Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan antara kecerdasan spiritual dengan strategi coping stres belajar pada mahasantri Sunan Ampel Al-Aly UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
Abstract
INDONESIA:
Pendidikan di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang terdapat sebuah sistem yang mewajibkan mahasiswa mahasiswi wajib tinggal di lingkungan pondok selama satu tahun. Dengan tingkat kesulitan pendidikan yang semakin tinggi ditambah pendidikan pondok dan juga wajib bahasa arab maka setiap mahasiswa perlu sebuah strategi dalam belajar dan juga penyesuaian lingkungan yang efektif. Rumusan masalah penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual, strategi coping dan hubungan antara kecerdasan spiritual dan strategi coping mahasantri Ibnu Sina Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual, strategi coping dan hubungan antara kecerdasan spiritual dan strategi coping mahasantri Ibnu Sina Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional, metode yang digunakan adalah metode kecerdasan spiritual dan strategi coping stress. Subjek penelitian ini adalah mahasantri Ibnu Sina UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan jumlah subjek 55 santri dengan teknik cluster random sampling, Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi sederhana.
Hasil analisis penelitian ini menunjukan bahwa kecerdasan spiritual mahasantri mabna ibnu sina Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang sedang sebanyak 60% demikian juga tingkat strategi coping memiliki tingkat sedang yaitu sebanyak 90% , sedang pengaruh kecerdasan spiritual dengan strategi coping stress didapat nilai Fhit sebesar 6,639 dan nilai p=0,000 pada taraf signifikasi 5% . Hal ini berarti Nilai R squere yang diperoleh adalah 0,107. Skor ini berarti secara bersamaan kecerdasan spiritual hanya memberikan kontribusi sebesar 10,7% dengan demikian masih ada 89,3% faktor yang lain yang mempengaruhi strategi coping. Maka hal ini menunjukkan bahwa semakin matang kecerdasan spiritual yang dimiliki seseorang maka semakin matang pula strategi coping nya terhadap penyelesaian masalah.
ENGLISH:
There is a system that requires students must live in the cottage for one year that learn at the State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. With the difficulty level of higher education plus cottage education and also the Arabic language compulsory, each student needs to be a strategy in learning and adjustment in effective environment. The research problems are to determine the level of spiritual intelligence, coping strategies and the relationship between spiritual intelligence and coping strategies of mahasantri Ibn Sina of State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang.
The purposes of this study were to determine the level of spiritual intelligence, coping strategies and the relationship between spiritual intelligence and coping strategies of mahasantri Ibn Sina of State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. This research was a quantitative correlation, the method used spiritual intelligence and stress coping strategies. The subjects were mahasantri Ibn Sina UIN Maulana Malik Ibrahim Malang with the number of subjects 55 students with cluster random sampling techniques, data analysis used simple regression analysis.
Results of analysis of this study showed that the spiritual intelligence of mahasantri mabna Ibn Sina of State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang who had a level of spiritual intelligence that were as much as 60% as well as the level of coping strategies had moderate as many as 90%, while the influence of spiritual intelligence by stress coping strategies obtained Fhit value of
6.639 and p = 0.000 at significance level of 5%. This meant that the value of R squere obtained was 0.107. This score meant simultaneously spiritual intelligence only contributed 10.7% to 89.3% thus there were still other factors that influence coping strategies. Then this indicated that the more of spiritual intelligence of a person o sthe more of coping strategies toward problem resolution.
6.639 and p = 0.000 at significance level of 5%. This meant that the value of R squere obtained was 0.107. This score meant simultaneously spiritual intelligence only contributed 10.7% to 89.3% thus there were still other factors that influence coping strategies. Then this indicated that the more of spiritual intelligence of a person o sthe more of coping strategies toward problem resolution.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat
dewasa ini mampu mengantarkan manusia pada peradaban modern. Idealnya manusia
moderen adalah manusia yang mampu berpikir rasional dan mampu memanfaatkan
kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai untuk
meningkatkan kualitas hidupnya. Manusia moderen seharusnya mampu memadukan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan
dengan baik dan seimbang, sehingga menjadikan hidupnya lebih bijak dan arif.
Namun pada keanyataannya sekarang tidaklah seperti itu, justru kualitas
kemanusiaannya lebih rendah dibandingkan dengan teknologi dan kemajuan berpikir
yang telah dicapainya. Ketidak mampuan manusia modern untuk menyeimbangkan dan
memadukan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi dengan nilai-nilai
kemanusiaannya ini, dapat menimbulkan keterpecahan kepribadian (split
personality) dan konflik ketegangan pikiran dan emosional (stress) dalam jiwa
seseorang. Stress adalah gejala gangguan kesehatan jiwa yang sangat unik
merupakan bagian persoalan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia,
karena pada dasarnya setiap orang dari berbagai lapisan masyarakat memiliki
potensi yang sama untuk dapat mengalami stres. Stres yang menimpa seseorang
tidak sama antara satu orang dengan yang lainnya, walaupun faktor penyebabnya
boleh jadi sama. Stres dalam dunia pendidikan misalanya mahasiswa tidak mampu
menyesuaikan diri 2 terhadap tugas dan juga lingkungan yang baru. Stres dapat terjadi
jika orang tidak dapat mengatasi problem yang disebabkan karena tekanan yang
mereka alami. Mereka tidak dapat mengambil tindakan fight or flight ( dihadapi
atau ditinggalkan ) untuk mengurangi tekanan tersebut, ( Doeglas dalam clarcq
dan Smet, 2005, hal 130). Menurut Muhibbin Syah, fenomena kesulitan belajar
pada siswa atau santri biasanya nampak jelas dari menurunnya kinerja akademik
atau prestasi belajarnya. Kesulitan belajar ini dapat dibuktikan dengan
munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan
berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk
kelas, dan sering bolos sekolah, (Muhibbin Syah, 2007, hal. 173) Tujuan
pendidikan yang sarat dengan nilai-nilai fundamental, seperti nilai nilai
sosial, nilai ilmiah, nilai moral, dan nilai agama, dapat dicapai dengan baik
apabila siswa atau mahasisiwa sebagai obyek utama pendidikan mampu menunjukkan
kinerja akademik (academic performance) yang baik dan memuaskan. Kinerja
akademik yang memuaskan ini dapat ditunjukkan oleh siswa ketika mampu
memberikan hasil yang memuaskan dalam setiap evaluasi pendidikan yang dilakukan
di setiap sekolah. Karena menurut Ralph Tayler, evaluasi merupakan sebuah
proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan
bagianmana tujuan pendidikan telah tercapai. (Arikunto, 2003, hal. 3) Namun,
berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa setiap siswa
memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar
belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar. Beberapa faktor tersebut
dapat menjadi faktorfaktor penghambat tercapainya kinerja akademik yang tidak
sesuai dengan harapan. 3 Perbedaan pada berbagai faktor tersebut dapat
menimbulkan kesulitan dalam belajar yang secara umum dapat terjadi pada setiap
siswa yang ditandai dengan menurunnya hasil belajar secara akademik. Karena
kesulitan belajar ini, siswa tidak mampu untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki sehingga siswa mengalami hambatanhambatan dalam mencapai keberhasilannya.
Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, (Mulyono, 2003, hal. 13),
menyebutkan faktor lain yang dapat menimbulkan kesulitan belajar pada siswa
atau mahasiswa seperti strategi pembelajaran yang keliru, pengelolaan kegiatan
belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak dan pemberian ulangan
penguatan (reinforcement) yang tidak tepat. Berdasarkan berbagai faktor yang
ada tersebut, dapat diketahui pula bahwa kesulitan belajar tidak hanya timbul
karena faktor yang ada dalam diri siswa atau mahasiswa tetapi juga timbul
karena faktor luar yaitu lingkungan. Internal diri yang memiliki kemampuan dan
kepekaan dalam melihat makna yang ada dibalik kenyataan apa adanya. Kecerdasan
ini lebih berusaha pada pencerahan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun
dirinya secara utuh. Kecerdasan spiritual tidak bergantung pada budaya atau
nilai-nilai masyarakat yang ada, tetapi menciptakan untuk memiliki dasar-dasar
spiritual, sehingga siswa secara pribadi terpuruk, terjebak oleh kebiasaan dan
kekhawatiran. Dengan demikian kecerdasan spiritual (Spiritual Quatien)
tampaknya merupakan jawaban terhadap kondisi semacam itu. Seseorang dalam
membangun dasar kecerdasan spiritualnya harus berdasarkan rukun iman dan lima
rukun Islam. 4 Walaupun kecerdasan spiritual berasaskan agama Islam, ini tidak
berarti kecerdasan spiritual hanya ditunjukkan secara eksklusif untuk individu
Islam saja, tapi kecerdasan spiritual adalah untuk semua tanpa melihat agama
atau bangsa, Tetapi kecerdasan spiritual merupakan suatu usaha yang telah dapat
menghubungkan agar mahasiswa bermoral. Jadi mahasiswa harus dididik untuk
mempunyai beberapa kecerdasan dalam dirinya sebelum tumbuh menjadi manusia yang
bertanggung jawab. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai moral
ditanamkan dalam diri mahasiswa. Jadi dalam upaya pembinaan moral dilakukan
untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang dalam rangka mengembangkan
kualitas manusia tentang pemahaman dan nilai-nilai yang buruk dan baik melalui
upaya pengajaran dan pelatihan yang pelaksanaannya berkesinambungan sehingga
mahasiswa tumbuh menjadi individu yang berahklaq, bermoral, beretika dan
berbudi pekerti. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Nur Aziz
Afandi yang berjudul “Coping Behavior Al-Ghozali pada Mahasiswa Psikologi
Semester VII Universitas Islam Negeri Malang” berusaha untuk menghubungkan
konsep AlGhozali berupa tazkiyah al-nafs dengan tingkah laku penyesuaian
(coping behavior) terhadap permasalahan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 76 subyek penelitian yang
memiliki coping behavior kafah ada 4 orang (5,3%), non kaffah ada 72 orang
(94,7%). Dari keempat orang tergolong kaffah, seluruhnya dapat memiliki coping
behavior Al- Ghozali secara kaffah dan tidak ada seorang pun (0%) yang memiliki
kaffah sedang dan kaffah rendah. (Nur Aziz, 2012, hal. 115) Dalam penelitian
Agus Nafi’ Mubarak yang berjudul”Pengaruh kecerdasan spiritual terhadap efikasi
diri Siswi madarasah Alyah Islamiyah Attawir Talun 5 Sumber Rejo Bojonegoro”
Bahwasanya tingkat kecerdasan spiritual siswi madarasah Alyah Islamiyah Attawir
Talun Sumber Rejo Bojonegoro memiliki tingkat kecerdasan spiritual tinggi
sebanyak17,5% dari keseluruha sampel atau 22 siswi, tingkat yang sedang
sebanyak 71,4% dari keseluruhan sampel atau 90 siswi, dan tingkat yang rendah
sebanyak 11,1% dari keseluruhan sampel atau 14 siswi. Hal ini berarti tingkat
kecerdasan spiritual siswi Madarasah Aliyah Islamiyah Attanwir Talun Sumber
Rejo Bojonegoro pada kategori sedang. Hal ini menunjukan bahwa siswi kurang
stabil atau cukup mudah dipengaruhi oleh factor-faktor yang mempengaruhi
kecerdasan spiritual seperti, adanya ketidak seimbangan id, ego dan superego.
Adanya orang tua yang tidak cukup menyayangi anaknya, berharap terlalu banyak,
pengajaran yang menekan insting, adanya aturan moral yang menekan insting
alamiyah, adanya luka jiwa yang menggambarkan perasaan terbelah, terasing, dan
tidak berharga. (Agus Nafi’, 2014, hal. 104) Kehidupan di pondok pesantren
sangatlah unik, karena ia merupakan suatu kompleks dengan lokasi yang terpisah
dari kehidupan masyarakat umum di sekitarnya. Kegiatan-kegiatan di dalamnya pun
sangat berbeda dengan kehidupan sehari-hari di masyarakat pada umumnya.
Padatnya jadwal kegiatan di pondok pesantren, mulai dari bangun tidur hingga
tidur kembali, berpotensi menjadi stresor bagi para santri, khususnya santri
baru. Dalam kenyataan, tidak sedikit santri yang keluar dari pondok pesantren
sebelum lulus atau bahkan baru pada tahun pertama di pondok pesantren. Sebagian
besar disebabkan oleh ketidakmampuan mereka dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru di pondok pesantren dan mengatasi berbagai stresor yang ada.
Oleh karena itu, tahun-tahun pertama mondok menjadi saat 6 yang paling
menentukan bagi santri untuk belajar menyesuaikan diri agar dapat bertahan
hingga menyelesaikan proses pendidikannya di pondok pesantren. Dalam kondisi
demikian, kemampuan dalam pemilihan strategi coping yang tepat akan sangat
menentukan proses penyesuaian diri mereka terhadap kehidupan baru di pondok
pesantren. Dalam lingkungan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang terdapat sebuah sistem yang mewajibkan mahasiswa mahasiswi wajib tinggal
di lingkungan pondok selama dua semester atau satu tahun. (Buku pedoman
Ma’had), 2008, hal. 6-7). Secara otomatis pendidikan agama pun akan diberikan
selain pendidikan formal yaitu perkuliahan.
Jadwal yang padat mulai dari
setelah sholat subuh sampai jam setegah delapan pagi, kemudian dilanjutkan
dengan kuliah, sampai dhuhur. Ruang gerak antara jadwal ma’had dan juga kampus
memberikan stersor tersendiri bagi mahasantri. Dengan tingkat kesulitan
pendidikan yang semakin tinggi ditambah pendidikan pondok dan juga wajib bahasa
arab maka setiap mahasiswa perlu sebuah strategi dalam belajar dan juga
penyesuaian lingkungan yang efektif. Setiap manusia pasti mempunyai masalah,
dari yang terkecil sampai yang terbesar. Semuanya tergantung akan indvidu yang
menjalani. Ada berbagai metode dalam menyelesaikan, menghadapi, menghindari,
ataupun meminimalisir suatu masalah, akan tetapi tidak jarang kita menemui
seseorang yang takut menghadapi suatu permasalahan dan tidak mencari jalan
keluar yang bijak. Jika seorang indivdu salah atau kurang tepat dalam
mengcoping suatu permasalahan, maka hasilnyapun akan kurang memuaskan, bahkan 7
dapat menimbulakn gangguan dalam pikiran dan kejiwaannya, seperti depresi,
stres, kejenuhan dan gila. Dalam proses belajar pasti akan mengalami kesulitan
dan juga kejenuhan ketika sudah mencapai titik kejenuhan. Hal ini terjadi
akibat terus menerusnya belajar tanpa istirahat yang cukup dan beban pikiran
yang menumpuk. Untuk itu belajar juga perlu sebuah strategi atau penanganan
problem dalam proses belajar, penangan tersebut dalam psikologi sering disebut
dengan coping. Strategi coping itu sendiri dapat diartikan sebuah cara atau
prilaku individu untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
Sedangkan macam-macam copng itu sendiri menurut (Santrock, 1996,
hal. 234) : 1.strategi pendekatan (approach strategy) yaitu usaha kogntif untuk
memahami penyebab stres atau stressor dan usaha untuk menangani hal tersebut
dengan cara menghadapinya. 2. strategi menghindar (avoidance strategy) yaitu
usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisir stessor yang muncul dalam
prilaku dengan cara menghindar dari hal tersebut. Bentuk-bentuk strategi coping
yaitu : 1. perilaku coping yang beorientasi pada masalah (problem focused
coping-PFC) yaitu strategi kognitif dalam penanganan stress strategi kognitif
yang digunakan individu dalam rangka menangani masalahnya. 2. perilaku coping
yang berorientasi pada emosi (emotion focused coping-EFC) yaitu strategi
penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress
dengan cara emosional. Faktor yang mempengaruhi coping karakteristik
situasional, faktor lingkungan, faktor personal atau perbedaan individu. 8
Peneliti menemukan beberapa kasus yang mendasari penelitian ini, misalnya saja
akibat dari beban dari perkuliahan, lingkungan pondok dan juga perkuliahan
bahasa arab (PKPBA). Mengakibatkan menurunya prestasi di perkuliahan akibat
depresinya terhadap perkuliahan bahasa arab yang memforsir daya ingat Dari
hasil observasi rata-rata ini terjadi pada santri yang dulunya menempuh
pendidikan pada jalur umum bukan kejuruan yang bebasis agama. Ada juga yang
dulunya menempuh pendidikan di lingkungan pondok merasa mudah sistem di ma’had
sunan ampel al aly, maka sering tidak ikut pendidikan di ma’had, akibatnya
tidak lulus ma’had. Kasus seperti diatas mengakibatkan salah satu dari ketiga
pendidikan di atas tidak maksimal. Pendekatan terhadap mahasantri terjadi pada
awal-awal masuk ma’had, walaupun secara umum dari pihak musrif itu merupakan
kewajiban bagi mereka untuk mengontrol individu atau kelompok mahasantri.
Pendekatan inilah sebenarnya yang menjadi penyebab mahasantri yang nantinya
rajin, memberontak ataupun biasabiasa saja. Dengan adanya kerangka pikir di
atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan subjek
menggunakan mahasantri sunan ampel al aly mabna ibnu sina dengan judul “
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN SPIRITUAL DENGAN STRATEGI COPING STRES BELAJAR PADA
MAHASANTRI SUNAN AMPEL AL ALY UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat
kecerdasan spiritual Mahasantri Sunan Ampel Al Aly Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang?
2. Bagaimana strategi coping Mahasantri Sunan Ampel Al Aly
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dalam menghadapi stress
belajar?
3. Adakah hubungan antara kecerdasan spiritual dengan strategi
coping stres belajar pada Mahasantri Sunan Ampel Al Aly Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang?
C.Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat
kecerdasan spiritual Mahasantri Sunan Ampel Al Aly Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang.
2. Untuk mengetahui tingkat strategi coping apa yang dipakai
Mahasantri Sunan Ampel Al Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang dalam stres belajar.
3. Untuk membuktikan
hubungan antara kecerdasan spiritual dengan strategi coping stres belajar
Mahasantri Sunan Ampel Al Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang.
D. Manfaat penelitian
Dalam penelitian ini
diharapkan dapat bermanfaat bagi :
1. Manfaat teoritis
a. Memberikan sumbangsih keilmuan psikologi, khususnya dibidang
psikologi perkembangan dan psikologi sosial. 10 b. Menambah khazanah keilmuan
mengenai hubungan antara kecerdasan spiritual dengan strategi coping stress
belajar Maha Santri Sunan Ampel Al Aly Mabna Ibnu Sina.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Lembaga, Hasil penelitian ini bisa
dijadikan sebagai acuan atau bahan rujukan dalam pembenahan sistem di kampus,
khususnya di Ma’had Sunan Ampel Al Aly Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang. 3. Bagi Mahasiswa Penelitian ini akan membantu mahasiswa untuk
mengetahui seberapa besar tingkat kecerdasan spiritual dalam menangani atau
mengatur strategi dalam menghadapi stress dalam berbagai tekanan saat belajar.
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment