meningkatkan produktifitas dari
perusahaan, kebanyakan karyawan akan dituntut untuk bekerja lebih dari pada
biasanya. Karyawan akan bekerja melebihi batas normal dari ketentuan-ketentuan
yang ada. Misalnya, diberikannya tugas-tugas yang harus dikerjakan dalam kurun
waktu tertentu yang mana dalam pengerjaannya membutuhkan kemampuan yang lebih
dari karyawan, membutuhkan waktu yang lebih panjang, dan lain sebagainya.
Dengan adanya penugasan-penugasan seperti itu,
karyawan terpaksa harus pulang terlambat dari jam biasanya. Mereka mempunyai
waktu kerja yang lebih panjang (www.kompas.com). Menurut Thornthwaite (2004);
Weston et, al. (2004), jam kerja yang lebih, sering diasosiasikan pada
meningkatnya konflik dalam pekerjaan, dan menurut Barnett, Gareis, and Brennan
(1999); Gareis, Barnett, and Brennan (2003), memiliki jadwal kerja yang tidak
sesuai telah ditemukan untuk memprediksi job role quality, marital role
quality, psychological distress, dan burnout (Skinner, et., all, 2008 : 305).
Berbagai macam dampak dari permasalahan-permasalahan yang dialami oleh karyawan
seperti yang telah dijelaskan di atas, salah satunya ialah job burnout.
Karyawan akan merasa lelah secara psikologis maupun fisik jika mereka dalam
bekerja merasakan adanya ketidaksesuaian antara beban kerja dengan kemampuan
yang mereka miliki. Kelelahan-kelelahan itulah yang merupakan salah satu
ciri-ciri bahwa karyawan tersebut mengalami job burnout. Burnout menjadi
masalah yang krusial di dunia kerja, karena seringkali menghambat kinerja para
karyawan yang akhirnya merugikan perusahaan. Cooper dkk., (2001) menjelaskan
bahwa burnout seringkali 4 muncul di dunia kerja dikarenakan rutinitas serta
tekanan yang tinggi dalam kesehariannya (Diaz dan Zulkaida, 2009 : 95). Seperti
yang telah dijelaskan di atas, bahwa tuntutan-tuntutan kerja yang diberikan
kepada karyawan dengan porsi yang melebihi kemampuan mereka kemungkinan besar
akan dapat mengakibatkan penurunan kondisi bagi karyawan. Penurunan kondisi
yang dialami oleh karyawan itulah yang dinamakan job burnout pada karyawan.
Pines dan Aronson (1989), memandang burnout adalah tahap-tahap kelelahan
emosional, fisik dan mental disebabkan keterlibatan yang lama dalam situasi
yang menuntut secara emosional (Jaya dan Rahmat, 2005 : 214). Sedangkan menurut
Cordes dan Daugherty menjelaskan bahwa burnout adalah kelelahan kerja yang amat
sangat dimana membuat kinerja individu terhambat bahkan berhenti (Diaz dan
Zulkaida, 2009 : 94). Job burnout itu sendiri secara ringkas merupakan
penurunan kondisi psikologis maupun fisik yang dialami oleh individu yang
diakibatkan oleh berbagai hal salah satunya adalah kelebihan beban kerja.
Kelebihan beban kerja merupakan salah satu permasalahan yang dapat dijumpai
dalam berbagai macam pekerjaan. Menurut James L. Gibson, setiap orang pernah
mengalami beban kerja yang terlalu berat (work overload) pada sesuatu waktu
(Tyas, 2009 : 13).
Definisi sederhana mengenai
kelebihan beban kerja adalah tugas dan tanggung jawab yang terlalu banyak yang
dialami oleh seorang pekerja dengan waktu yang sedikit untuk menyelesaikan
semua hal yang diperlukan dalam sehari (Morgan, 2002 : 3). Kelebihan beban kerja
sering terjadi pada instansi-instansi yang mempunyai mobilitas tinggi, misalnya
bank, rumah sakit, perusahaan- 5 perusahaan, pabrik-pabrik, jasa pelayanan, dan
lain sebagainya. Kelebihan beban kerja secara ringkas merupakan kondisi beban
kerja yang melebihi atau tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh
tenaga kerja atau karyawan. Pada awalnya kelebihan beban kerja itu sendiri
adalah workload atau yang sering kita sebut dengan beban kerja. O’Donnel &
Eggemeier, beban kerja adalah sebagian dari kapasitas kemampuan pekerja yang
diberikan untuk mengerjakan tugasnya (Tyas, 2009 : 12). Beban kerja tidak akan
menjadi suatu masalah jika masih dalam batas normal. Bahkan beban kerja itu
sendiri merupakan kesempatan bagi para karyawan untuk belajar dan dapat
berhasil dengan cepat (Hussain, 2011 : 258). Batasan-batasan tersebut dapat
dilihat dari keseimbangan antara kemampuan yang dimiliki oleh karyawan dengan
beban pekerjaan itu sendiri. Akan tetapi, jika beban kerja tersebut melebihi
kemampuan dari karyawan maka akan terjadi kelebihan beban kerja. Namun, secara
fakta yang dapat kita lihat bahwa setiap manusia dalam bekerja tidak mampu
sepenuhnya untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan yang mereka miliki.
Hal ini dapat terjadi karena setiap manusia mempunyai keterbatasan baik yang
menyangkut waktu, kemampuan, tenaga, pikiran, dan lain sebagainya. Jika
karyawan bekerja dalam waktu yang melebihi batas normal, maka perusahaan
tersebut dapat dikatakan telah melanggar peraturan tentang pengaturan waktu
kerja, kecuali perusahaan tersebut mempunyai ketentuan-ketentuan lain yang di
atur oleh pemerintah. Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan
pasal 77 tentang waktu kerja. Pada pasal 77 ayat 1 menjelaskan bahwa setiap
pengusaha harus melaksanakan ketentuan tentang waktu kerja. Ketentuan- 6
ketentuan mengenai waktu kerja tersebut dijelaskan pada pasal 77 ayat 2. Pada
pasal ini terdapat dua poin mengenai pengaturan waktu kerja. Pertama, dalam
satu minggu para karyawan bekerja selama 6 hari dengan total waktu 40 jam,
dalam sehari waktu kerja karyawan adalah 7 jam. Kedua, dalam satu minggu para
karyawan bekerja selama 5 hari dengan total waktu 40 jam, dalam sehari mereka
bekerja selama 8 jam. Akan tetapi, ketentuan-ketentuan tersebut tidak akan
berlaku pada instansi-instansi tertentu. Mereka mempunyai ketentuanketentuan
tersendiri mengenai pengaturan waktu kerja seperti yang telah dijelaskan dalam
pasal 77 ayat 3. Ketentuan-ketentuan tertentu yang dimiliki oleh
instansi-instansi tersebut telah diatur dalam Keputusan Menteri seperti yang
telah dijelaskan dalam pasal 77 ayat 4.
(Undang-undang Ketenagakerjaan). Perusahaan
dibidang energi dan sumber daya mineral termasuk perusahaan jasa penunjang yang
melakukan kegiatan di daerah operasi tertentu dapat memilih dan menetapkan
salah satu dan atau beberapa waktu kerja sesuai dengan kebutuhan operasional
perusahaan (Keputusan Menteri: Kep, 234 /Men/2003). Berbicara mengenai waktu
kerja karyawan, karyawan yang bekerja pada salah satu cabang instansi milik
pemerintah yang ada di kota Malang sering kali pulang terlambat dari tempat
mereka bekerja. Keterlambatan pulang itu terjadi bukan karena tanpa adanya
alasan. Mereka pulang terlambat dikarenakan adanya pekerjaan yang harus
diselesaikan. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa instansi-instansi lain yang
bergerak dalam bidang yang sama sering mengalami hal yang serupa, baik itu
instansi milik pemerintah maupun swasta. Hal seperti itu dapat dikatakan
menjadi aktivitas yang wajar, 7 karena semua instansi seperti itu rata-rata
mengalami hal yang sama. Setelah ditelusuri lebih dalam, ternyata ada satu
permasalahan yang sering muncul pada instansi tersebut, yakni kelebihan beban
kerja. Permasalahan seperti itulah yang ternyata menjadi alasan atau faktor
dari keterlambatan pulang kerja para karyawan (05-November-2012). Karyawan yang
mempunyai jam kerja yang panjang, dalam artian mereka bekerja melebihi batas
normal dan harus pulang terlambat. Mereka pada umumnya mempunyai beban
pekerjaan yang lebih. Lebihnya beban pekerjaan pada karyawan tersebut akan
mempunyai dampak yang banyak, salah satunya yaitu karyawan harus bekerja sampai
melebihi batas waktu seperti biasanya. Jika kita berbicara tentang kelebihan
beban kerja, maka secara teori dapat dikatakan mempunyai hubungan dengan job burnout
pada karyawan. Sehingga karyawan yang mengalami kelebihan beban kerja pada
pekerjaannya, kemungkinan besar karyawan tersebut akan mengalami job burnout.
Akan tetapi, tidak semua karyawan yang mengalami kelebihan beban kerja akan
menimbulkan job burnout pada karyawannya. Tanda-tanda dari job burnout kadang
kala sangat jarang sekali ditemukan dalam instansi-instansi tertentu meskipun
para karyawan bekerja dengan melebihi batas normal dari biasanya. Studi empiris
telah menunjukkan bahwa beberapa individu tidak mengalami burnout, terlepas
dari tuntutan pekerjaan yang tinggi dan jam kerja yang panjang. Sebaliknya,
mereka tampaknya menemukan kesenangan dalam bekerja keras dan berurusan dengan
tuntutan pekerjaan (Nelson & Simmons, 2003; Schaufeli & Bakker, 2001)
(Rothmann 2007 : 50).
Sedangkan tanda- 8 tanda jika individu
mengalami burnout biasanya individu tersebut akan sering terlambat, membolos,
keinginan untuk pindah, dan lain sebagainya. Instansiinstansi seperti itu dapat
dipastikan mempunyai hubungan yang baik dengan para karyawannya. Mereka
benar-benar memperhatikan segala aspek yang berhubungan dengan karyawannya.
Karyawan akan merasa diperhatikan dan diberikan suatu perhatian lebih dari
instansi di mana mereka bekerja. Berdasarkan hasil wawancara pada staf bagian
SDM dari salah satu instansi di kota Malang tersebut mengatakan bahwa
“permasalahan yang sering terjadi di sini adalah kelebihan beban kerja”.
Dikarenakan kelebihan beban kerja mempunyai hubungan dengan burnout, maka
penggalian data mengenai burnout pada karyawanpun tidak luput dari perhatian
peneliti. Akan tetapi setelah dilakukan penggalian data lebih dalam, staf
bagian SDM tersebut menyatakan bahwa “tanda-tanda job burnout pada karyawan
sangat jarang sekali dan bahkan tidak ditemukan” (05-November-2012).
Berdasarkan dari hasil penggalian data tersebut terlihat adanya ketidaksesuaian
antara fakta yang terjadi di lapangan (aplikatif) dengan kajian teori mengenai
dua aspek tersebut. Seperti yang telah dinyatakan bahwa kelebihan beban kerja
atau work overload itu sendiri merupakan salah satu prediktor yang paling
penting dari burnout (Nirel, et., all, 2008 : 538). Instansi-instansi yang
sering mengalami kelebihan beban kerja, akan sangat berdampak pada karyawannya.
Karyawan akan dituntut untuk bekerja melebihi dari batas normal seperti
biasanya mereka bekerja. Para karyawan harus pulang terlambat karena harus
menyelesaikan pekerjaan mereka. Dengan terjadinya kelebihan beban kerja,
karyawan akan merasakan 9 penurunan kondisi baik secara psikologis maupun fisik
mereka. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suciari (2006)
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan keluhan Low
Back Pain yang dialami pramu kamar.
Presentase yang mengalami keluhan
Low Back Pain dari pramu kamar dengan kategori beban kerja berat sekali
mencapai 100%, sedangkan beban kerja kategori berat mencapai 79% dan beban
kerja sedang 30% (Prihatini, 2007 : 26). Penelitian-penelitian lain sebelumnya
menjelaskan bahwa ada hubungan yang signifikan antara beban kerja dengan
kelelahan kerja perawat di Rumah Sakit Islam Yogyakarta PDHI (Haryono, Suryani
dan Wulandari, 2009 : 196). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Qorisa
(2010) juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara persepsi beban kerja dengan
burnout pada perawat RSD Dr. Haryoto Lumajang (Erlina, 2010 : 2). Berdasarkan
dari penelitian-penelitian di atas dapat kita ketahui memang benar adanya
hubungan antara beban kerja dengan burnout yang dialami oleh karyawan. Seperti
yang telah dijelaskan di atas bahwa kelebihan beban kerja secara teori dapat
menyebabkan job burnout pada karyawan. Akan tetapi, jika menyimak pernyataan
dari staf bagian SDM tersebut, kelebihan beban kerja dengan job burnout tidak
mempunyai hubungan yang signifikan. Dengan demikian, apa yang terjadi mengenai
dua hal tersebut tidak sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam teori.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan dan
menyusun laporan penelitian mengenai 10 permasalahan di dunia kerja yang berjudul
“Hubungan Antara Kelebihan Beban Kerja Dengan Job Burnout Pada Karyawan”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan pada uraian yang telah dikemukakan
di atas, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kelebihan beban kerja
pada karyawan?
2. Bagaimana tingkat job burnout pada
karyawan?
3. Bagaimana hubungan antara kelebihan beban
kerja dengan job burnout pada karyawan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tingkat kelebihan beban kerja
pada karyawan.
2. Mengetahui tingkat job burnout pada
karyawan.
3. Mengetahui hubungan antara kelebihan beban
kerja dengan job burnout pada karyawan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Manfaat secara teoritis a. Hasil
penelitian ini akan memantapkan dan mengembangkan teori antara kelebihan beban
kerja dengan job burnout dalam dunia kerja. b. Hasil penelitian ini dapat
menambah referensi mengenai hubungan antara kelebihan beban kerja dengan job
burnout.
2. Manfaat secara praktis a. Bagi
peneliti 1) Mengetahui perbandingan antara teori-teori yang diperoleh di bangku
perkuliahan dengan lingkungan kerja yang nyata. 2) Dapat menerapkan ilmu yang
diperoleh di bangku kuliah pada lingkungan kerja nyata. 3) Sebagai persyaratan
dalam memperoleh gelar sarjana strata satu bidang psikologi (S. Psi) b. Bagi
instansi yang bersangkutan 1) Mengetahui seberapa besar kelebihan beban kerja
dan juga job burnout pada karyawan. 2) Hasil dari penelitian ini hendaknya
dapat dijadikan suatu bahan masukan atau pertimbangan dalam rangka pemberian
perhatian tentang kinerja karyawan yang mengarah pada kemajuan instansi. 3)
Sebagai pedoman untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan tentang kinerja
karyawan. 12 4) Untuk membuat kebijakan-kebijakan tentang kinerja karyawan pada
periode selanjutnya.
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment