Abstract
INDONESIA:
Stres bisa didefinisikan sebagai reaksi fisik dan psikis yang berupa perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan terhadap tekanan atau tuntutan yang sedang dihadapi. Stres dapat pula diartikan sebagai reaksi fisik yang dirasakan oleh individu tidak enak akibat dari persepsi yang kurang tepat terhadap sesuatu yang dianggapnya sebagai ancaman bagi keselamatan dirinya. Bukan hanya mengancam akan tetapi dapat menggagalkan keinginan atau kebutuhannya. Adapun faktor -faktor stres menurut para ahli yang dikutip dalam sebuah buku (dalam Santrock, 2003) terdiri dari beberapa hal diantaranya adalah faktor fisik, faktor lingkungan, faktor kognitif, faktor kepribadian, faktor sosial budaya dan strategi koping .
Dalam penelitian ini terdapat 200 sampel mahasiswa tahun pertama yakni terdiri dari 100 mahasiswa putra dan 100 mahasiswa putri. Adapun metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dengan menggunakan kuosioner dalam pengumpulan data.Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat stress pada mahasiswa tahun pertama adalah sedang. Sedangkan factor yang paling dominan adalah factor lingkungan dengan besaran prosentase (19,5%), factor kognitif (18,5%), factor social budaya (17%), factor strategi coping (16%), factor fisik (15%) dan paling sedikit adalah factor kepribadian dengan prosentase sebesar 14%).
ENGLISH:
Stress is a physical and psychological reaction such as uneasy, uncomfortable or depressed feeling in dealing with certain pressure or demand. It is also defined as one’s physical reaction because of a misinterpretation on something considered as a threat. It is also able to fail one’s desire or need. According to some experts, stress factors (Santrock, 2003) consist of physical, environmental, cognitive, personality, sociocultural, and coping strategy factor.
The study employs 200 samples of freshmen consisting of 100 male and 100 female students. It uses a quantitative approach using questionnaire in collecting its data. The result shows that the stress level on freshmen is moderate. The most dominant factor is environmental factor with the percentage of 19.5%. Meanwhile, the percentage of cognitive factor is 18.5%. The next are sociocultural, coping strategy, and physical factor with 17%, 16%, and 15%, respectively. The personality factor gains the fewest percentage, namely 14%.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Stres merupakan pengalaman atau kejadian yang dialami oleh
individu. Dimana menjadi seorang mahasiswa adalah sebuah kebanggan tersendiri
bagi kebanyakan individu. Mahasiswa adalah pelajar yang paling tinggi
tingkatannya dalam dunia pendidikan. Akan tetapi tingginya tingkatan seorang
individu yang menjadi mahasiswa juga menopang sebuah beban belajar lebih untuk
menjadi mahasiswa yang baik. Untuk itu tugas dan kewajiban seorang mahasiswa
tidak mudah begitu saja dapat diabaikan. Terdapat banyak faktor yang bisa
menyebabkan seseorang mahasiswa mengalami stres. Mahasiswa universitas pada
awal tahun pengajaran, misalnya amat mudah mengalami stres disebabkan oleh
proses transisi kehidupan mereka di universitas. Hal ini dapat dilihat apabila
terdapat sebagian golongan mahasiswa yang menunjukkan kecemerlangan akademik di
peringkat sekolah tetapi tidak dapat melakukan pencapaian yang baik apabila
berada di universitas. Persaingan yang sengit dalam mengejar kecemerlangan
akademik telah memberikan tekanan yang tinggi kepada mahasiswa dalam
merealisasikan wawasan mereka. Selain itu, faktor seperti lingkungan,
persaingan, hubungan interpersonal dan cara pemikiran mahasiswa juga bisa
menyumbang stres kepada mahasiswa itu sendiri. Jika stres dinilai negatif dan
berlebihan maka akan berdampak pada kesehatan dan prestasi akademis. Perasaan
yang ditekan dan tidak diekspresikan atau stres yang ditunda pemecahannya akan
mengikat energi, yang sebenarnya dapat digunakan secara menguntungkan. Namun,
diperkirakan hanya sedikit orang yang menggunakan secara maksimal sesuai
kemampuannya, meskipun sebenarnya ada dorongan dalam diri seseorang untuk
mengaktualisasikan potensi dirinya. (Abdullah, 2007: 11) Stres dibedakan
menjadi dua yaitu stres yang merugikan dan merusak yang disebut distress, dan
stres yang positif dan menguntungkan, yang disebut eustres. Setiap individu
mempunyai reaksi yang berbeda terhadap jenis stres, dalam kenyataannya stres
menyebabkan sebagian individu menjadi putus asa tetapi bagi individu lain
justru dapat menjadi dorongan baginya untuk lebih baik. Ketika jumlah tuntutan
yang semakin meningkat dan memandang itu adalah sebagai ancaman atau bahaya,
maka akan membuat para mahasiswa membuat satu penilaian tentang kemampuannya.
Jika penilaian itu negatif, maka zona distres akan dilalui. (Looker &
Gregson, 2005 : 48) Seperti yang diungkapkan oleh beberapa mahasiswa, salah
satunya sesorang mahasiswi yang menganggap tuntutan menjadi mahasiswa sangat
berat. ...... Istirahat makin dikit karena banyak kegiatan. Sampek kadang
kepontang panting gitu. Belum selesai ini harus mikir ini. Belum siap ini udah
harus mikir yang lain. Sampek ya.. kadang pkpba itu kan abis kuliah ,pas jadi
lari lari kekelas capek..... (APR,wawancara 10 April 2015) Mahasiswa baru
adalah mahasiswa yang mengalami masa transisi dari masa SMA menuju masa
universitas. Mahasiswa baru dikatakan sebagai “anak baru“ yang menggambarkan
seorang pelajar yang berada pada tahun pertama di universitasnya yakni sebagai
orang baru dan pemula. Transisi dari sekolah atas ke universitas melibatkan
gerakan menuju satu struktur sekolah yang lebih besar dan tidak bersifat
pribadi. Adapun interaksi dengan kelompok sebaya dari daerah yang lebih beragam
latar belakangnya dengan berbagai etnik dan budayanya. (Santrock, 2002 : 74)
Seperti yang diungkapakan oleh seorang mahasiswa dalam melakukan penyesuaian
diri seperti berikut : ...... Susah banget mbak,,,, ma’had ini yang ngebuat aku
nggak betah. (DJ,wawancara 10 Februari 2015) Dari wawancara tersebut terlihat
bahwa rata-rata mahasiswa/i UIN Malang mengeluhkan kesulitannya dalam melakukan
penyesuaian diri. Padahal pada waktu tersebut, mereka telah memasuki semester
berikutnya. Hal ini dapat terjadi disebabkan adanya peran ganda sebagai
mahasiswa dan juga sebagai mahasantri di UIN Malang. Dimana pada masa remaja
mahasiswa masih berusaha mencari kebebasannya untuk mengeksplor dirinya menjadi
seperti apa yang mereka inginkan. Selain itu juga terdapat peningkatan
perhatian pada presentasi dan penilaiannya. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Astin dkk menyebutkan bahwa di 50 universitas dengan jumlah sampel
sebanyak 3.000 mahasiswa dikatakan mencapai sekitar 10,5 % mengalami stress.
Hal ini rata-rata dikarenakan adanya ketakutan dan kegagalan dalam orientasi
kesuksesan. Beberapa mahasiswa universitas juga menyatakan bahwa mereka stress
karena merasa burnout atau jenuh. Masa transisi dari remaja akhir menuju masa
dewasa awal menurut Gutman dkk menyatakan bahwa masa transisisi remaja akhir
menuju masa dewasa awal ditentukan oleh standar dan pengalaman
budaya.(Santrock, 2002 :75) Seorang psikolog anak, Laverne Antrobus dari
Tavistock Clinic London menyebutkan, terdapat tiga pembagian tahapan masa
remaja. Usia remaja awal berkisar 12 sampai 14 tahun, remaja menengah dimulai
saat usia 15 sampai 17 tahun, dan ketika masuk usia 18 tahun ke atas adalah masa
remaja akhir. Ia juga menyatakan, harus terjadi penghapusan kategori remaja
pada usia 18 tahun. Sebab sebuah penelitian menunjukkan, hingga pertengahan dua
puluhan dan tiga puluhan, otak masih terus berkembang melewati masa remaja.
(Antrobus, 2014)
Perkembangan kedewasaan pada masing-masing anak tidaklah sama.
Sebagian remaja mungkin menginginkan untuk tinggal lebih lama dengan
keluarganya karena masih membutuhkan dukungan dan kasih sayang dari orang-orang
terdekatnya.Menyadari hal tersebut, berdasarkan laporan BBC yang dilansir
dailymail, Laverne menghimbau untuk meningkatkan batas usia remaja menjadi 25
tahun, bukan lagi pada 18 tahun. Di usia 25 tahun inilah, otak mulai
mereorganisasi sendiri, seseorang mulai memandang dan memikirkan suatu hal
secara berbeda. Pikiran menjadi lebih matang dan dewasa. (Antrobus, 2014)
Keniston (dalam Santrock, 2007 : 24) menyebut masa ini dengan istilah youth.
Dimana istilah itu merujuk pada masa dimana kehidupan ekonomi dan kehidupan
pribadi masih bersifat sementara. Sementara Arnett menyebut masa ini dengan
istilah emerging adulthood (beranjak dewasa). Adapun rentang usianya yakni
sekitar 18-25 tahun. Masa ini ditandai dengan eksperimen dan eksplorasi. Pada
titik ini mereka banyak mengeksplorasi jalur karir yang akan diambil. Seperti
ingin menjadi apa, gaya hidup apa dan apa yang ingin diambil. Umumnya mereka
tidak senang jika dibatasi kebebasannya untuk mengeksplor dirinya sendiri. Hal
ini juga dapat dilihat dari seorang mahasiswa yang menyatakan dirinya tidak
senang hidup diatur tanpa kemauan sendiri. Hal ini menunjukan bahwa sebagian
dari mereka merasa terbebani. ........ Ndak begitu sulit, tapi di ma’had yang
rumit menurut saya,inilah itulah hidup kayak diatur. Jadi yoo ngroso beban
si..soale gak bebas mau apa-apa........(MF,wawancara 11 Februari 2015)
Penelitian yang pernah dilakukan dalam sebuah Jurnal Kemanusiaan bil.9, Jun
2007.Analisis faktor penyebab stres di kalangan pelajar, fakulti pengurusan dan
dan Pembangunan Sumber Manusia Universiti Teknologi Malaysia.Dalam penelitian
yang dilakuakan di atas dengan subjek kalangan pelajar tahun dua yang telah
menyertai Bengkel Pembelajaran Efektif (BPE), FPPSM. Kesemua subjek kajian
sebanyak 30 orang pelajar dipilih berdasarkan pencapaian IP Kumulatif 3.00 dan
ke bawah. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif–kuantitatif , kemudian
melakukan skoring dari tingkat stres dan membuat skala stres sebanyak 30 item.
Adapun dari hasil analisis faktor stres ditemukan bahwa mahasiswa FPPSM
memiliki beberapa faktor yang menyebabkan stres pada mahasiswa FPPSM yakni
meliputi: faktor interpersonal, intrapersonal, berpikir secara irasional,
lingkungan dan faktor pendukung stres lainnya.(Mahfar, Zaini, & Nordin,
2007 :11-12) Pada setiap fase kehidupan manusia pasti mengalami stres pada tiap
fase menurut perkembangannya. Stres yang terjadi pada mahasiswa/i masuk dalam
kategori stres pada fase remaja. Dimana biasanya pada fase ini yang menjadi
sumber stres pada fase ini adalah konflik atau pertentangan antar dominasi.
Peraturan atau tuntutan keluarga dengan kebutuhan remaja untuk menjadi manusia
bebas. Sehingga tidak sedikit dari reaksi penyesuaian remaja yang negatif
merupakan pernyataan dari upaya-upaya dalam rangka mendapatkan kebebasan itu.
(Abdullah, 2007 :10) Artinya pada saat mahasiswa mengalami masa transisi dari
masa sekolah menuju universitas dibutuhkan berbagai faktor pendukung agar
mereka dapat mencegah stres yang dapat berakibat negatif. Dimana kita tahu
bahwa mahasiswa/i di UIN Maliki Malang berbeda dengan mahasiswa/i di universitas
lainnya. Pada tahun pertama mahasiswa/i tersebut wajib tinggal di ma’had dengan
segala kegiatan, peraturan dan kewajibannya sebagai mahasantri.
Dalam hidup manusia stres adalah bagian persoalan yang tidak
terpisahkan, karena pada dasarnya setiap orang dari berbagai lapisan masyarakat
berpotensi untuk mengalami stres. Apalagi stres yang kemungkinan besar terjadi
sebab perbedaan faktor eksternal dan internalnya, yakni di Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang terdapat perbedaaan antara mahasiswa tahun
pertama UIN Maliki Malang dengan universitas lainnya. Mahasiswa tahun pertama
diwajibkan utuk tinggal di ma’had dan mengikuti segala aktivitas ma’had dan
kampus secara beriringan selama satu tahun. Sehingga kemungkinan terjadinya
stres bisa lebih besar. Meskipun kadar stress yang dialami masing-masing
individu tidak sama. ..... Sangat-sangatlah mbak, di uin ini mahasiswa baru
banyak banget kegiatannya. Mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi masih
ada kegiatan. Ya, meskipun itu untuk kebaikan kita.....(SQ,wawancara 10
Februari 2015) Dari wawancara tersebut terlihat bahwa sebenarnya mereka
mengerti bahwa apa yang mereka jalani dan kerjakan sekarang adalah hal yang
baik untuk mereka. Walaupun mereka merasa lelah dan capek karena aktivitas yang
padat. Meskipun keluhan muncul dengan berbagai gejala yang dialami oleh
mahasiswa/i UIN Malang mereka tetap melakukan kewajiban mereka. Yakni kewajiban
sebagai mahasiswa/i dan juga kewajiban sebagai mahasantri. Penelitian yang
dilakukan Henderson dan klover (2013) pada tesisnya yang membuat sebuah studi
lapangan kecil untuk membandingkan perbedaan budaya, kesehatan, stres dan
startegi coping antara mahasiswa Indonesia dan Swedia. Sebanyak 156 mahasiswa
asal Swedia dan 172 mahasiswa asal Indonesia turut berpartisipasi. Menggunakan
5 skala instrumen untuk melihat perbedaan waktu, stres yang dirasakan, strategi
coping, kepuasan hidup serta indvidualisme dan kolektivisme. Dari hasil
penelitian tersebut ditemukan bahwa mahasiswa Swedia cenderung memiliki tingkat
kesehatan dan pengentasan stres yang lebih baik dari mahasiswa Indonesia.
Mahasiswa Swedia memiliki orientasi hidup di masa depan, sementara mahasiswa
Indonesia cenderung bergaya hidup hedonis, enggan memecahkan masalah dengan
teman daripada mahasiswa Swedia. Hal tersebut menunjukkan bahwa kesehatan
individu dipengaruhi juga oleh kepuasan hidup. (Henderson et al., 2013: 13)
Sumber-sumber stres pada mahasiswa perguruan tinggi (dalam Ross, Niebling,
& Heckert, 1999 :3-4) yaitu meliputi: keadaan interpersonal, intrapersonal,
akademis dan sumber stres yang berasal dari lingkungan. Sebanyak 100 mahasiswa
dari Universitas Midwestern menjadi partisipan terdiri dari 20 laki-laki dan 80
perempuan. Pada penelitian tersebut stres yang paling umum terjadi adalah
sumber stres dari intrapersonal.
Hal ini ditunjukkan dengan 5 besar kategori yakni berubahnya pola
tidur (89%), pola makan(82%), liburan (74%), tanggung jawab baru(73%), serta
beban kerja yang tinggi (73%). Selain hal tersebut ada beberapa indikator yang
turut menyumbang stres itu terjadi yakni keadaan ekonomi (71%) dan perubahan
aktivitas sosial (71%). Analisis kategori kehidupan siswa berdasarkan Student
Life Stress Inventory (SSI) yang dilakukan oleh (Gadzella & Masten, 2004
:7- 8) untuk mrenguji 9 kategori stres. Terdiri dari 5 stressor yaitu frustasi,
konflik, tekanan, perubahan dan pengenaan diri. Adapun reaksi stres terdiri
dari 4 kategori yaitu fisiologis, emosional, perilaku dan kognitif. Terdiri
dari 336 partisipan penelitian berasal dari Universitas Texas. Dari penelitian
tersebut diketaui bahwa F- rasio dari kognitif dan konflik dalam analisa post
hoc tidak termasuk dalam kategori reaksi stres. Artinya terdapat 7 kategori
stressor dan reaksi stres yang valid dalam analsisis stress inventory. Hasil
penelitian yang dilakukan (Gadzella & Carvalho, 2006 :22-24) terkait
perbedaan stres antara mahasiswa perempuan universitas. Masih menggunakan
instrumen yang sama yakni Student Life Stress Inventory (SSI). Jumlah responden
sebnyak 258 perempuan dari Universitas Texas. Responden mengisi inventori
beserta melaporkan usia mereka, adapun rentang usia responden berkisar 17-55
tahun . Diketahui bahwa rentang usia tidak mempengaruhi level stres yang ada
pada perempuan. Sebanyak 33 responden mengalami stres ringan,176 stres sedang
dan 49 stres berat. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan serta masa
transisi yang dialami oleh mahasiswa tahun pertama. Peneliti ingin mengetahui
lebih lanjut faktor-faktor penyusun stres pada mahasiswa tahun pertama di
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama UIN Maulana
Malik Ibrahim Malang ?
2. Faktor manakah yang paling dominan dalam penyusun stres pada
mahasiswa tahun pertama UIN Maulana Malik Ibrahim Malang?
A. Tujuan
1. Mengetahui tingkat stres pada mahasiswa tahun pertama UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang
2. Mengetahui faktor yang paling dominan dalam penyusun stres pada
mahasiswa tahun pertama UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
B. Manfaat
1. Manfaat Praktis
Dapat memberikan informasi
tentang tingkat stres dan faktorfaktor penyusun stres pada mahasiswa tahun
pertama untuk dapat ditelaah kembali dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat bermanfaat bagi ilmu psikologi
guna memperoleh informasi mengenai faktor-faktor penyusun stres pada mahasiswa
tahun pertama UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Analisis faktor penyusun stres pada mahasiswa tahun pertama Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
1 comment:
michael kors handbags
nike dunk low
hermes birkin
adidas shoes
yeezys
yeezys
john wall shoes
yeezy
nike huarache
moncler jackets
Post a Comment