Abstract
INDONESIA:
Komitmen guru terhadap organisasi sekolah yaitu proses pada individu dalam mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan organisasi serta membuat individu memiliki keinginan untuk memelihara keanggotaannya dalam organisasi. Sehingga peran dan strategi kepala madrasah sangat dibutuhkan untuk mengembangkan komitmen guru dalam organisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk komitmen guru dalam organisasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Beji, Pasuruan, untuk mengetahui strategi Kepala Madrasah dalam membangun komitmen guru dalam organisasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Beji, Pasuruan serta untuk mengetahui dampak membangun komitmen dalam organisasi terhadap kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Beji, Pasuruan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif menggunakan studi kasus. Informan penelitian ini adalah kepala madrasah, wakil kepala madrasah dan guru MIN Beji, Pasuruan. Sedangkan metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawacara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Bentuk komitmen guru dalam organisasi yang dominan adalah komitmen afektif, diikuti komitmen normatif dan komitmen kontinue. 2) Kepala Madrasah memiliki strategi dalam membangun komitmen guru dalam organisasi yaitu a) menjalin hubungan yang baik dengan semua guru, staf atau karyawan serta wali murid, b) menjalin kerjasama dengan bermusyawarah, c) membagi tugas sesuai dengan keahlian guru, d) selalu mengingatkan visi, misi, tujuan madrasah, kedisiplinan, profesionalitas, loyalitas, dan tanggungjawab guru saat rapat, e) memberi motivasi dan perhatian kepada semua elemen madrasah, f) demokratis dan objektif, g) memberikan teladan bagi para guru melalui perilaku bukan dengan perkataan, serta h) menerapkan sistem reward dan punishment. 3) Dampak dari strategi kepala madrasah dalam membangun komitmen dalam organisasi terhadap kinerja guru yaitu a) meningkatnya kedisiplinan guru, b) meningkatnya kehadiran guru, c) meningkatnya prestasi guru pada ajang perlombaan, serta d) meningkatnya semangat kerja para guru sehingga pekerjaan selesai tepat waktu dan tertata rapi.
ENGLISH:
Teacher’s commitment for school organization is process at individual to identify their selves by values, rules, and organization goal and make someone have a desire for taking care for their member in the organization. So, principal having a role and strategy needed for developing teacher commitment in organization.
This research goal are to know teacher’s commitment type in organization in State Islamic Primary School Beji, to know principal’s strategy for developing teacher commitment in organization in State Islamic Primary School Beji, and to know impact of developing of commitmen in organization to teacher performance.
Approach that used for this research is qualitative approach those case stud. There’s subject is Principal, Vice Principal, and teachers of State Islamic Primary School Beji. And methode of data colection that use are interview, observation, and documentation.
The result show that 1) Teacher’s commitment type in organization in State Islamic Primary School Beji that dominat is Affective Commitment followed Normative Commitment and Continue Commitmen 2) Principal’s strategy for developing teacher commitment in organization in State Islamic Primary School Beji are a) making good interaction with all member of State Islamic Primary School Beji there are teachers, staff and the parent of student, b) making cooperation by discussion if there is programme or for resulfig problem in the State Islamic Primary School Beji, c) give duty according to teacher skill, d) always remember the visions, the missions, madrasah goal, discipline, profesionality, loyality, and the responsibility, e) giving motivation and attention to all madrasah member, f) democratic and objective, g) giving good example by doing without lot of words, and h) apply reward and punishment system. 3) Impact of developing of commitmen in organization to teacher performance are a) increased of teacher discipline, b) increased of attendance, c) increased of teacher performance for the contest, and d) increased of teacher’s work spirit so their work finish on time and according to schedule.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Konteks
Penelitian
Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar
untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara
mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar. Secara detail, dalam UU RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 (1) pendidikan
didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Syah, 2012: 1). Sejalan dengan
tantangan kehidupan global, pendidikan merupakan sesuatu yang urgen karena
pendidikan merupakan salah satu penentu mutu sumber daya manusia (SDM). Dewasa
ini keunggulan suatu bangsa tidak lagi ditandai dengan melimpahnya kekayaan
alam, tetapi juga pada keunggulan sumber daya manusia (SDM). Artinya mutu
sumber daya manusia (SDM) berkorelasi positif dengan mutu pendidikan yang eksis
di tengah bangsa tersebut (Wahab dan Umiarso, 2011: 138). Berdasarkan laporan
Pembangunan Manusia berjudul “Mempertahankan Kemajuan Manusia, Mengurangi
Kerentanan, dan Membangun Ketahanan”, yang dirilis pada tanggal 24 Juli 2014
oleh United 1 2 Nations Development Programme (UNDP), peringkat Indonesia di
tahun ini tidak berubah dari tahun sebelumnya yakni pada posisi 108 dari 187
negara. Dimana laporan ini secara komprehensif menjelaskan kinerja
negara-negara dalam menjaga kesejahteraan warganya. Dengan menggunakan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), yaitu kombinasi dari indikator-indikator seperti
kesehatan, kekayaan dan pendidikan (UNDP, 2014). Perkembangan pendidikan
Indonesia masih tertinggal bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang
lainnya. Berdasarkan Education For All Global Monitoring Reportpada tahun 2012
yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahun dan berisi hasil pemantauan
pendidikan dunia, dari 120 negara, Education Development Index (EDI) Indonesia
berada pada posisi ke-64 (Harahap, 2014). Dalam dunia pendidikan, sekolah atau
madrasah merupakan sebuah lembaga pendidikan formal. Sekolah atau madrasah
adalah tempat berlangsungnya sebuah aktivitas untuk memperoleh pengetahuan,
dimana terdapat kepala sekolah atau madrasah, guru, staf dan peserta didik.
Ketercapaian mutu dan tujuan pendidikan sangat bergantung pada kecakapandan
kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah atau madrasah dalam mengelola segenap
sumberdaya untuk mencapai tujuan sekolah. Kepala sekolah merupakan pemimpin
pendidikan di sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Hal tersebut sejalan
dengan pemikiran Surosubroto (dalam Wahab dan Umiarso, 2011: 139), yang
menyatakan bahwa ketercapaian tujuan pendidikan 3 sangat bergantung pada
kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah
satu pemimpin pendidikan. Kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan harus
dapat mengenal dan mengerti berbagai kedudukan, keadaan dan apa yang diinginkan
baik oleh guru maupun karyawan. Sehingga dengan kerjasama yang baik menghasilkan
pikiran yang harmonis dalam usaha perbaikan sekolah. Kegagalan mencerminkan
kurang berhasilnya strategi, perilaku, serta peranan kepemimpinan seorang
kepala sekolah. Semua ini perlu menjadi bahan timbangan bagi seorang kepala
sekolah untuk menggerakkan seluruh anggota yang dipimpinnya. Kepemimpinan yang
baik tentunya sangat berdampak pada tercapai tidaknya tujuan organisasi karena
pemimpin memiliki pengaruh terhadap kinerja yang dipimpinnya. Kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan merupakan bagian dari
kepemimpinan (Nurkolis, 2005: 154). Strategi kepala sekolah akan berhasil
apabila memahami keberadaan sekolah sebagai organisasi yang kompleks dan unik,
serta mampu melaksanakan peranan kepala sekolah sebagai seorang yang diberi tanggung
jawab untuk memimpin sekolah. Kepala sekolah mempunyai peranan pimpinan yang
sangat berpengaruh di lingkungan sekolah yang menjadi tanggung jawabnya. Tugas
kepala sekolah selaku pemimpin ialah membantu para guru mengembangkan
kesanggupan-kesanggupan mereka secara maksimal dan menciptakan suasana hidup
sekolah yang sehat yang mendorong guru, karyawan tata usaha, muridmurid dan
orang tua murid untuk mempersatukan kehendak, pikiran dan 4 tindakan dalam
kegiatan-kegiatan kerja sama yang efektif bagi terciptanya tujuan-tujuan
sekolah (Purwanto, 2008: 73-73). Kepala sekolah bertugas mengatur semua sumber
organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai
tujuan pendidikan. Kepala sekolah harus memahami kebutuhan sekolah yang dipimpin,
sehingga komitmen guru terhadap organisasi tumbuh dan berkembang dengan baik.
Dan untuk mencapai tujuan sekolah atau madrasah, kepala sekolah atau madrasah
bertanggung jawab untuk memenuhi atau menyediakan dukungan yang diperlukan oleh
para guru, staf, dan siswa, baik berupa dana, peralatan, waktu, bahkan suasana
yang mendukung.Kepala sekolah adalah leader dan motivator di dalam suatu
sekolahan. Sebagai kepala sekolah dituntut untuk mampu melakukan sebuah
perubahan dan terobosan guna peningkatkan mutu dan kualitas sekolahan. Jika
setiap sekolah memiliki mutu yang bagus, maka kualitas pendidikan yang
diharapkan akan cepat terlaksana. Berdasarkan data dari Kemendiknas tahun 2010,
dari sisi kualitas guru dan komitmen mengajar terdapat lebih dari 54% guru
memiliki standar kualifikasi yang perlu ditingkatkan (Yayasan Sampoerna, 2014).
Guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada
jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika guru memiliki
derajat profesionalitas tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran,
kecakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik
tertentu serta komitmen terhadap pekerjannya yaitu mencapai 5 tujuan yang
berkualitas bagi semua melalui pendanaan publikdan regulasi sistem yang tepat
(Danim, 2010: 17). Untuk melaksanakan profesinya, tenaga pendidik khususnya
guru sangat memerlukan komitmen terhadap lembaga sekolah sebagai sebuah
organisasi. Organisasi sebagai arena atau kesatuan sosial dimana manusia secara
sadar dan bersama-sama melaksanakan tugas-tugas yang kompleks untuk mencapai
tujuan bersama (Wahab, 2008: 5). Organisasi juga merupakan suatu wadah atau
setiap bentuk perserikatan kerjasama manusia (didalamnya) ada struktur
organisasi, pembagian tugas, hak dan tanggung jawab untuk mencapai tujuan
bersama (Sulistyorini, 2009: 252). Komitmen organisasi sudah banyak diteliti,
terutama pada karyawan di sebuah perusahaan. Namun, pada penelitian ini
peneliti tertarik untuk meneliti bagiamana strategi kepala madrasah dalam
membangun komitmen guru dalam organisasi di sebuah Lembaga Pendidikan Islam
Formal.
Penelitian yang dilakukan oleh
Widodo (2008: 160) menghasilkan beberapa upaya untuk meningkatkan komitmen
organisasi, antara lain: upaya peningkatan komitmen yang pertama membangun atau
meningkatkan variabel manfaat hubungan, ke dua dengan membangun atau
meningkatkan variabel kemampuan menghargai, ke tiga dengan membangun atau
meningkatkan variabel kepercayaan, ke empat dipengaruhi oleh kepercayaan yang
dibangun oleh variabel kualitas komunikasi ke lima dipengaruhi oleh kepercayaan
yang dibangun oleh variabel kemampuan menghargai. Menurut Mowday (dalam Sopiah
2008: 155), komitmen organisasi merupakan dimensi perilaku penting yang dapat
digunakan untuk menilai kecenderungan guru atau karyawan untuk bertahan 6
sebagai anggota organisasi serta keinginan yang kuat untuk mempertahankan
keanggotaannya dalam organisasi serta bersedia dan berusaha keras bagi
pencapaian tujuan organisasi. Madrasah Ibtidaiyah Negeri Beji adalah sebuah
Lembaga Pendidikan Islam formal yang diolah Kementrian Agama Republik Indonesia
yang berarti juga sebuah organisasi lembaga pendidikan. Seperti layaknya
sekolah lain, di MIN Beji juga terdapat unsur-unsur yang berada di dalamnya
seperti kepala sekolah, guru, karyawan serta peserta didik. Komitmen guru
terhadap organisasi sangat dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi yang
sudah ditetapkan bersama dan dibutuhkan strategi pemimpin untuk membangun
komitmen organisasi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara, strategi kepala
madrasah dalam membangun komitmen guru dalam organisasi di antaranya adalah
menjalin hubungan yang baik dengan para guru, karyawan serta wali murid
sehingga terjalin rasa kebersamaan, kekeluargaan dan kerukunan, kepala madrasah
juga memberikan teladan bagi para guru melalui perilaku bukan hanya dengan
perkataan seperti datang lebih awal, pulang pada jam yang sudah ditetapkan
bahkan kepala madrasah pulang pada malam hari, selalu mengikuti kegiatan sholat
berjama’ah, serta mentaati peraturan yang dibuat seperti membuat surat
keterangan jika datang terlambat, pulang sebelum waktunya dan tidak masuk
kerja. Dari beberapa strategi tersebut komitmen guru terhadap organisasi atau
madrasah menunjukkan komitmen afektif, di mana komitmen afektif yang tinggi
berhubungan dengan turnorver yang rendah, ketidakhadiran rendah dan kinerja
lebih baik. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, 7 masih
terdapat guru yang tetap mengajar di sekolah tersebut. Guru-guru tersebut
mengajar sejak sebelum peneliti menjadi siswa disana sampai saat ini.
Berdasarkan hal tersebut Robbins dan Judge (2008: 100) mengatakan bahwa keadaan
dimana seorang individu memihak pada organisasi serta tujuan-tujuan dan
keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi merupakan
sebuah komitmen terhadap organisasi. Sedangkan Mathis dan Jackson (dalam
Sopiah, 2008: 155) mengatakan bahwa komitmen organisasi sebagai derajat di mana
anggota organisasi percaya dan mau menerima tujuantujuan organisasi dan akan
tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasinya. Dari hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa strategi pemimpin sangat mempengaruhi komitmen
organisasi. Menurut Gary Dessler (dalam Sopiah, 2008: 159-161) salah satu cara
yang bisa dilakukan untuk membangun komitmen pada organisasi salah satunya
adalah Get together. Yaitu mengadakan acara-acara yang melibatkan semua anggota
organisasi sehingga kebersamaan bisa terjalin. Misalnya, mengadakan event
rekreasi bersama keluarga, pertandingan olah raga, seni, dan lain-lain yang
dilakukan oleh semua anggota organisasi dan keluarganya. Namun, berdasarkan
hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan, sudah dua sampai tiga tahun
terakhir ini tidak melakukan liburan atau event yang melibatkan semua guru
(VS.JM.20), serta kurang adanya insentif atau reward yang diberikan kepala
sekolah kepada guru yang berprestasi. Sehingga, bukan tidak mungkin guru-guru
di MIN Beji mengalami kejenuhan dengan aktivitas mengajarnya sehingga
menimbulkan turunnya komitmen guru dalam organisasi. Menurut Hurlock (1980:
250-234), 8 ciri-ciri masa dewasa bukan hanya sebagai masa komitmen, tetapi
juga masa yang penuh dengan kejenuhan pada aktivitas yang dilakukan. Seperti
yang dikatakan oleh kepala madrasah, tugas yang utama adalah mengajar,
membimbing dan mengabdikan diri untuk negara, tugas tambahan seperti menjadi
kepala laboratorium, perpustakaan, menjadi wali kelas dan pembina
ekstrakulikuler yang dilakukan pada siang hari (VS.CN.8). Banyak sekali
kegiatan yang dilakukan oleh para guru. Dan juga terdapat guru yang berpindah
madrasah selama bekerja di MIN Beji (VS.HL.15). Menurut beberapa tokoh individu
yang mempunyai komitmen terhadap organisasinya maka tidak akan meninggalkan
organisasi dengan alasan apapun. Bagaimanapun sikap dan perasaan para guru di
MIN Beji terhadap organisasi sekolah menjadi sebuah landasan untuk dapat
berinteraksi sekaligus sebagai patokan mengenai seberapa jauh guru tersebut
merasa bersatu di dalam organisasi. Komitmen organisasi juga akan membuat
anggota organisasi melakukan tugas tanpa paksaan serta berkomitmen terhadap
tugas diluar tanggung jawabnya secara formal. Komitmen guru terhadap organisasi
sekolah mempunyai penekanan yang hampirsama yaitu proses pada individu dalam
mengidentifikasikan dirinya dengan nilai-nilai, aturan-aturan, dan tujuan
organisasi serta membuat individu memiliki keinginan untuk memelihara
keanggotaannya dalam organisasi. Dan di sinilah peran dan strategi kepala madrasah
sangat dibutuhkan untuk mengembangkan komitmen guru dalam organisasi.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas maka peneliti tertarik
meneliti tentang Strategi Kepala Madrasah dalam Membangun 9 Komitmen Guru dalam
Organisasi (Studi Kasus di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Beji, Pasuruan).
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Beji, Pasuruan. Dengan
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan bagi masyarakat
khususnya para dosen sebagai bahan pengajaran dan mahasiswa sebagai bahan
pengetahuan. Dan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Beji, Pasuruan dapat lebih
mengembangkan komitmen organisasi pada guru serta mempertahankan guru yang
memiliki komitmen organisasi.
B.
Fokus
Penelitian
Dari latar belakang yang telah dijelaskan di
atas maka peneliti menuliskan beberapa fokus penelitian. Fokus penelitian yang
diangkat peneliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk komitmen guru
dalam organisasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Beji, Pasuruan?
2. Bagaimana strategi Kepala Madrasah
dalam membangun komitmen guru dalam organisasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Beji, Pasuruan?
3. Bagaimana dampak membangun
komitmen organisasi terhadap kinerja guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Beji,
Pasuruan?
C.
Tujuan
Penelitian
Dari latar belakang yang telah
dijelaskan di atas maka peneliti menuliskan beberapa tujuan dari
penelitian,sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis
bentuk komitmen guru dalam organisasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Beji,
Pasuruan.
2. Untuk mendeskripsikan dan
menganalisis strategi Kepala Madrasah dalam membangun komitmen guru dalam
organisasi di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Beji, Pasuruan.
3. Untuk mendeskripsikan dan
menganalisis dampak membangun komitmen organisasi terhadap kinerja guru di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Beji, Pasuruan.
D. Manfaat Penelitian
Dari penelitian tentang komitmen organisasi
ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Secara praktis penelitian ini dapat
bermanfaat bagi: a. Lembaga yang telah memberikan waktu kepada peneliti dalam
hal ini adalah MIN Beji karena diharapkan dapat menjadi salah satu acuan atau
dokumen dalam berorganisasi di lembaga sekolah. b. Peneliti sebagai wawasan dan
pengalaman untuk mengetahui strategi kepala sekolah dalam membangunkomitmen
guru dalam organisasi. c. Menjadi masukan bagi kepala madrasah dan para guru
agar mampu meningkatkan komitmennya terhadap lembaga sekolah tempat bekerja.
2. Secara teoritis diharapkan dapat
memberi tambahan wawasan pengetahuan dalam khazanah ilmu Psikologi khususnya
Psikologi Pendidikan serta Psikologi Industri dan Organisasi tentang Strategi
Membangun Komitmen Organisasi. E. Keaslian Penelitian Kajian pustaka akan
banyak mengemukakan beberapa analisis teori yang ada hubungannya dengan pokok
permasalahan yang akan dijadikan 11 sebagai dasar dan pedoman untuk mengetahui
jawaban dari permasalahan tersebut. Keaslian penelitian ini memuat hasil
penelitian terdahulu dimana peneliti menemukan beberapa penelitian sebelumnya
yang telah membahas atau menguraikan tentang strategi dan komitmen organisasi
yang sesuai dengan tema penelitian yang diteliti peneliti saat ini. Fungsi
keaslian penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah judul yang diangkat oleh
peneliti sudah pernah diteliti atau belum. Jika sudah pernah, dimanakah letak
perbedaan dan persamaan penelitian tersebut sebagai tanda originalitas
penelitian. Dari hasil tinjauan pada penelitian sebelumnya, maka peneliti telah
menemukan adanya beberapa penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi dengan
pembahasan yang akan diteliti saat ini. Berdasarkan temuan yang telah dilakukan
peneliti terkait dengan keaslian penelitian, maka terdapat penelitian terdahulu
tentang komitmen organisasi, antara lain: 1. Widodo (2008): Upaya Peningkatan
Komitmen Organisasi. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah
tentang transformasi konsep pemasaran ke arah relationship marketing sebagai
usaha organisasi dalam menarik, memelihara dan meningkatkan hubungan dengan
pelanggan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitaif dan menghasilkan
beberapa upaya untuk meningkatkan komitmen organisasi, antara lain: upaya
peningkatan komitmen yang pertama membangun atau meningkatkan variabel manfaat
hubungan, ke dua dengan membangun atau meningkatkan variabel kemampuan
menghargai, ke tiga dengan membangun atau meningkatkan variabel kepercayaan, ke
empat upaya 12 peningkatan komitmen yang dipengaruhi oleh kepercayaan yang
dibangun oleh variabel kualitas komunikasi ke lima upaya peningkatan komitmen
yang dipengaruhi oleh kepercayaan yang dibangun oleh variabel kemampuan
menghargai. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan kali ini adalah
pada tempat dan metode. Pada penelitian kali ini peneliti memilih tempat
penelitian di sekolah dan menggunakan jenis penelitian kualitatif. 2. Nina
Sakina (2009): Komitmen Organisasi Karyawan Pada PT. Bank “X” Di Jakarta. Pada
penelitian ini masalah yang diangkat adalah tingkatkeluar masuk karyawan
(turnover) di PT Bank “X” relatif tinggi. Pada tahun 2006, tingkat turnover
karyawan sebesar 6,25 persen dengan berbagai alasan, seperti masalah gaji,
karir, lingkungan kerja dan kepemimpinan dalam organisasi. Penelitian ini
menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan hasilnya adalah bahwa secara umum
karyawan pada PT Bank “X” memiliki komitmen organisasi yang tergolong rendah.
Hasil ini mencerminkan bahwa secara umum karyawan memiliki keterikatan
emosional yang rendah terhadap organisasinya. Ikatan emosional ditunjukkan
dengan kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi, kesediaan untuk berusaha
sebaik mungkin demi kepentingan organisasi dan loyalitas terhadap organisasi.
Komitmen organisasi karyawan pada PTBank “X” yang dominan adalah komitmen
kontinu, diikuti dengan komitmen afektif dan normatif. Merujuk pada kondisi
secara umum yang tergolong memiliki komitmen rendah, makatemuan ini menunjukkan
bahwa secara umumkaryawan tidak akan merasa rugi jika meninggalkan perusahaan.
13 Gambaran komitmen organisasi karyawan berdasarkan informan penelitian
menunjukkan bahwa pria lebih tinggi komitmen organisasinya, semakin tinggi
usia, komitmen organisasinya semakintinggi, dalam status cerai lebih tinggi
komitmenorganisasi, semakin lama masa kerja semakin tinggi komitmennya, semakin
tinggi penghasilan komitmen organisasinya semakin tinggi, suku Batak lebih
tinggi komitmen organisasinya dibandingkan suku lain, mempuyai pasangan yang
bekerja sebagai karyawan lebih rendah komitmennya,dan semakin banyak jumlah
anak semakin tinggi komitmen organisasinya. Perbedaan dengan penelitian yang
akan dilakukan kali ini adalah pada tempat dan metode. Pada penelitian kali ini
peneliti memilih tempat penelitian di sekolah dan menggunakan jenis penelitian
kualitatif. Berikut paparan ringkas tabel originalitas penelitian peneliti:
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul Temuan Perbedaan 1. Widodo
(2008) Upaya Peningkatan Komitmen Organisasi Upaya peningkatan komitmen yaitu
membangun atau meningkatkan variabel manfaat hubungan, membangun atau
meningkatkan variabel kemampuan menghargai, membangun atau meningkatkan
variabel kepercayaan, dipengaruhi oleh kepercayaan yang dibangun oleh variabel
kualitas komunikasi dipengaruhi oleh kepercayaan yang Perbedaan dengan
penelitian yang akan dilakukan kali ini adalah pada tempat dan metode. Pada
penelitian kali ini peneliti memilih tempat penelitian di sekolah dan
menggunakan jenis penelitian kualitatif. 14 dibangun oleh variabel kemampuan
menghargai. 2. Nina Sakina (2009) Komitmen Organisasi Karyawan Pada PT.Bank “X”
DiJakarta Karyawan pada PT Bank “X” memiliki komitmen organisasi yang tergolong
rendah. Hasil ini mencerminkan bahwa secara umum karyawan memiliki keterikatan
emosionalyang rendah terhadap organisasinya. Ikatan emosional ditunjukkan
dengan kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi, kesediaan untuk berusaha
sebaik mungkin demi kepentingan organisasi dan loyalitas terhadap organisasi.
Komitmen organisasi karyawan pada PT Bank “X” yang dominan adalah komitmen
kontinu, diikuti dengan komitmen afektif dan normatif. Merujuk pada kondisi
secara umumyang tergolong memiliki komitmen rendah, maka temuan ini menunjukkan
bahwa secara umum karyawan tidak akan merasa rugi jika meninggalkan perusahaan.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan kali ini adalah pada tempat dan
metode. Pada penelitian kali ini peneliti memilih tempat penelitian di sekolah
dan menggunakan jenis penelitian kualitatif.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Strategi kepala madrasah dalam membangun komitmen guru dalam organisasi: Studi kasus di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Beji, Pasuruan." Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
No comments:
Post a Comment