Abstract
INDONESIA:
Remaja memiliki banyak pilihan dan minat dalam hidupnya, salah satunya mengenai masa depan. Merencanakan dan menentukan masa depan menuntut siswa untuk mengetahui minat, kemampuan, penerimaan diri yang baik yang akan menjadi tolak ukur untuk meraih kesuksesan. Sementara itu banyak penelitian membuktikan bahwa self esteem memberikan manfaat terhadap orientasi masa depan siswa. Sebab untuk membentuk orientasi masa depan dibutuhkan keyakinan terhadap kemampuan untuk menentukan tujuan masa depan yang lebih baik dan terarah. Akan tetapi masa sering ditemukan siswa merasa kebingungan untuk menentukan pilihan karirnya dan tidak yakin akan kemampuan yang dimilikinya.
Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara self esteem dengan orientasi masa depan pada siswa SMA kelas XI di SMA Negeri 3 Malang. Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan korelatif (korelasi). Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 3 Malang dengan jumlah populasi 269, dan kemudian sampel penelitian sebanyak 140 siswa dengan prosentase 53% dari populasi yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampel dan teknik pengolahan dan analisis data dengan menggunakan metode analisis statistic Prodact Moment.
Pada penelitian terdapat 20 aitem dari skala self esteem yang di adaptasi dari skala yang dibuat oleh Tafarodi & Swann, dan untuk skala orientasi masa depan terdapat 52 aitem hasil adaptasi dari skala yang dibuat oleh Laurence Steinberg. Kemudian kedua skala tersebut dilakukan uji validitas isi dengan menggunakan metode Aiken’s V dan uji validitas konstruk dengan menggunakan metode Rasch model yang diperoleh nilai kriteria Infit MNSQ <+1,30 untuk skala self esteem dan <+1,26 untuk skala orientasi masa depan. Dalam pengujian hipotesis didapat nilai sebesar P= 0,000 (rxy = 0,496), hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara self esteem dengan orientasi masa depan pada siswa kelas XI SMA Negeri 3 Malang.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat self esteem pada siswa SMA kelas XI di SMA Negeri 3 Malang mayoritas berada pada tingkat sedang dengan prosentase 54,3%, kemudian untuk tingkat orientasi masa depan mayoritas siswa berada pada katagori tinggi dengan prosentase 54,3%. Selain itu diketahui bahwa aspek self liking merupakan aspek pembentuk utama dari self esteem, kemudian pada orientasi masa depan aspek pembentuk utamnya adalah aspek motivasi. Berdasarkan uji beda jenis kelamin, tingkat self esteem dan orientasi masa depan pada siswa laki-laki sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan.
ENGLISH:
A lot of young people with an interest in the life, one for the future.To determine the future and in order to attract students, the skills, revenues from which will be a benchmark for success.Meanwhile, a lot of research shows that the benefits of self esteem's future orientation students.It is necessary to form a confident future orientation towards the ability to determine the future and well directed.But there is a lot of confusion was the students to determine not sure of his choice and his abilities.
This Research aims to find out if there is a significant relationship between self ersteem with future orientation in high school students of XI class at senior high school 3 Malang. In this study using correlative approach with quantitative (correlation) methods. This research was carried out in senior high school 3 Malangwith a total population of 269, and then sample research as much as 140 students with a precentage of 53 % is taken by purposive sampling and processing techniques and data analysis using statistical analysis methods Prodact Moment.
On the research there were 20 item from the self esteem scale in the scale of adaptation made by tafarodi and swann, and for the future orientation of the scale there are 52 item adaptation of scale created by laurence steinberg. Then both the scale content validity test using AikenV method and construct validity with Rasch model using values obtained Infit criteria MNSQ <+1.30 to scale self esteem and <+1.26 to scale future orientation. In testing hypotheses obtained a value of P = 0.000 (rxy = 0.496). This meam there is a significant and positive relationship between self esteem with a future orientation at senior high school 3 Malang.
The result showed the level of self esteem in nine Class at senior high school students 3 Malang majority are at the level of medium with a percentage of 54.3 %, and then to level the future orientation of the majority of students are in the high category with a percentage of 54.3%. In addition, note that the aspect of selfliking is amajor shaper aspects of self-esteem, then the future orientation forming aspect is the main aspect of motivation. Based on a test of a different gendre, obtained the result that the level of self esteem and future orientation on male students is slightly higher than the level of self esteem and the future orientation of the female students
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Segala perbuatan yang dilakukan oleh individu
memiliki tujuan masingmasing. Dalam hidup individu memiliki berbagai tujuan
yang dihadapi dan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, baik
kebutuhan yang dianggap primer maupun sekunder1 . Keberhasilan yang didapat
tiap individu merupakan hasil dari perencanaan yang dimiliki untuk tujuan
hidupnya dimasa depan. Sebagaimana dikatakan oleh Nurmi bahwa ciri utama dari
pikiran dan tindakan yang dilakukan manusia merupakan orientasi terhadap
kejadian di masa mendatang serta hasilnya2 . Tafarodi dan Swann juga
menambahkan bahwa ketika keberhasilan yang didapatkan sesuai dengan tujuan yang
dimiliki, hal itu dikarenakan usaha diri sendiri untuk mencapai keberhasilan
tujuan tersebut3 . Akan tetapi tidak semua individu memiliki cara yang sama
untuk mencapai tujuan masa depannya, mereka memiliki cara masing-masing untuk
menentukan masa depannya. Banyak tercatat dalam sejarah, bahwa orang-orang yang
sukses adalah mereka yang memiliki tujuan dan merencanakan hidupnya dimasa
depan, kemudian mereka 1 Ki Fudyartanta 1&2.Psikologi Umum.( Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011). hlm. 345 2 Jari-Erik Nurmi. How Do Adolencents See
Their Future? A Review of the Development of Future Orientation and Planning.
(Development review, 1991),hlm.1 3 Romin W. Tafarodi and Wiliam B. Swann, Jr.
Self Liking and Self Competence as Dimensions of Global Self-Esteem: Intial
Validation of a Measure. (University of Texas at Austin: Journal Of Personality
Assessment, 1995, 65(2), 322-342, 1995),hlm.325. 2 membuat langkah-langkah
perencanaan untuk dapat mewujudkan tujuan hidup yang telah ditentukan4 .
Rencana masa depan dapat menjadikan hidup seseorang jauh lebih terarah dan
fokus terhadap tujuan yang ingin diharapkan. Sebagaimana penjelasan Nurmi bahwa
berfikir dan merencanakan tujuan di masa mendatang merupakan suatu hal yang
dianggap penting khususnya bagi remaja yang disebabkan oleh beberapa hal,
misalnya saja dengan memikirkan rencana masa depan dapat memotivasi perilaku
sehari-hari5 . Individu dengan perencana masa depan yang baik memiliki
kesempatan lebih untuk menjadi sukses daripada individu yang tidak memiliki
rencana apa pun dimasa mendatang. Hidup dengan rencana masa depan saja masih
bisa tidak sesuai dengan target yang telah direncanakan, apa lagi hidup tanpa
rencana sama sekali. Tetapi meski tidak seluruhnya sesuai dengan rencana,
minimal masih ada beberapa hal yang berjalan dan terlaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan. Hal itu menjadikan hidup lebih baik dibandingkan
hidup tanpa memiliki rencana sama sekali. Menurut Nurmi merencanakan tujuan
masa depan akan mempengaruhi kehidupan mereka nantinya, karena dengan merencana
masa depan individu akan lebih memiliki komitmen terhadap rencana yang telah
ditetapkan, sehingga dapat mewujudkan harapan yang diinginkan6 . Dengan
menyusun perencanan masa depan, artinya Afifah.
Pengaruh Dukungan Orang Tua terhadap
Orientasi Masa Depan dalam Area Pekerjaan pada Remaja.(Jakarta:Skripsi Fakultas
Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2011),hlm.1. 5 Loc.
Cit. Jari-Erik Nurmi. (1991), hlm. 1 6 Loc. Cit. Jari-Erik Nurmi. (1991), hlm,1
3 individu telah membangun sebuah landasan yang kuat sebagai jalan hidup yang
jelas untuk mewujudkan tujuan masa depan yang dicita-citakan. Tiap individu
memiliki rencana masa depan yang berbeda-beda, bisa mengenai banyak hal,
tergantung pada pandangan yang dimiliki tiap individu. Sebagaimana yang
disebutkan oleh Nurmi (dalam Desmita, 2013) bahwa rencana masa depan berisi
tentang lapangan pendidikan, kemudian Havighurst (dalam Desmita, 2013)
menyebutkan dunia kerja serta hidup berumah tangga7 . Mulai dari pendidikan
sampai dan juga cita-cita yang dimiliki tiap orang menjadi hal yang akan sangat
berpengaruh terhadap masa depannya kelak. Sejak dini pun orang tua juga telah
mengajarkan pada anak-anaknya mengenai cita-cita masa depannya kelak. Misalnya
saja ketika berada disekolah dasar, cita-cita telah menjadi sebagian pandangan
siswa untuk masa depannya kelak akan menjadi apa jika sudah besar. Semakin
bertambahnya usia dan pendidikan yang ditempuh, rencana untuk masa depannya
akan semakin dibutuhkan. Rencana masa depan biasanya dikenal sebagai orientasi
masa depan (OMD). Seniger, menjelaskan bahwa orientasi masa depan erat
kaitannya dengan penetapan, perencanaan dan pengambilan keputusan dalam hidup
seseorang untuk masa depan8 . Nurmi menambahkan bahwa orientasi masa depan
terdiri dari tiga tahapan yaitu, 7 Desmita. Psikologi Perkembangan. (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2013),hlm.199. 8 Angelia Sun Putri. Cinta dan Orientasi
Masa Depan Hubungan Romantis Pada Dewasa Muda yang Berpacaran. (Depok: Skripsi
Fakultas Psikologi Program Strata 1 Reguler Universitas Indonesia, 2010),hlm.3.
4 motivasi, perencanaan dan juga evaluasi. Individu akan mulai menetapkan
tujuan berdasarkan motif dan harapan mereka mengenai masa depan, selanjutnya
mereka akan memikirkan bagaimana mewujudkan tujuan-tujuan yang telah mereka
tetapkan, dan yang terakhir individu akan mengevaluasi kemungkinan untuk
mancapai tujuan dan aktualisasi terhadap tujuan yang mereka bangun9 . Sejalan
dengan Nurmi, orientasi masa depan menurut Bandura (dalam Triana, 2013) lebih
menekankan kepada kemampuan yang dimiliki seseorang untuk memikirkan masa
depannya sebagai suatu tampilan dasar dari cara berpikir. Saat seseorang
memiliki pandangan terhadap masa depannya itu artinya seseorang telah memiliki
antisipasi terhadap halhal dan kejadian yang mungkin saja dapat terjadi di masa
mendatang10 . Orientasi masa depan biasanya banyak ditemukan pada individu yang
tengah berada diusia remaja. Hurlock (dalam Desmita, 2013) menjelaskan bahwa
ketika masa remaja individu sudah mulai memikirkan masa depannya secara serius.
Remaja mulai memberikan perhatian lebih terhadap berbagai aspek kehidupan yang
secara khusus berkaitan dengan apa yang akan dijalaninya sebagai manusia dewasa
di masa yang akan datang11 . Super (dalam Santrock, 2003) mangatakan dirinya
percaya bahwa ketika remaja merupakan masa untuk seseorang merencanakan konsep
diri mengenai karirnya12 . Ginzberg (dalam Santrock, 2003) menambahkan ketika
remaja 9 Loc. Cit. Jari-Erik Nurmi.( 1991) hlm,2 10 Loc. Cit. Kumala Ayu
Triana. (2013). hlm. 284 11 Op. Cit. Desmita. ( 2013),hlm.199. 12 John W.
Santrock. Adolescence Perkembangan Remaja. (Jakarta:Penerbit Erlangga,
2003),hlm.484. 5 memasuki usia 17-18 tahun hingga awal usia 20-an pilihan
terhadap karir akan semakin realistis13 . Nurmi (dalam Tresya, 2008)14 mengatakan
bahwa pembentukan tujuan masa depan sudah dimulai ketika individu mencapai
tahap remaja awal, remaja sudah mulai memiliki kemampuan untuk merencanakan
pilihan untuk masa depan. Sejalan dengan hal tersebut Hurlock bahwa pada
menjelaskan siswa SMA berada pada masa remaja yang berusia antara 13-18 tahun,
kemudian saat remaja berada pada kelas akhir dalam SMA, orang tua cenderung
memandang anaknya sudah hampir dewasa dan berada pada masa perbatasan untuk
memasuki dunia kerja, melanjutkan pendidikan tinggi, atau menerima pelatihan
untuk kerja15.
Pada masa itu remaja telah memiliki minat
terhadap pendidikan bahkan juga pekerjaan16 . Hal tersebut juga diwujudkan
dalam proses pemilihan, perencanaan dan persiapan terhadap karir dimasa
mendatang yang sesuai dengan minat dan kemampuan remaja17 . Remaja sekolah
menengah atas (SMA) mulai memikirkan masa depan mereka secara
bersungguh-sungguh18, dengan mulai merencanakan minat mereka dalam beberapa hal
seperti misalnya pilihan karir seperti pendidikan lanjut atau kebutuhan 13
Ibid. 14 Hanna Tresya, Aspirasi Diri dan Nasional serta Gambaran Orientasi Masa
Depan Remaja Jalanan Binaan Komunitas Sahabat Anak. (Universitas Indonesia,
2008),hlm.2. 15 Elizabeth B.Hurlock. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupa, Edisi Kelima. (Jakarta: Penerbit Erlangga,
1980),hlm.206 16Ibid.hlm.220 17 Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta didik.
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),hlm.37. 18 Op. Cit. Hudarta & Dr.
Nurlan Kusnaedi (2010). hlm. 96. 6 mempelajari keterampilan tertentu19. Remaja
akan di tempatkan pada pilihan-pilihan dan minat-minat dalam dirinya. Misalnya
saja seperti minat pada pendidikan, Fudyantata menjelaskan besarnya minat
remaja terhadap pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat mereka pada pekerjaan
yang diinginkan. Ketika remaja mengharapkan pekerjaan yang menuntut pendidikan
tinggi, maka pendidikan akan dianggap sebagai batu loncatan20 .Santrock21
menjelaskan bahwa pendidikan juga merupakan langkah awal bagi seseorang untuk
pertama kali berkenalan dengan dunia kerja. Sekolah memberikan pengetahuan agar
seseorang mampu mengembangkan diri terhadap prestasi dan kerja. Umumnya, remaja
SMA sebelum menghadapi ujian akhir nasional (UAN) Biasanya mereka akan mencari
informasi mengenai PT yang mereka inginkan melalui beberapa cara seperti
brosur, iklan atau bahkan datang langsung ke PT. Tapi melihat banyaknya PT yang
menawarkan jurusan yang dikehendaki oleh siswa, sehingga banyak dari para siswa
yang masih merasa kebingungan dalam menentukan pilihan PT dan jurusan mana yang
akan mereka masuki. Sebagaimana Santrock mengatakan siswa masih sering
memandang eksplorasi karir dan pengambilan keputusan dengan ketidak pastian,
kebimbangan bahkan sampai mengalami stress. Seringkali pengambilang keputusan
terhadap karir yang dibuat oleh para siswa 19Neil J. Salkind. Teori-teori
Perkembangan Manusia. (Bandung: Penerbit Nusa Media, 2009),hlm.199. 20 Hudarta
& Dr. Nurlan Kusnaedi. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik (Olahraga
dan kesehatan). (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2010). hlm.95. 21 Op. Cit. John W.
Santrock.( 2003),hlm.486. 7 mengalami proses yang menyulitkan dan tidak
terduga. Bahkan banyak dari para siswa yang tidak ikut andil dalam
mengeksplorasi pilihan karir sendiri22. Akibatnya, kematangan rencana masa
depan yang rendah dapat menjadi penyebab kesalahan dalam pengambilan keputusan
terhadap karir, tak terkecuali kesalahan untuk menentukan pilihan pendidikan
bagi remaja SMA23.
Berbeda dengan siswa yang
berorientasi kemasa depan, menurut Saroni (dalam Utami & Wahyuningsih,
2009) menjelaskan bahwa siswa dengan orientasi yang baik akan menghasilkan
motivasi untuk giat belajar agar harapan yang dimilikinya dapat di wujudkan24 .
Tetapi pada kenyataannya tidak semua remaja telah memiliki rencana tentang masa
depannya. Banyak siswa masih bingung akan kemana setelah lulus SMA, akan
bekerja ataukan melanjutkan sekolah lagi ke perguruan tinggi. Supriyo (dalam
Amin, dkk., 2014) menjelaskan, pada kenyataannya masih sering dijumpai
permasalahan karir pada siswa, baik permasalah internal maupun permasalahan
eksternal25. Mereka cenderung bingung akan kemampuan apa yang mereka miliki
untuk dapat melanjutkan ke perguruan tinggi maupun bekerja. Siswa masih merasa
kebingungan akan melanjutkan ke jurusan apa kelak jika sudah di perguruan
tinggi atau bekerja dalam bidang apa jika tidak melanjutkan pendidikan di PT.
Ketika akan melanjutkan 22 Op.Cit. John W. Santrock.( 2003),hlm.485 23 Loc.
Cit. Fitria Wijaya.hlm.2. 24 Kartika Utami & Hepi Wahyuningsih. Hubungan
Antara Orientasi Masa Depan dengan Motivasi Belajar (Naskah Publikasi: Fakultas
Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, 2009).
hlm. 8. 25 Zakki Nurul Amin, Mungin Eddy Wibowo, & EKo Nusantoro.
Perbandingan Orientasi Karir Siswa Keturunan Jawa dengan Siswa Keturunan
Tionghoa. (Universitas Negeri Semarang: Indonesia Journal of Guidance and
Counseling: Theory and Application, ISSN 2252-6374, 2014),hlm.9. 8 kuliah
ataupun bekerja remaja harus mengetahui terlebih dahulu potensi yang dimiliki,
hal itu dianggap sebagai tolak ukur bagi dirinya dalam merencanakan tujuan masa
depan. Hal ini sejalan dengan pendapat Nurmi (dalam Desmita, 2013)26 yang
mengatakan remaja harus menyadari betapa pentingnya memiliki sarana pengetahuan
dan keterampilan yang relevan untuk mendapatkan sebuah jenis pekerjaan yang
diharapkan. Jika kemampuan seseorang menjadi tolak ukur kesuksesan maka
individu harus mengenal dan menghargai kemampuan dirinya. Mengenali dan
menghargai kemampuan diri merupakan aspek penting pada self esteem. Menurut
Tafarodi & Swaan kemampuan diri (self compentence) merupakan salah satu
aspek dari self esteem27. Morris Rosenberg memperkenalkan cara lain untuk
mendefinisikan self esteem sebagai sikap positif ataupun sikap negatif terhadap
diri sendiri. Individu dengan self esteem memiliki rasa percaya diri yang
tinggi, mengungkapkan perasaan dengan baik, merasa bahwa dirinya bernilai, dan
menghormati dirinya28. Sementara Bandura (dalam Tafarodi & Swann, 2001)
menambahkan self esteem sebagai 26 Op. Cit. Desmita. (2013),hlm.203. 27 Romin
W. Tafarodi, Janice Tam & Alan B. Milne. Selective Memory and the
Persistence of Paradoxcial Self Esteem. (By the Seciety for Personality and
Social Psychology: PSB, Vol.27 No.9.1179-1189, 2001),hlm.1179 28 Christopher J.
Murk. Self-Esteem Research, Theory, and Practice. New York: Springer Publishing
Company, Inc, 2006). hlm. 16. 9 ”keyakinan seseorang mengenai kemampuan mereka
untuk melakukan kontrol atas peristiwa-peristiwa yang mengendalikan kehidupan
mereka”29 . Di beberapa Negara bagian Amerika telah membentuk program
peningkatan self esteem dalam kurikulum sekolah, misalnya seperti di daerah
California yang kini telah menetapkan kekuatan tugas local untuk meningkatkan
self esteem pada siswa. Beberapa sekolah juga menerapkan program terbaru untuk
meningkatkan kepercayaan diri siswa. Berdasarkan survey yang dilakukan
Dapertemen Pendidikan US program self esteem sebanyak 86% dilaksanakan di
sekolah SD California dan 83% pada distrik SMA California. Beberapa penelitian di
negara tersebut mendapatkan hasil bahwa self esteem dapat bermanfaat untuk
meningkatkan keberhasilan pada siswa. Dari program tersebut menghasilkan
kesimpulan dan rekomendasi bahwa setiap interaksi dengan individu lain akan
mempengaruhi self esteem baik secara positif maupun secara negatif. Oleh karena
itu, para pelaku pendidikan harus benar-benar sadar akan kemampuan mereka baik
positif atau negatif yang akan berdampak pada diri siswa30 . Self esteem
diasumsikan dan terbukti mempengaruhi orientasi masa depan seseorang. Menurut
Nurmi (dalam Rokayah, 2011) self esteem yang dimiliki individu berperan dalam
mempengaruhi orientasi masa depan mereka di masa mendatang, 29 Romin W.
Tafarodi & W.B.Swann Jr. Two-Dimensional Self Esteem: Theory and
Measurement. (Personality and Individual Differences:Departemnt of psychology,
University of Toronto & Department of Psychology, University of Texas at
Austin, 653-673, 2001), hlm. 654. 30 Ibid.hlm.5. 10 selain itu salah satu
faktor yang mempengaruhi ada atau tidaknya orientasi masa depan dalam diri
individu bergantung pada self esteem dimiliki31. Seligman (dalam Wijaya)
menyatakan faktor individu seperti self esteem, minat, kemampuan, kepribadian,
dan prestige dalam diri individu memiliki peran penting untuk kematangan karir
seseorang. Semakin tinggi hubungan antara kemampuan, minat dan bakat pada
bidang yang ditetapkan individu, maka akan semakin tinggi pula tingkat
stabilitas, kepuasan, dan kinerja yang mereka miliki32 . Kemudian salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi self esteem dan orientasi masa depan adalah
faktor jenis kelamin.
Menurut Ancok, dkk (dalam Gufron
& Risnawita, 2011)33 wanita seringkali memiliki perasaan kurang mampu,
sehingga wanita cenderung merasa self esteemnya tidak lebih baik, jika
dibandingkan dengan laki-laki. Pendapat yang sama dikatakan oleh Santrock bahwa
ketika individu memasuki masa remaja, penurunan self esteem lebih banyak
dialami oleh remaja perempuan dibandingkan pada remaja laki-laki34 . Tidak
hanya self esteem yang dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin, hal tersebut juga
turut mempengaruhi orientasi masa depan pada individu. Remaja laki-laki lebih
memiliki ketertarikan dan lebih bersungguh-sungguh terkait pekerjaan dibanding
remaja perempuan35 . Pengaruh self esteem terhadap orientasi masa depan juga
telah banyak didokumentasikan dalam beberapa penelitian Indonesia. Misalnya,
dalam penelitian 31 Siti Rokayah. “Hubungan Self- Esteem Anak Jalanan Dengan
Orientasi Masa Depan Dalam Bidang Pernikahan”. (Skripsi: Jurusan Psikologi
Universitas Pendidikan Indonesia, 2011).hlm.12. 32 Loc. Cit. Fitria Wijaya.
hlm.8 33 Op. Cit. Gufron, M & Risnawita S. (2011).hlm.45 34 John W.
Santrock. Perkembangan Anak. (Jakarta: Erlangga,2007).hlm.65 35 Op. Cit.
Hudarta & Nurlan Kusnaedi. (2010), hlm.96 11 tentang “Hubungan antara Self
esteem dengan orientasi masa depan area pekerjaan pada mahasiswa psikologi
angkatan 2002 Universitas Islam Bandung” yang dilakukan oleh Dini Rohmah
Desyani, mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang positif antara self
esteem dengan orientasi masa depan area pekerjaan pada mahasiswa psikologi
angkatan 2002 di Universitas Islam Bandung, artinya semakin rendah self esteem
maka semakin pesimis orientasi masa depan area pekerjaan pada mahasiswa
tersebut36 . Sementara penelitian menganai “Hubungan self- esteem anak jalanan
dengan orientasi masa depan dalam bidang pernikahan”, didapatkan hasil bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara self esteem dengan orientasi masa
depan bidang pernikahan pada anak jalanan dikota Bandung yang berada pada usia
remaja akhir dan dewasa awal (15-29)37 . Kemudian menurut Nurmi (dalam Rokayah,
2011)38 orientasi masa depan yang dibentuk oleh individu untuk masa mendatang
diperngaruh oleh self esteem yang dimiliki individu. Jika hasil penelitian yang
telah dipaparkan diatas lebih banyak dilakukan pada mahasiswa, maka dalam
penelitian ini peneliti tertarik mengujinya pada siswa SMA dengan orientasi
masa depan pada bidang karir. Sebagaimana yang telah dijabarkan sebelumnya,
siswa SMA mulai memikirkan beberapa alternatif tujuan hidupnya, seperti pilihan
karir dan gambaran untuk pekerjaan dimasa mendatang. Namun mereka masih sering
kebingungan akan pilihan-pilihan hidup selanjutnya, akan 36 Dini Rohmah
Desyani. “Hubungan Antara Self esteem dengan Orientasi masa depan area
pekerjaan pada mahasiswa psikologi angkatan 2002 Universitas Islam Bandung”
(Abstrak) 2 bekerja, melanjutkan pendidikan, jurusan apa yang akan dipilihnya
kelak jika melanjutkan ke perguruan tinggi, dan pilihan-pilihan lain.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti
memfokuskan pada remaja SMA kelas XI di SMA Negeri 3 Malang, yang merupakan
individu dalam rentang usia rata-rata 15-18 tahun. Siswa SMA kelas XI, akan
segera mengalami perubahan dalam aktivitas hidupnya. Sebagaimana yang
disampaikan Santrock bahwa transisi dari masa remaja menuju masa dewasa dimulai
sejak usia 18-25 yang disebut dengan emerging adolhood39. Mereka akan memasuki
tahapan baru dalam hidupnya menjadi individu yang beranjak dewasa. Setelah
lulusan SMA kelak umumnya dipersiapkan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Namun tidak sedikit pula yang tidak melanjutkan ke PT dikarenakan berbagai
alasan seperti alasan ekonomi, alasan psikologis dan alasan sosiologis40.
Selain remaja yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, banyak
juga remaja yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi terkadang masih
bingung harus menentukan jurusan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
Berdasarkan data awal yang diperoleh dari dua orang siswa SMA Negeri 3 Malang,
dikatakan AJ mengatakan bahwa dirinya memang memiliki pandangan mengenai masa
depannya kelak, seperti halnya setelah lulus SMA akan kuliah41. AJ mengatakan
bahwa dirinya akan melanjutkan kuliah untuk dapat mencapai masa depannya, namun
sejauh ini AJ masih belum dapat menjelaskan secara terperinci 39 John W.
Santrock. Adolescence Perkembangan Remaja. (Jakarta:Penerbit Erlangga, 2013),
40 F.J. Monks, A.M.P. Knoers & Siti Rahayu Hadinato. Psikologi Perkembangan.
(Yogyakarta: UGM Press, 2004),hlm. 296. 41 Wawancara I. Ajeng. Sabtu, 10
Januari 2015. B.18 13 mengenai ia akan kuliah apa dan akan menjadi seperti apa
nantinya42. Sehingga AJ merasa bahwa dirinya harus merencanakan masa depannya
agar dapat sukses kelak43 . Sementara KN yang juga merupakan siswa kelas XI
mengungkapkan hal yang tidak jauh berbeda, ia merasa dirinya telah memiliki
pandangan setelah lulus SMA44 , namun KN mengatakan bahwa ia memiliki keinginan
untuk kuliah di salah satu jurusan yang ia inginkan tetapi KN belum yakin bahwa
dirinya bisa45 . Sedangkan data yang diperoleh, MJ mengatakan bahwa BK
menyediakan buku inden untuk mendata para siswa kelak setelah lulus SMA akan
melanjutkkan kemana46. BK mencatat bahwa sebagian besar siswanya akan
melanjutkan ke Perguruan Tinggi47. Akan tetapi diungkapkan oleh MJ selaku
kepala BK bahwa masih ada siswa yang kebingungan akan melanjutkkan kemana kelak
setelah lulus SMA. Terkadang ada siswa yang sudah menentukan pilihan kampus
namun masih bingung mengenai jurusannya, ada juga yang menentukan pilihan tidak
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya48. Hal ini tentunya menjadi PR untuk
guru BK disini untuk dapat mengarahkan para siswanya. Berdasarkan penjelasan
diatas penulis tertarik untuk menguji orientasi masa depan siswa SMA kelas XI
SMA Negeri 3 Malang, yang berdasarkan jenis kelamin dan menguji kekuatan
prediktif dari self esteem terhadap orientasi masa depan siswa khususnya pada
bidang karir. Sebab self esteem merupakan keyakinan diri terhadap potensi dan
kemampuan yang dimiliki oleh tiap individu. Sementara orientasi masa depan pada
bidang karir pada individu, membutuhkan keyakinan terhadap kemampuan untuk
menentukan tujuan yang jelas untuk masa depan yang lebih baik dan terarah. B.
Rumusan Masalah Adanya kecenderungan tuntutan karir terhadap siswa SMA kelas XI
yang berapa pada masa remaja menyebabkan siswa SMA kelas XI berfikir kemana
dirinya akan melanjutkan hidup setelah lulus SMA, kemana dirinya akan kerja,
ataukah dimana dirinya harus melanjutkan studi. Namun kadang terhalang dengan
kurangnya keyakinan terhadap kemampuan diri sendiri yang mengakibatkan
ketakutan untuk memikirkan masalah karir dan memiliki mengikuti arus tanpa ada
rencana ke depan
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan masalah yang ada, maka
muncul rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat self esteem yang dimiliki
siswa SMA kelas XI
2. Bagaiman tingkat orientasi masa
depan yang dimiliki siswa SMA kelas XI
3. Apakah terdapat hubungan self estem dengan
orientasi masa depan pada siswa SMA kelas XI
C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini
ialah untuk mendapatkan data mengenai halhal berikut ini adalah :
1. Mengetahui tingkat self esteem
yang dimiliki siswa SMA kelas XI
2. Mengetahui tingkat Orientasi masa depan
yang dimiliki siswa SMA kelas XI
3. Membuktikan hubungan self estem
dengan orientasi masa depan pada siswa SMA kelas XI
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis, diharapkan hasil
penelitian ini dapat menambah wacana keilmuan psikologi, khususnya mengenai
self esteem dan juga orientasi masa depan bagi siswa SMA kelas XI
2. Secara praktis, diharapkan siswa
SMA kelas XI dapat lebih memahami dan focus terhadap orientasi masa depannya
sehingga mampu merencanakan masa depannya yang tepat sesuai dengan dirinya dan
kemampuan yang dimilikinya.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan self esteem dengan orientasi masa depan pada siswa SMA kelas XI di SMA Negeri 3 Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment