Abstract
INDONESIA:
Kepribadian seseorang merupakan hasil percampuran semua unsur yang berbeda-beda, itu merupakan kerangka unik dalam kepribadian individu. beragam budaya dan bahasa dengan perbedaan khususnya dalam kepribadian seharusnya kita bisa menciptakan lingkungan yang senantiasa aman dan nyaman tanpa adanya memandang indivdu berdasarkan identitas etnis atau suku yang mengakibatkan terjadinya prasangka.
Penelitian ini dilakukan di Fakultas Psikologi angkatan 2010 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dengan tujuan mengetahui tingkat identitas sosial dan prasangka mahasiswa psikologi angkatan 2010 di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, untuk membuktikan ada atau tidak hubungan antara identitas sosial dengan prasangka pada mahasiswa psikologi angkatan 2010 di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif terdiri dari variabel identitas sosial dan prasangka, dalam pengumpulan data peneliti menggunakan metode angket berupa skala. Analisis penelitian ini menggunakan teknik analisis korelasi dengan bantuan SPSS versi 16.0 for Windows.
Hasil dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa tingkat identitas sosial mahasiswa psikologi angkatan 2010 di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang adalah tinggi dengan prosentase 96%. sedangkan tingkat prasangka mahasiswa psikologi angkatan 2010 di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang prosentase 100%. P = 0.189 > 0.05. jadi Ha ditolak Ho diterima artinya tidak adanya hubungan yang signifikan antara identitas sosial terhadap prasangka.
ENGLISH:
One's personality is the result of a mixture of all different elements; it is unique in the framework of individual personality. Diverse cultural and linguistic differences especially in the personality we ought to be able to create an environment that is always safe and comfortable without looking individual based on ethnic or tribal identity resulting in occurrence of prejudice.
This research was conducted at the Faculty of psychology of the 2010 State Islamic university Maulana Malik Ibrahim Malang with the purpose of knowing the level of social identity and prejudice of Psychology student the 2010 at the University of Islam Maulana Malik Ibrahim Malang, to prove there is or is not the relationship between social identity and prejudice at the 2010 force Psychology student at the University of Islam Maulana Malik Ibrahim was unfortunate.
This study used quantitative methods consist of variable identities and social prejudice, in a research data collection method using question form a scale. This resear ch analyses using correlation analysis techniques with the help of SPSS version 16.0 for Windows.
The results of the research carried out, note that the level of social psychology student identity force 2010 at State Islamic university Maulana Malik Ibrahim was Poor with high percentage of 96%. While the level of prejudice of Psychology student the 2010 in State Islamic university Maulana Malik Ibrahim Unfortunate percentage of 100%. P = 0.189 > 0.05. So Ha denied Ho admitted that the absence of a significant relationship between social identities against prejudice.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Setiap individu memiliki
kepribadian atau sifat polos dan ada yang berbelit-belit, ada yang halus dan
juga ada yang kasar, ada yang berterus terang dan ada juga yang malu-malu, ada
yang bersikap seenaknya dan ada juga yang terlalu fanatik, ada yang tidak
berani bertindak sendirian dan ada juga yang bertindak tidak peduli pada
kelompoknya. Kepribadian seseorang merupakan hasil percampuran semua unsur yang
berbeda-beda, itu merupakan kerangka unik dalam kepribadian individu. Kita
hidup di Negara yang terdiri dari beberapa pulau, beragam budaya dan bahasa.
dengan perbedaan khususnya dalam kepribadian seharusnya kita bisa menciptakan
lingkungan yang senantiasa aman dan nyaman tanpa adanya konflik. Konflik yang
terjadi berawal dari prasangka terhadap suatu individu maupun suatu kelompok
sosial dengan kelompok sosial lainnya, prasangka terjadi ketika individu
bertemu dengan orang lain yang mana muncul kontak sosial antara berbagai
individu di masyarakat. Prasangka dapat juga di garis bawahi sebagai sifat
positif, tetapi yang akan dibahas disini adalah prasangka yang lebih ke
negatif.
Karena sifat prasangka lebih cenderung kesifat yang negatif. Sikap
prasangka kebanyakan muncul berdasarkan dari pengalaman atau dari apa yang di
dengar, bahkan ada juga yang muncul dari fikiran sepintas atau hanya sekilas
saja dan kemudian disimpulkan sebagai sifat dari seluruh kelompok sosial atau
suku tertentu. Sebagai beberapa contoh prasangka yang berakibat pada konflik,
dalam hubungan identitas sosial pada remaja Ambon yang ditulis oleh Hira dan
Sri Fatmawari (2007) dalam, 2 konflik di Ambon diawali oleh peristiwa konflik
biasa antara dua orang yang berbeda agama dan kemudian dimulai dengan
pembakaran beberapa rumah milik warga Kristen. Setelah tragedi tersebut,
terjadilah pertikaian dimana-mana di berbagai wilayah Ambon dan sekitarnya.
Saling membakar, saling membunuh, menembak merupakan pandangan seharihari.
Anggapan terhadap etnis Madura sebagai orang asing, walaupun dalam lingkungan
pendidikan terdapat berbagai etnis. Akan tetapi, rasa tidak aman justru timbul
terhadap mereka yang beretnis non Madura. Seperti kerusuhan yang terjadi di Kalimantan
tengah tidak lepas dari adanya dimensi etnis, berawal dari prasangka begitu
juga dikalangan Mahasiswa terdapat prasangka terhadap mereka yang beretnis
Madura. Menurut Dr. Slamet Santoso, 2010 (dalam David Krech dan Richard S.
Crutchfield), mengungkapkan bahwa prasangka sosial dibatasi sebagai hubungan
antara sikap dan keyakinan yang menjamin penempatan hal-hal dari sikap
keyakinan, pada yang menguntungkan atau tidak menguntungkan.
Hubungan antara sikap dan keyakinan merupakan hal yang penting
dalam bersosialisasi, ini dapat dilihat dari contoh diatas yang mana suatu
etnik yang berbeda berkumpul untuk menuntut ilmu. Membawa sikap atau etika dari
budaya masing-masing dan membawa keyakinan akan adanya perubahan dalam
bersosialisai, perubahan yang berlangsung secara bertahap melalui proses-proses
pembelajaran. Dari keterangan tersebut seharusnya tidak ada kata prasangka,
tetapi dilihat dari interaksi Mahasiswa yang timbul adalah menumbuhkan dan
mempertahankan hubungan dengan kelompok sendiri dari pada bersosialisasi dengan
orang yang berbeda etnik. Pengendalian diri terhadap suku yang menurutnya
sangat berbeda dengan sukunya, banyak 3 orang yang sering berprasangka terhadap
sesama, apa lagi terhadap orang asing yang belum pernah dia temui. Prasangka
etnis Muna terhadap etnis Tolaki yang didukung tingginya tingkat etnosentrisme
sebagai konsekuensi dari identitas etnik rata-rata pada kategori kuat, dalam
penelitian Ali, Indriawati dan Maskur (2010). Tanpa ada acuan, tanpa ada
pembuktian yang mengatakan bahwa mereka yang beretnik Madura jelek hanya
bersumber dari rumor atau kabar angin.
Menurut H. Abu Ahmadi
(1991), rumor merupakan berita yang berwujud lisan maupun tulis yang
berlangsung dari orang ke orang lain, pada hakikatnya belum ada pembuktian
kebenarannya. Sifat-sifat rumor itu adalah ketidaksenangan, kecemasan dan
ketakutan serta permusuhan. Dari sifat-sifat tersebut dapat menimbulkan
prasangka, dapat dilihat dari faktor penyebab timbulnya prasangka karena adanya
anggapan yang sudah menjadi pendapat umum atau kebiasaan dalam lingkungan.
Ketika prasangka muncul terhadap suku bangsa atau pada kelompok tertentu, maka
bisa jadi akan adanya pertentangan-pertentangan yang lebih luas lagi yang
mungkin selalu akan dibawa oleh kelompok atau individu tersebut dimanapun dia
berada. Bahkan bisa terjadi akan adanya pengucilan, pengasingan terhadap
kelompok atau etnis yang tidak disukainya. Sebagai suatu contoh : beberapa
peristiwa yang dialami hanya seorang saja bisa jadi akan bertambah luas yang
melibatkan banyak orang, kelompok yang sebenarnya tidak tahu apaapa akan
ikut-ikutan. Sehingga menimbulkan tindakan-tindakan kekerasan, sikap hati-hati
yang dapat menimbulkan kerugian. Identitas sosial merupakan salah satu bagian
dari bentuk prasangka sosial, salah satu bentuknya adalah streotip. Streotip
merupakan kategorisasi yang bersifat subyektif, dari identitas sosial kita
dapat melihat tingkat penerimaan dari individu terhadap individu lain 4 apakah
tinggi, sedang ataupun rendah. Penggolongan ini merupakan hubungan yang terjadi
diantara mereka berdasarkan identitas kelompok. Identitas sosial yang kuat akan
menyebabkan prasangka yang mengarah pada konflik, perbedaan etnis adalah salah
satu bentuknya. Perbedaan etnis antara Jawa terhadap etnis Madura, mereka yang
beretnis Jawa merasa kelompok mayoritas dan merasa kelompok yang berkuasa
dibandingkan dengan kelompok etnis Madura. Ketika berkumpul lebih memilih
sesama etnis dari pada berbeda etnis dengan alasan agar lebih nyambung dan
merasa nyaman, identitas seseorang berdasarkan kelompoknya akan mempengaruhi
dalam bersosialisasi, diantaranya oleh pengalaman, cara berfikir dan cara
bertindak.
Fenomena yang menarik dan dibahas dalam penelitain adalah Pada
kalangan mahasiswa khususnya di lingkungan Universitas sering kali kita melihat
adanya perbedaan yang sangat menonjol yang dapat mengundang persepsi yang
berbeda sehingga menimbulkan prasangka dan bahkan terjadinya konflik yang bisa
berlanjut diluar universitas dan melibatkan lingkungan sekitar. Padahal dengan
adanya perbedaan tersebut kita bisa mengenal sifat seseorang lewat komunikasi
ataupun dengan cara mereka bergaul. Permasalahan antara mahasiswa non Madura
terhadap etnis Madura di Universitas Islam Negeri Malang adalah anggapan yang
negatif terhadap etnis Madura, justru yang lebih banyak berprasangka adalah
mereka yang beretnis jawa walaupun tidak menutup kemungkinan dari etnis lain
selain Jawa mengatakan etnis Madura merupakan orang asing, dikalangan Ma’had
yang sering mencuri adalah mereka dari etnis Madura, orang Madura sangat
emosional dalam menanggapi masalah yang berakibat konflik. Sikap seperti ini
berdasarkan dalam pembatasan-penbatasan identitas etnik, mempersepsikan setiap
identitas kelompok kedalam penggolongan berdasarkan kesamaan kultur, kesamaan
bahasa bahkan watak dari kelompok etnik tersebut. 5 Batasan-batasan etnik
memunculkan prasangka, dengan membandingkan perbedaanperbedaan yang telah
dibandingkan sejak awal berkenal ataupun sejak mengenal identitas kelompok
lain. Perbedaan dalam budaya, pola pikir, sikap dan tingkah laku merupakan
dasar dalam menunjukkan perilaku prasangka sosial. Ini merupakan sikap individu
dalam mempertahankan identitas etnik masing-masing. Prasangka yang muncul pada
mahasiswa merupakan parangka ras, perbedaan ras inilah yang akan terbentuk
identitas sosial berupa kategisasi. Institusi sosial pada Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang merupakan sebagai tempat yang akan di
ungkap tentang tingkat prasangka mahasiswa terhadap etnis Madura. Sebagai
contoh, prasangka mahasiswa etnis Jawa terhadap mahasiswa yang beretnis Madura.
Entah itu berdasarkan bawaan atau hasutan maupun rumor, kebanyakan dari mereka
yang bersuku jawa akan selalu bersikap hati-hati terhadap mereka yang bersuku
Madura. Himpuanan dari kalangan mahasiswa akan tercipta berdasarkan kelompok
sosial atau etnis mereka masing-masing, mencari kelemahan dan keburukan
kelompok lain walaupun perbedaan itu tidak mencakup semuanya.
Seperti yang kita ketahui kekompakan akan tercipta ketika mereka
mengikuti suatu komunitas atau yang biasa disebut dengan kegiatan yang masih
dibawah lingkup kampus seperti ekstra dan intra kampus. Disana mahasiswa tidak
akan memandang bulu seseorang, yang terpenting adalah terciptanya tujuan dalam
keyakinan kebersamaan. Namun itu hanya bersifat sementara yang mana prasangka
itu akan kembali muncul ketika individu sudah berada diluar komunitas,
dikarenakan adanya sifat hati-hati dan bawaan serta hasutan seperti yang sudah
dijelaskan diatas. Pengaruh dari orang tua ketika ingin menuntut ilmu di luar
kota, penyampaian berupa pesan ketika anak akan memilih teman sebagi dunia
baru. “Hati-hati terhadap orang Madura”, pesan yang menyebutkan etnis merupakan
hal yang paling penting untuk dicerna oleh 6 kognitif anak, mengapa? Pertanyaan
yang selalu ada ketika mereka ingin mencari teman, situasi ini membuat anak
menaruh sikap yang lebih berhati-hati dan dalam berkenalan lebih memilih-milih.
Setiap individu belajar dari budayanya masing-masing, terutama dalam kemampuan
menggunakan bahasa. Dari budaya juga terciptanya kepribadian, dari budaya juga
terciptanya kebiasaan-kebiasaan sebagai pola sikap untuk berbuat dan merasakan
ketika berhubungan dengan orang yang berbeda etnis. Setiap mahasiswa yang
berbeda etnik pasti akan membutuhkan untuk mendapatkan respon emosional dari
orang yang berbeda etnik, respon emosional disini adalah repon yang baik dari
sikap individu yang berbeda etnik bukan respon yang dapat menimbulkan konflik.
Kemudian kebutuhan akan rasa aman ketika bersosialisasi, berinteraksi bukan
rasa menimbulkan takut. Kebutuhan akan pengalaman baru dari hasil berinteraksi
dengan sesama mahasiswa, agar tidak menimbulkan kejenuhan. Pengetahuan,
persepsi, kehendak, emosi, simpati, rasa aman dan harga diri menyebabkan adanya
beragam struktur kepribadian pada setiap manusia yang hidup di muka bumi ini
sepanjang hayatnya sehingga setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda
berdasarkan budaya masing-masing. Seluruh kompleks tingkah laku umum berwujud
polapola tindakan yang saling berkaitan dalam system sosial dalam budaya.
Prinsip kerukunan merupakan salah satu cara yang pantas untuk menciptakan dan
mempertahankan agar terciptanya kehidupan sosial yang harmonis, tanpa adanya
pertentangan, diskriminasi dan perselisihan.
Dikarenakan kehidupan sosial ini muncul dari individu yang memiliki
keunikan masing-masing dan dapat saling mempengaruhi satu sama lain yang mana
akan membawa perubahan dan perubahan-perubahan yang seharusnya 7 berarti. Hal
yang sama juga terjadi dalam dunia pendidikan khususnya dikalangan mahasiswa,
adanya prasangka dalam diri seorang mahasiswa akan membuat mereka membatasi
situasi yang bersangkut paut dengan subjek yang diprasangkainya. Rasa
kepercayaan merupakan yang terpenting dalam kehidupan sosial agar dapat
berjalan dengan baik dan terciptanya kekerabatan yang harmonis, rasa percaya
sangat sulit sekali bagi individu yang baru saling mengenal. Rasa tidak percaya
terhadap etnis Madura sebagai contohnya, banyak mahasiswa yang tidak percaya
kepada mereka yang bersuku Madura walaupun hanya dengan mengenal nama tempat
daerah dia tinggal. Anggapan buruk seperti itulah yang harus dihilangkan agar
tidak terjadinya konflik sesama mahasiswa, bersikap hati-hati ketika bergaul
dengan mereka yang bersuku Madura tidak semestinya harus seperti itu. Kita mengenal
orang dan bersosialisasi tidak seharusnya dilihat dari mana dia berasal, tetapi
bagaimana dia bisa diajak berkomunikasi dengan baik dan saling mengerti satu
sama lainnya. Dari berbagai keterangan diatas dapat diambil beberapa
kesimpulan, bahwa apa yang terjadi adalah adanya prasangka, prasangka terhadap
berbeda etnik yang terjadi pada mahasiswa ketika mereka saling berinteraksi di
universitas khususnya. Terjadinya prasangka dikarenakan adanya perbedaan etnik,
perbedaan kepribadian dari budaya yang dibawa sejak lahir. Prasangka ini juga
terjadi ketika mereka yang berbeda etnik datang dalam satu wadah di suatu
universitas, walaupun berdasarkan rumor atau tanpa pembuktian bahwa mereka yang
berbeda etnik itu mempunyai sikap yang jelek. Berkaitan dengan fenomena diatas,
maka peneliti tertarik untuk mengerti lebih jauh lagi tentang adanya prasangka
yang terjadi antara Mahasiswa etnis Jawa dengan Mahasiswa etnis Madura yang
berada di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang dan 8 mengambil
topik “Hubungan Identitas Sosial Mahasiswa Non Madura Terhadap Prasangka Pada
Mahasiswa Etnis Madura”.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah
yang diajukan dalam penelitian ini adalah seberapa besar hubungan identitas sosial
terhadap prasangka dikalangan mahasiswa yang berlainan etnis, yang dapat
dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat identitas sosial pada
mahasiswa non Madura terhadap etnis Madura di Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim Malang? 2. Bagaimana tingkat prasangka pada mahasiswa etnis non
Madura terhadap etnis Madura di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang? 3. Adakah hubungan tingkat identitas sosial terhadap perilaku prasangka
pada mahasiswa etnis non Madura terhadap etnis Madura di Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang?
C. Tujuan Masalah Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan
akan dilakukan penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat
prasangka pada mahasiswa etnis non Madura terhadap etnis Madura di Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2. Untuk mengetahui tingkat
identitas sosial pada mahasiswa non Madura terhadap etnis Madura di Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. 3. Untuk mengetahui hubungan tingkat identitas
sosial terhadap perilaku prasangka pada mahasiswa etnis non Madura terhadap
etnis Madura di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penulisan skripsi ini diharapkan
mempunyai manfaat yang bersifat teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1.
Manfaat teoritis, a. Penelitian ini diharapkan berguna untuk menganalisis
hubungan prasangka terhadap mahasiswa yang berbeda etnis. b. Sebagai menambah
wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang psikologi sosial maupun psikologi
kognitif. 2. Manfaat praktis, a. Bagi mahasiswa etnis Madura penelitian ini
dapat memberikan gambaran tentang bagaimana munculnya prasangka yang
ditimbulkan dari etnis jawa, begitu juga dengan mahasiswa etnis jawa dapat
mengerti perasaan etnis Madura akibat dari prasangka. b. Manfaat bagi peneliti,
peneliti dapat memahami prasangka dari segi ilmu maupun dari segi pengalaman
dan merupakan kontribusi penulisan dalam memperluas wacana tentang penyusunan
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Hubungan identitas sosial mahasiswa non Madura terhadap prasangka pada mahasiswa etnis Madura." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment