Abstract
INDONESIA:
Setiap orang pada dasarnya berusaha untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan sejati adalah ketika seseorang mengalami emosi positif terhadap masa lalu, pada masa kini dan terhadap masa depanya, memperoleh banyak gratifikasi dengan menggerakkan kekuatan pribadinya dan menggunakan kekuatan pribadinya tersebut untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar dan lebih penting demi memperoleh makna hidup. Kebahagiaan bisa dirasakan oleh calon tenaga kerja wanita yang akan bekerja di luar negeri. Calon tenaga kerja wanita yang akan bekerja di luar negeri mengalami kebahagian yang berasal dari berbagai faktor. Hal tersebut berkebalikan dengan kenyataan bahwa Tenaga kerja wanita yang bekerja di luar negeri jauh dari keluarga, dengan latar belakang budaya yang berbeda, pekerjaan yang sangat berat, dan dengan segala permasalahan yang mungkin saja bisa terjadi seperti masalah gaji, majikan yang kejam sampai permasalahan waktu istirahat yang sedikit sehingga tidak sempat makan atau makan tidak tepat waktu, akibatanya banyak tenaga kerja wanita yang ketika pulang ke Indonesia berbadan kurus. Meskipun begitu terdapat tenaga kerja wanita yang bisa bahagia dengan bisa merasakan emosi positif, mempunyai rasa optimistis terhadap masa depan dan rasa senang dalam melakukan pekerjaan.
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengajukan rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimanakah makna kebahagiaan sejati (authentic happiness) calon tenaga kerja wanita yang akan bekerja di luar negeri? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengenai makna kebahagiaan sejati (authentic happiness) calon tenaga kerja wanita yang akan bekerja di luar negeri.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif fenomenologis. Subjek penelitian adalah calon tenaga kerja wanita yang akan bekerja di luar negeri, berjumlah 4 orang dengan usia sekitar 24-40 tahun. Lokasi peneltian di PT. Tritama Bina Karya. Metode pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif interpretatif, aktifitas dalam analisis data meliputi reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Uji keabsahan data yang digunakan meliputi triangulasi teknik, perpanjangan pengamatan dan diskusi dengan teman sejawat dan dosen pembimbing.
Dari penelitian yang dilakukan ditemukan bahwa subjek sebagai calon tenaga kerja wanita yang akan bekerja di luar negeri mengalami kebahagian. Kebahagian yang dialami subjek berasal dari faktor uang, pernikahan, kebutuhan sosial, emosi positif, agama, kesehatan, bisa merasakan kebahagiaan pada masa sekarang, optimis terhadap masa depan dan puas terhadap masa lalunya. Makna kebahagiaan sejati menurut subjek adalah ketika bisa membahagiakan keluarganya, bisa membantu orang lain, bersosialisasi dengan orang lain, merawat dan membesarkan anak dan keluarga mereka utuh.
ENGLISH:
One any one basically tries to reach happiness in life them. Authentic happiness is while someone experience positive emotion to past, on today and to future term, get a lot of gratification by moves its person force wield its person force that to get greater and more something important after get life meaning. Happiness can be felt by woman labor candidate that will work beyond country. Women laboring candidate which will work beyond country experiences happiness that indigenous various factor. That thing gets opposite with that fact Working woman labor beyond country not nearly family, with cultural background that variably, work that really heavy, and with all about problem which may just can most become like wages problem, cruel employer until about problem intermission which little bit so no time eating or mistiming eating, so there are many woman labor that while goes home to Indonesian skinny. Nonetheless exist woman labor one that can be happy by is able to experience positive emotion, having optimistic taste to future and pleasing taste in does work.
Base background upon therefore researcher propose observational problem formula this which is how authentic happiness meaning women laboring candidate which will work beyond country? To the effect of observational it is subject to be known to hit meaning authentic happiness women laboring candidate which will work beyond country.
This research utilize qualitative Phenomenology approaching. Subject in this research is prospective laboring woman which will work beyond country, total 4 person with surrounding age 24-40 years old. Research Location at PT. Tritama Bina Karya. Data collecting method by use of tech interview, observation and documentation. Analysis tech data that is utilized is analysis qualitative interpretative data, activity in analysis data covers data reduction, data display and conclusion pulls. Data authenticities quiz that utilizing to cover tech triangulation, observing prolongation and discussion with comate colleague and counselor lecturer.
Research that does to be found that subject as prospective as woman labor that will work beyond country experiences happiness. Happiness who experienced by indigenous subject, money factor, nuptials, social need, positive emotion, religion, health, be able to experience happiness on present term, optimism to future and pleases to its past. Authentic happiness meaning terminological subject is while can make happy her family can help others, get socialization with other people, nurse and raises their child and her family whole.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Setiap orang pada dasarnya
berusaha untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Kebahagiaan merupakan
sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Seligman (2004), menyatakan bahwa
biasanya orang akan menunjukkan tingkah laku yang baik jika merasa bahagia.
Perilaku yang baik berkaitan dengan kondisi psikis yang sehat yang kemudian
juga akan berimplikasi kepada kehidupan yang berkualitas pada diri seseorang
(Rahmawati, 2012) Berbagai penelitian mengenai kebahagiaan mengkaitkan
kebahagiaan sebagai bagian dari kesejahteraan subjektif, disamping variabel
kepuasan hidup dan rendahnya suasana hati negatif atau rendahnya neurotisisme
(Wirawan, 2012). Kebahagiaan juga dikaitkan dengan kondisi emosional dan
bagaimana individu merasakan dunianya (lingkungannya) dan dirinya sendiri.
Kebahagiaan bukanlah tujuan, tetapi merupakan konsekuensi yang mungkin terjadi
dari keterlibatan sepenuhnya dalam kehidupan.
Kondisi kebahagiaan itu
sendiri bukanlah merupakan kekuatan yang memotivasi tetapi merupakan dampak
dari termotivasinya aktifitas seseorang (Dewantara, 2012) Kebahagiaan yang
sesunguhnya merupakan suatu hasil penilaian terhadap diri dan hidup, yang
memuat emosi positif, seperti kenyamanan, dan kegembiraan 2 yang meluap-luap.
Maupun aktifitas positif yang tidak memenuhi komponen emosi apapun, seperti
keterlibatan (Seligman, 2005) Kebahagiaan didefinisikan sebagai kondisi
psikologis yang positif, yang ditandai oleh tingginya kepuasan terhadap masa
lalu, tingginya tingkat emosi positif, dan rendahnya tingkat emosi negative .
Kebahagiaan yang ingin dicapai oleh seseorang bukanlah kebahagiaan yang bersifat
sementara atau berupa kenikmatan saja. Kebahagiaan yang sejati (authentic)
adalah kebahagiaan yang menjadi tujuan seseorang. Menurut Seligman (2005),
kebahagiaan sejati (authentic) meliputi gagasan bahwa kehidupan seseorang sudah
autentik, dimana istilah autentisitas menggambarkan tindakan memperoleh
gratifikasi dengan jalan mengerahkan salah satu kekuatan-khas seseorang
(Dewantara, 2012 ) Kebahagiaan sejati (authenthic happiness) dapat dicapai
ketika individu mengalami emosi positif terhadap masa lalu, pada masa kini, dan
terhadap masa depannya, memperoleh banyak gratifikasi dengan menggerakkan
kekuatan pribadinya dan menggunakan kekuatan pribadinya tersebut untuk
mendapatkan sesuatu yang lebih besar dan lebih penting demi memproleh makna
hidup (Seligman, 2005).
Kebahagiaan datang melalui banyak jalan. Dengan memegang pandangan
ini dapat dipahami bahwa menjaga tugas hidup untuk mengatur kekuatan dan
kebajikan pribadi dalam wilayah-wilayah utama kehidupan seperti pekerjaan,
cinta, pengasuhan anak, dan pencarian tujuan hidup, dapat mendatangkan
kebahagiaan. Orang yang bahagia tidak harus mengalami semua atau sebagian besar
emosi positif dan gratifikasi. Sehingga kehidupan yang bermakna 3 merupakan
satu komponen dari kehidupan yang baik mengaitkan kekuatan pribadi yang
dimiliki kepada sesuatu yang lebih besar daripada diri manusia itu sendiri
(Seligman, 2005). Cara untuk mencapai kebahagiaan berbeda-beda antara individu
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu Seligman membagi emosi positif
menjadi tiga macam : emosi positif yang ditujukan pada masa lalu, masa depan
dan masa sekarang. Dimana puas, bangga, dan tenang adalah emosi yang
berorientasi pada masa lalu. Dan optimisme, harapan, kepercayaan, keyakinan,
dan kepercayaan diri adalah emosi yang berorientasi pada masa depan. Emosi
positif pada masa sekarang adalah kenikmatan dan gratifikasi.
Kenikmatan terdiri dari
kenikmatan lahiriah dan batiniyah. Gratifikasi bukan merupakan perasaan
melainkan kegiatan yang senang dilakukan (Seligman, 2005) Gratifikasi merupakan
rute menuju kehidupan yang lebih baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
kehidupan yang baik adalah dengan menggunakan kekuatan personal yang dimiliki
untuk memperoleh gratifikasi semaksimal mungkin pada wilayah-wilayah utama
kehidupan (Dewantara, 2012) Salah satu wilayah-wilayah utama kehidupan adalah
kehidupan berkeluarga. Dalam kehidupan berkeluarga, saat ini banyak wanita yang
menjadi tulang punggung keluarga. Tidak hanya suami yang bekerja, akan tetapi
istri juga mempunyai peran yang sama dalam hal mencari ekonomi/penghasilan.
Wanita mempunyai kedudukan yang sama dengan laki-laki. Pada awal abad ke-20
terdapat isu tentang kreasi wanita yang beranggapan bahwa wanita setara dengan
laki-laki (Muadzar, 2007). Hal tersebut menyebab wanita tidak hanya dirumah 4
dan menjadi ibu rumah tangga akan tetapi juga bekerja dan melakukan pekerjaan
seperti halnya laki-laki. Wanita yang bekerja disebut dengan tenaga kerja
wanita. Soedijoprapto (1982:73 dalam Murialti, 2011), menyatakan bahwa tenaga
kerja wanita adalah tiap-tiap wanita yang melakukan pekerjaan di dalam maupun
di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang, untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini yang dimaksudkan bukan hanya buruh wanita,
karyawati atau pegawai wanita yang merupakan tenaga kerja, tetapi juga
diperuntukan bagi wanita yang bekerja mandiri. Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
adalah sebutan bagi warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri (seperti
Malaysia, Timur Tengah, Taiwan, Australia dan Amerika Serikat) dalam hubungan
kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Namun demikian, istilah
TKI seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar. TKI perempuan seringkali
disebut Tenaga Kerja Wanita (TKW). (Wikipedia, 2013) Saat ini, banyak wanita
yang memilih menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri. Menjadi tenaga kerja
wanita di luar negeri merupakan keputusan yang menurut sebagian orang menjadi
solusi untuk mengatasi kemiskinan. Mereka berharap mendapatkan penghasilan
lebih di negeri tetangga, ditambah pengalaman tenaga kerja wanita yang lain
yang sukses sebagai PRT (pembantu rumah tangga).
Banyak tenaga kerja wanita yang menuai sukses, menjadi semakin
terangkat nasibnya setelah bekerja di luar negeri. Mereka bisa membiayai
kehidupan keluarganya yang lain, dengan kata lain menjadi tulang punggung
keluarga. 5 Tetapi, ada pula kisah menyedihkan di antara para TKW dimana bukan
kebahagiaan yang mereka dapatkan, tetapi derita yang mereka dapatkan. Seperti
kutipan dalam berita media elektronik berikut ini. “Erwiana bercerita jika
selama 8 bulan bekerja sering dipukul dengan hanger, gagang vacum cleaner dan
benda apa saja yang berada di dekat majikan, serta tidak mendapat makan layak
dan istirahat kurang. Bahkan saat pulang ke Indonesia, untuk berjalan pun harus
dipapah dan bahkan memakai pampers. Majikan Erwiana sering mengancam akan
membunuh keluarganya di Indonesia jika ia bernai melapor” (Buruh Migran.com, 13
Januari 2014) Wacana tentang tenaga kerja wanita Indonesia yang bekerja di luar
negeri adalah masalah aktual yang seakan tak pernah berhenti dibahas. Sepanjang
tahun. Pemerintah Indonesia selalu dipusingkan dengan permasalahan tenaga kerja
wanita. Meskipun banyak cerita mengenai permasalahan yang mendera tenaga kerja
wanita Indonesia, masih banyak orang berminat untuk menjadi tenaga kerja
wanita. Faktor gaji yang lebih besar dan tidak adanya lowongan pekerjaan
menjadi penyebab utama. Seperti yang diungkapkan oleh subjek I dalam wawancara.
“Gini mbak, kalau saya kerja di Indonesia misalnya di Surabaya itu biasanya ya kerjanya
di toko, kalau nggak begitu pembantu rumah tangga juga ada, tapi kalau di toko
pertama gajinya sangat sedikit, tidak sampek 2 juta, kalau sebagai pembantu
rumah tangga biasanya gajinya dibagi dengan pembantu yang lain, karena biasanya
kalau pembantunya dua, gajinya dibagi.
Kalau saya kerja di luar, misalnya di Taiwan itu gajinya besar
sekali. Bisa 6 sampai 7 juta, belum lagi kalau misalnya waktu libur, tapi tetap
kerja itu saya tetap dapat gaji,gaji lembur namanya” (Wawancara, 10 September
2013) Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada subjek di atas diketahui bahwa
subjek III menjadi tenaga kerja wanita dikarenakan ingin mendapatkan gaji 6
yang lebih besar. Begitu pula dengan subjek III, alasan subjek menjadi tenaga
kerja wanita di luar negeri adalah karena faktor gaji yang lebih besar, dengan
gaji yang lebih besar maka dia dapat membiayai anaknya yang sedang sekolah.
Subjek III merasa senang jika dapat mengirim uang kepada keluarganya. “Saya
sangat senang sekali mbak dapat ngirim uang kerumah tiap bulan. Setidaknya
meskipun saya disana nantinya susah, tapi keluarga saya bisa makan, anak saya
bisa sekolah” (wawancara, 6 September 2013) Subjek mencapai kebahagiaan dengan
mengalami emosi positif yaitu emosi yang beorientasi pada masa sekarang. Emosi
positif tersebut berupa rasa senang dan optimis dengan masa depannya. Rasa
senang atau gembira merupakan kenikamatan yang lebih tinggi melebihi kenikmatan
inderawi. Seperti yang diungkapkan oleh subjek I “Pastinya optimis, kalau nggak
optimis kitakan nggak punya semangat gitu lo, kita harus positif thinking, oh
kita harus dapatkan ini, aku harus bisa dapatkan itu, agar aku itu mempunyai
semangat. Kalau kita dari awal mulai kerja sudah ragu, kitapun disana juga
pasti akan ragu, kerja kitapun juga kerja yang ragu-ragu, kalau bisa dari kita
masuk PT, kita itu sudah mempunyai prinsip, oh aku harus gini, aku harus bisa
dan optimis jika majikan kita itu baik, dapat gaji yang banyak, aku bisa finish
kontrak, kan begitu” (wawancara, 24 Oktober 2013) Tenaga kerja wanita yang
bekerja di luar negeri jauh dari keluarga, dengan latar belakang budaya yang
berbeda, pekerjaan yang sangat berat, dan dengan segala permasalahan yang
mungkin saja bisa terjadi seperti masalah gaji, majikan yang kejam sampai
permasalahan waktu istirahat yang sedikit sehingga tidak sempat makan atau
makan tidak tepat waktu, akibatanya banyak tenaga kerja wanita yang ketika
pulang ke Indonesia berbadan kurus. Meskipun begitu terdapat 7 tenaga kerja
wanita (TKW) yang bisa bahagia dengan bisa merasakan emosi positif. Oleh karena
itu peneliti mengangkat tema tentang makna kebahagiaan sejati (authentic
happiness) yang dialami oleh tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri.
Pemaknaan kebahagiaan sejati yang dilakukan oleh calon tenaga kerja wanita akan
berbeda-beda. Mereka memaknai kebahagiaan yang sejati sesuai dengan pengalaman
yang mereka peroleh selama hidupnya dan faktor-faktor lainnya. Faktor yang
mempengaruhi pemaknaan kebahagiaan yang sejati adalah faktor lingkungan dan
faktor yang berada di bawah pengendalian diri. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi pemaknaan kebahagiaan sejati adalah faktor uang, pernikahan,
kehidupan sosial, emosi positif, usia, agama, kesehatan, pendidikan, iklim, ras
dan gender. Sedangkan faktor yang berada di bawah pengendalian diri adalah
faktor kepuasan terhadap masa lalu, optimistis terhadap masa depan dan
kebahagiaan pada masa sekarang. Menjadi tenaga kerja wanita di luar negeri
bukan pekerjaan yang mudah. Banyak yang sukses, dan banyak juga yang gagal.
Tenaga kerja wanita yang gagal biasanya dikarenakan mereka
menghadapi permasalahan di tempat kerja. Permasalahan-permasalahan yang
dihadapi tenaga kerja wanita sudah banyak terjadi. Calon tenaga kerja wanita
yang akan berangkat ke luar negeri belum mengetahui keadaan yang akan mereka
hadapi di sana. Banyak TKW yang menyimpan harapan yang besar sukses di tempat
kerja akhirnya terkena masalah dan gagal. Permasalahan tersebut seperti terjadi
diskriminasi dari majikan, penyiksaan dan penganiayaan, pemerkosaan, penahanan
dokumen yang dilakukan oleh majikan, pendeportasian, hingga banyak yang
berujung kematian. 8 Permasalahan tersebut lazim terjadi pada TKW di luar
negeri. Seperti kutipan dalam berita media elektronik berikut ini. “Tursini
dipukuli, dicacimaki, diintimidasi, dieksploitasi, serta dipekerjakan hampir 24
jam tanpa istirahat dan tanpa diberi hak libur selama 18 bulan oleh majikannya
pada saat bekerja di Singapura. Saat dipulangkan Ia masih dalam kondisi depresi
atas perlakuan majikannya” (Buruh migrant.com, 22 September 2013) Meskipun
begitu masih banyak wanita Indonesia yang ingin menjadi tenaga kerja wanita dan
masih banyak pula tenaga kerja wanita yang tidak khawatir mengenai ancaman
masalah yang bisa menderanya. Mereka bersemangat dan optimis memandang masa
depan mereka, dimana optimis dan bersemangat merupakan emosi positif. Dengan
bisa merasakan emosi positif, seseorang bisa mencapai kebahagiaan yang sejati.
Subjek penelitian sebagai calon tenaga kerja wanita yang akan bekerja di luar
negeri sebelumnya pernah bekerja di luar negeri yaitu di Singapura dan
Hongkong. Mereka mempunyai pengalaman yang berbeda-beda yang kemudian akan
mempengaruhi pemaknaan kebahagiaan menurut subjek. Sebagaimana yang diungkapkan
oleh Seligman (2005) bahwa kebahagiaan sejati adalah ketika seseorang mengalami
emosi positif pada masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang serta
memperoleh gratifikasi dari hal-hal yang dilakukan.
Subjek mempunyai emosi positif pada masa lalunya yang mempunyai
pengalaman ketika bekerja di luar negeri. Subjek I pernah bekerja di Singapura.
Subjek I menjelaskan bahwa ketika bekerja di Singapura jumlah majikannya banyak
sekali, ia merasa senang pada saat itu dikarenakan semua majikannya baik pada
subjek I. Akan tetapi ia merasa berat ketika bekerja dikarenakan harus bekerja
sendiri, karena 9 pada saat itu pembantu rumah tangganya hanya dia saja.
Seperti yang diungkapkan oleh subjek I dalam wawancara. “Kalau ditempat saya
dulu itu di Singapura, benar rumahnya itu besar, satu rumah itu tiga lantai,
disana itu ada tujuh orang. Tujuh orang itu sekalian saya, jadi majikan saya
itu ada enam, semuanya baik kepada saya, semua itu, kalau saya yang menilai itu
menurut saya tergantung kepada kita, kalau kita bisa meraih hati majikan,
majikan itu pasti baik kepada kita. tapi yang paling berat ya kerjanya. Waktu
itu saya sendiri, nggak ada pembantu lain, saya membersihkan rumah 3 lantai,
dan melayani majikan yang jumlahnya banyak.” (Wawancara, 24 Desember 2013)
Subjek I juga merasakan emosi positif pada masa lalunya berupa rasa bangga. Ia
merasa bangga karena bisa bekerja dan bisa membantu ibu dan adiknya.
Satu-satunya hal yang ia sesali adalah tidak bisa membalas budi ayahnya.
Ayahnya meninggal ketika ia sedang bekerja di Singapura. Calon tenaga kerja
wanita yang akan bekerja di luar negeri juga mengalami emosi positif pada masa
sekarang. Subjek II merasakan emosi positif pada masa sekarang berupa rasa
senang. Rasa senang yang dialami oleh subjek berasal saat bersosialisasi dengan
teman-temannya ketika berada di penampungan dan bisa belajar hal-hal baru yang
diperoleh ketika belajar di kelas, ia juga senang ketika bisa mengikuti
peraturan yang ada di penampungan sehingga ia bisa belajar dengan fokus. Emosi
positif pada masa yang akan datang juga dimiliki oleh semua subjek. Subjek mempunyai
harapan untuk masa depannya dan optimis bahwa harapannya bisa terwujud. Subjek
IV berharap bisa mempunyai pekerjaan tetap di rumah sehingga bisa bekerja
sambil merawat dan membesarkan anaknya. Oleh karena itu ia berusaha mewujudkan
harapannya dengan bekerja di luar negeri dan berdoa 10 kepada Tuhan agar
keinginannya dapat terwujud. Seperti yang diungkapkan subjek IV dalam
wawancara. “Yaaa kan kalau suami kerja, saya di rumah kan gimana gitu, jauuh.
Jadi sekalian kerja sama kerja, nanti pulang di rumah barengkan, biar punya
modal.
Terus bisa punya usaha terus habis itukan bisa merawat anak.. yang
penting usaha dulu cari modal dengan kerja di luar. Dan selalu berdoa kepada
Allah, kan kita berusaha tapi kalau tuhan nggak meridhoi kan ya nggak bisa berhasil”
(Wawancara, 1 Januari 2014) Subjek dalam penelitian ini merupakan calon tenaga
kerja wanita yang tinggal di penampungan. Alasan dipilihnya subjek yang berada
dalam penampungan adalah dikarenakan mereka melalui proses pra pemberangkatan
dan penempatan tenaga kerja wanita sesuai prosedur dan mekanisme yang telah
digariskan oleh Undang-Undang Ketenagakerjaan, yaitu antara lain : Pengurusan
surat ijin pengerahan, perekrutan dan seleksi, pendidikan dan pelatihan kerja,
pemeriksaan kesehatan, pengurusan dokumen, uji Kompetensi, pembekalan akhir
pemberangkatan, dan pemberangkatan. Calon tenaga kerja wanita yang melalui
proses tersebut diharapkan mereka mempunyai bekal yang cukup untuk bekerja di
luar negeri, sehingga mereka bisa mencapai harapan yang mereka inginkan.
(Peraturan Menteri no. 18 th 2007). Calon tenaga kerja wanita yang melalui
proses yang telah ditentukan seperti yang telah di jelaskan di atas, ketika
bekerja di luar negeri mempunyai penanggung jawab yang akan membantu dan
mengurus mereka ketika mereka mempunyai masalah atau kesulitan. Calon tenaga
kerja wanita yang akan bekerja di luar negeri bisa mendaftar ke lembaga
penyalur tenaga kerja yang resmi atau Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia
(PJTKI) yang resmi. PJTKI akan 11 mengurus segala sesuatu yang diperlukan calon
tenaga kerja wanita sebelum mereka berangkat keluar negeri. Ketika tenaga kerja
wanita yang bekerja di luar negeri mendapatkan masalah, maka pihak PJTKI akan
membantu mereka menyelesaikan masalah mereka. Terdapat beberapa prosedur yang
harus dilakukan oleh calon tenaga kerja wanita yang akan bekerja di luar
negeri. Salah satunya adalah harus mengikuti pelatihan selama kurang lebih dua
bulan. Dalam masa pelatihan tersebut subjek akan diajari hal-hal yang harus
dilakukan ketika bekerja sebagai tenaga kerja wanita di luar negeri seperti
belajar bahasa, memasak, tata graha, cara merawat lansia, anak kecil dan
lain-lain. Selama masa pelatihan sampai akan berangkat ke Negara tujuan, calon
tenaga kerja wanita harus tinggal di penampungan. Subjek II pernah bekerja di
luar negeri yaitu di Singapura. Saat ini subjek II mendaftar dengan Negara
tujuan Taiwan. Subjek belum pernah bekerja di Taiwan. Oleh karena itu selama
masa pelatihan subjek tinggal di penampungan yaitu di PT. Tritama Bina Karya.
Selama di penampungan subjek
belajar hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang akan dilakukannya ketika
berada di Taiwan. Subjek II belajar bahasa mandarin, belajar masakan ala
Taiwan, belajar budaya di Taiwan dan belajar cara merawat orang tua dan anak
kecil. Selama di penampungan subjek juga mencari tahu informasi dan
pengalaman-pengalaman dari calon tenaga kerja wanita lain yang pernah bekerja
di Taiwan. Subjek II dan III pernah bekerja di Singapura dan Hongkong. Saat ini
mreka juga mendaftar dengan Negara tujuan Singapura dan Hongkong. Meskipun
mereka pernah bekerja di sana, akan tetapi mereka tetap harus mengikuti masa 12
pelatihan yang telah ditetapkan. Hal tersebut untuk memastikan bahwa subjek
benar-benar mempunyai kemampuan sehingga ketika berada di luar negeri tidak
mengalami kesulitan. Penelitian mengenai kebahagiaan sejati telah dilakukan
oleh beberapa orang diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Ari Rahmawati,
Ika Herani dan Lusy Asa Akhrani mengenai makna kebahagiaan pada jamaah maiyah,
komunitas bangbangwetan Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna
kebahagiaan adalah bersyukur. Perasaan syukur ini muncul sebagai reaksi proses
pendewasaan pada diri, tentang bagaimana mereka menyikapi hidup dengan
nilainilai yang dianut. Konsep kebersamaan mendorong munculnya kekuatan-khas
dan kebajikan personal dalam bentuk kearifan dan pengetahuan, keberanian,
kemanusiaan dan cinta, keadilan, kesederhanaan, serta transendensi (Rahmawati,
2012) Penelitian lain dilakukan oleh Henny E. Wirawan pada tahun 2010 mengenai
Kebahagiaan menurut dewasa muda. Hasil penelitian Laki-laki lebih memaknai
kebahagian sebagai hal yang dapat memuaskan kebutuhannya serta ketika mereka
dapat mencapai hal-hal yang diinginkan. Laki-laki tidak memaknai kebahagiaan sebagai
sebagai hal yang bersifat sosial. Akan tetapi lebih fokus pada dirinya dan
kepuasan akan pencapaian dirinya. Makna kebahagian pada perempuan sama dengan
makna kebahagiaan pada laki-laki, akan tetapi dalam hal pemaknaan kebahagian,
perempuan lebih dapat memaknainya dari sisi spiritual dibandingkan dengan
laki-laki. Hal tersebut dikarenakan perempuan lebih mengutamakan aspek
emosional, sedangkan laki-laki mengedepankan aspek rasional (Wirawan, 2010) 13
Penelitian yang dilakukan oleh Ahmed M Abdel-khalek dengan judul “Happiness,
health, and religiosity: Significant relations” mempunyai hasil bahwa Laki-laki
mempunyai nilai signifikansi yang tinggi pada skor self-rating scales dari pada
perempuan pada variabel kebahagian dan kesehatan mental.
Perempuan mempunyai skor
yang signifikan pada variabel religiusitas. Inter korelasi antara 4 indikator
self-rating scales signifikan dan positif. Orang yang religius akan merasakan
kebahagian (Abdel-khalek, 2006) Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Mojtaba
Aghili dan G. Venkatesh Kumar dengan judul “Relationship between Religious
Attitude and Happiness among Professional Employees” Penemuan utama dari
penelitian ini adalah semua subscales dari kebahagian dan jumlah sikap religius
ditemukan sangat tinggi. Semakin tinggi sikap religius, semakin tinggi
kebahagiaan (Aghili, 2008) Berdasarkan uraian latar belakang yang berdasarkan
fakta dan teori di atas, peneliti melihat ada masalah yang perlu diteliti.
Permasalahan yang ingin diteliti adalah adanya kesenjangan antara kenyataan di
lapangan berupa adanya permasalahan-permasalahan yang sering muncul dan dialami
oleh tenaga kerja wanita yang bekerja di luar negeri dengan emosi positif
berupa semangat dan optimisme yang dimiliki oleh calon tenaga kerja wanita yang
akan bekerja di luar negeri. Oleh karena itu peneliti bermaksud untuk melakukan
penelitian mengenai makna kebahagiaan sejati (authentic happiness) calon tenaga
kerja wanita yang akan bekerja di luar negeri. Penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang sebelumnya. Perbedaannya adalah peneliti berusaha mengungkap
makna fenomena kebahagiaan sejati yang dialami oleh calon tenaga kerja wanita
yang akan bekerja 14 di luar negeri. Karena seperti yang telah dijelaskan di
atas, subjek yang diteliti mengalami sebagian indikator dari kebahagiaan sejati
yang dikemukakan oleh Seligman, mereka tahu resiko dan masalah yang akan muncul
ketika bekerja di luar negeri, akan tetapi mereka tetap optimis dan yakin
terhadap masa depannya. Penelitian ini penting dilakukan karena penelitian ini
mencari tahu bagaimana makna kebahagiaan yang sejati menurut calon tenaga kerja
wanita yang akan bekerja di luar negeri. Mereka bekerja di luar negeri dengan
membawa semangat dan optimisme yang tinggi dikarenakan mereka mempunyai tujuan
yang ingin dicapai yaitu kebahagiaan yang menurut mereka kebahagiaan yang
sejati.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimanakah makna kebahagiaan sejati
(authentic happiness) calon tenaga kerja wanita yang akan bekerja di luar
negeri?
C.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah
yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
mendiskripsikan mengenai makna kebahagiaan sejati (authentic happiness) calon
tenaga kerja wanita yang akan bekerja di luar negeri.
D. Manfaat Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan manfaat untuk semua pihak yang bersangkutan, baik
manfaat secara praktis maupun secara teoritis : 15 1. Bidang keilmuan, manfaat secara
teoritis dari penelitian ini, yaitu bagi jurusan psikologi, hasil penelitian
ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan referensi bagi studi atau kajian
psikologis yaitu dalam bidang psikologi positif.
2. Bidang
praktis, bagi pembaca dapat memberikan informasi secara tertulis maupun sebagai
referensi mengenai makna kebahagiaan sejati (authentic happiness). Dengan
adanya informasi ini dapat digunakan untuk mengembangkan diri agar mampu
mengalami dan merasakan emosi positif sehingga bisa hidup bahagia. Bagi lembaga
tempat penelitian diharapkan mampu menjadi referensi untuk melakukan pembinaan
terhadap calon tenaga kerja wanita yang akan bekerja di luar negeri.
E. Fokus
Penelitian Fokus
penelitian ini adalah membahas tentang makna kebahagiaan sejati (authentic
happiness) calon tenaga kerja wanita yang akan bekerja di luar negeri.
Kebahagiaan sejati (authentic happiness) yang dialami calon tenaga kerja wanita
yaitu ketika calon tenaga kerja wanita bisa merasakan dan mengalami aspek
kebahagiaan sejati yang menetap dan merupakan hasil kontribusi dari lingkungan
(circumstances) dan faktor-faktor yang berada di bawah pengendalian sadar
seseorang (voluntary control) sesuai dengan teori Seligman mengenai rumus
kebahagiaan sejati (authentic happiness). Tenaga kerja wanita yang diteliti
adalah calon tenaga kerja wanita yang berada dalam masa penampungan (asrama)
yaitu di PT. Tritama Bina Karya Malang.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Makna kebahagiaan sejati (authentic happiness) calon tenaga kerja wanita yang akan bekerja di luar negeri" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment