Abstract
INDONESIA:
Kehamilan remaja perempuan sebelum menikah termasuk dalam kenakalan remaja dan dalam kehidupan sehari-hari dapat dikategorikan sebagai perilaku menyimpang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor coping remaja putri yang mengalami hamil diluar nikah. Penelitian ini juga meneliti bagaimana Emotional Focused Coping dan Problem Focused Coping yang dilakukan remaja putri yang menikah karena hamil sebelum menikah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, subyek yang diteliti adalah remaja putri yang menikah karena hamil sebelum menikah, dengan menggunakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara, sedangkan untuk mengecek kebenaran data yang telah diperoleh digunakan metode trianggulasi. Hasil penelitian menunjukan temuan bahwa coping remaja putri yang hamil sebelum menikah adalah subyek satu berhenti kuliah karena malu kepada teman-temannya subyek dua membicarakan kehamilannya kepada orangtuanya. Kata Kunci : Coping, Remaja
Putri, Hamil, Menikah
Putri, Hamil, Menikah
ENGLISH:
The pregnancy of young woman before married is a kind of juvenile delinquency and is included into deviate action. This research is aimed at identifying the factors of young woman’s “coping” who is pregnant before married. It is also projected to identify Emotional Focused Coping and Problem Focused Coping which is done by young women who get married for being prematurely pregnant. Subjecting young women who get married for being prematurely pregnant, this study employs a qualitative method with phenomenology approach. The data is collected through interview, and triangulation is also employed to make sure that the data is valid. It suggests that the “coping” of young woman who gets married for being prematurely pregnant is telling the pregnancy to her parents and quitting study for being ashamed to her mates. Key words: Coping, Young Woman, Pregnant, Get Married
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa
kanak-kanak ke masa remaja. Masa ini harus dilalui oleh setiap orang. Namun
ternyata tidak mudah dan banyak terdapt rintangan untuk dapat sukses melampaui
masa ini. Problem dalam kehidupan keluarga dapat menjadikan remaja mencari
tempat baru yang mampu menenangkan gundah hatinya. Hubungan pertemanan menjadi
salah satu alternatif remaja untuk menjalani masa sulitnya, sehingga akan mudah
bagi remaja terpengaruh oleh lingkungan pertemanan. Pengaruh yang positif
tentunya menjadi harapan dari orangtua dan keluarga. Sebaliknya pengaruh
negatif dari pertemanan remaja, misalnya dengan pergaulan bebas (free sex)
dapat berdampak pada terjadinya kehamilan yang tidak diharapkan. Selain
pergaulan bebas, peran media yang sangat mudah diakses oleh setiap orang tidak
terkecuali anak-anak dan remaja. Mereka dapat mengakses situs-situs porno dan
gambar-gambar mesum dengan mudah. Hal ini dapat berpengaruh pada rasa ingin
mencoba-coba atau bahkan dengan sadar ingin mempraktikkan apa yang mereka lihat
dengan alasan ingin memperoleh kenikmatan. Namun, mereka tidak menyadari
perbuatan yang dilakukan dapat menyebabkan kehamilan. Apabila kehamilan terjadi
maka timbul kepanikan, sehingga akhirnya mencari cara termudah untuk
menggugurkan kandungan melalui aborsi. 2 Menurut Boyke (2004), cinta dan seks
merupakan salah satuproblem terbesar remaja. Kenikmatan cinta dan seks yang
diinformasikan berbagai media mengakibatkan fantasi-fantasi seks berkembang
cepat. Jika tidak dibekali dengan nilai moral dan agama, bukan tidak mungkin
fantasi-fantasi seks itu disalurkan dan dibuktikan melalui perilaku seks bebas
atauseks pra nikah saat berpacaran. Di sinilah titik rawannya. Gairah seks yang
memuncak pada pria terjadi pada usia 18-20 tahun. Sementara saat itu,
merekamasih bersekolah atau kuliah sehingga tidak mungkin menikah. Data dari
BKKBN 2012 yaitu dari 3.600 remaja putri di Jakarta mengalami kehamilan diluar
nikah mencapai 20,9 persen. Mereka adalah para remaja yang usianya antara 17 -
24 tahun. Dan dari BKKBN jateng 2012, mencatat 37 % dari 100 remaja putri
terdapat 51 remaja putri yang pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Data
pusat informasi dan layanan remaja (PILAR) dan Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai kesehatan Reproduksi yaitu remaja
yang melakukan hubungan seksual dan hamil pranikah masih tinggi. Menurut
catatan PKBI, pada tahun 2010 sebanyak 379 (58%) remaja dari jumlah seluruh
remaja yang berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi di PILAR PKBI, yang
melakukan hubungan seksual pranikah mencapai 98 (26%), hamil pranikah mencapai
85 (21%). Dan pada tahun 2011 sebanyak 821 (28%) remaja dari jumlah seluruh remaja
yang berkonsultasi tentang kesehatan reproduksi di PILAR PKBI, yang melakukan
hubungan seksual pranikah mencapai 193 (20%), hamil pranikah 3 mencapai 79 (9%)
dan sebanyak 52% remaja yang melakukan hubungan seksual pranikah berkisar usia
15-19 tahun. (PILAR PKBI Jateng, 2012).
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia yaitu meningkatnya perilaku pergaulan bebas pada kalangan remaja,
salah satu faktor meningkatnya yaitu angka kelahiran pada remaja. Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), 2012. Mencatat setidaknya
setengah dari remaja Indonesia beresiko pernah melakukan hubungan intim. Angka
kehamilan di luar nikah pada remaja 3 usia 15-19 mengalami peningkatan. untuk
tahun 2007 yaitu 35 per 1000 remaja putri hamil di luar nikah dan meningkat
pada tahun 2012 menjadi 48 per 1000 remaja putri yang hamil di luar nikah. Di
Indonesia gejala-gejala yang mengkhawatirkan terkait dengan aborsi, jumlahnya
meningkat secara signifikan. Jumlah secara jelasnya pada pelaku aborsi sulit
untuk didata. Berdasarkan data perhimpunan obsterti dan genekologi (POGI)
menyebutkan, saat ini, setidaknya terdapat dua juta aborsi setiap tahun, di
mana 700.000 diantara adalah pengguguran yang disengaja. Selain aborsi spontan,
banyak aborsi dilakukan dengan cara tidak aman, terutama terhadap kasus-kasus
kehamilan diluar nikah dan akibat rendahnya pengetahuan masyarakat terhadap
resiko aborsi Beberapa data berikut menunjukkan gambaran fenomena tentang
perilaku hubungan seks pra nikah di kalangan remaja. Hasil survey Kesehatan
Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, BPS, 2004) menunjukkan bahwa remaja yang
setuju melakukan hubungan seks jika akan menikah mencapai16,2%, saling
mencintai sebanyak 12,0%, dan suka sama suka 12,3%.Meskipun jumlahnya tidak
terlalu besar, 4 namun sikap ’permisif’ ini bisamenjadi faktor pendorong remaja
untuk melakukan hubungan seks pra-nikah(www.bkkbn.com). Beberapa penelitian,
menemukan 21-30% remaja Indonesia di kotabesar seperti Bandung, Jakarta,
Yogyakarta telah melakukan hubungan sekspra-nikah. Ini adalah data yang
terungkap. Beberapa pakar berpendapat bahwaangka yang diperoleh melalui
penelitian itu hanyalah puncak dari sebuahgunung es, yang kakinya masih
terbenam dalam samudera (www.bkkbn.com).Saat ini jumlah remaja berusia 10-19
tahun di Indonesia sekitar22% atau sekitar 44 juta jiwa. Artinya satu dari lima
penduduk Indonesiaberusia remaja. Angka aborsi di kalangan remaja mencapai 700-
800 kasus pertahun. Tingkat kelahiran di kalangan remaja mencapai 11% dari
seluruhkelahiran, hanya 55% remaja yang mengetahui proses kehamilan
denganbenar, 42% mengetahui tentang HIV/ AIDS dan hanya 24% mengetahuitentang
PMS (Baseline Survey, 1999), dan remaja dalam hitungan tahun akanmenjadi orang
tua, pendidik, contoh dan panutan bagi anak-anaknya kelak Masa remaja adalah
usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, dan tidak lagi
merasa di bawah tingkat orang tua (Hurlock, 1998). Remaja dianggap memiliki
otonomi yang lebih besar dibandingkan dengan anak-anak. Mereka mampu mengambil
keputusankeputusan sendiri menyangkut dirinya dibandingkan anak-anak. Demikian
pula dalam menentukan perilakunya, remaja sering kali juga mengambil keputusan
sendiri. Perilaku remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor internal remaja
seperti pengetahuan, sikap, kepribadian, dan faktor eksternal remaja seperti
lingkungan tempat dirinya berada (Hidayana,2004). 5 Sementara itu, ada banyak
lingkungan yang diminati remaja yang dianggap mempunyai ‘daya tarik’.
Salah satu lingkungan tersebut
adalah lingkungan yang beresiko bagi masa depan remaja, yaitu relasi-relasi
seksual tanpa ikatan. Hubungan seks di kalangan para remaja merupakan masalah
yang semakin hari semakin mencemaskan. Ada dugaan bahwa terdapat kecenderungan
hubungan seks para remaja semakin meningkat tidak hanya di kota-kota besar,
melainkan juga di kota-kota kecil. Menurut Subakti (2008), banyak remaja telah
melakukan hubungan seks pranikah sehingga mengakibatkan kehamilan yang tidak
diinginkan. Situasi ini tentu saja sangat menyulitkan orang tua dan remaja yang
bersangkutan. Mengalami kehamilan pada masa remaja, bagaimana pun, pasti
menimbulkan konsekuensi yang sulit tidak saja bagi remaja yang bersangkutan,
tetapi juga bagi seluruh anggota keluarga yang lain. Beberapa remaja yang hamil
di luar nikah terpaksa diungsikan jauh dari keluarga untuk menutupi rasa malu
keluarga. Meskipun tindakan tersebut tidak menyelesaikan masalah, namun cara
ini dipandang lebih bijaksana dan memadai dibandingkan membiarkannya menjadi
cemoohan tetangga dan lingkungan. Kehamilan di luar nikah membuktikan bahwa
seorang remaja tidak dapat mengambil keputusan yang baik dalam pergaulannya.
Salah satu dampak negatif dari Ancaman perilaku seks pranikah di kalangan
remaja, khususnya di Desa Tanjungrejo, Kecamatan Bangorejo, Kab.Banyuwangi dan
sekitarnya berkembang semakin serius dengan makin longgarnya kontrol sosial
yang mereka terima. Jumlah remaja yang mengalami masalah perilaku seks pranikah
terus bertambah akibat pola hidup seks bebas, karena pada kenyataannya pengaruh
gaya seks bebas yang mereka terima jauh
lebih kuat dari kontrol yang mereka terima daripada pembinaan secara keagamaan
baik dari orang tua maupun mendapatkannya sendiri dari pengajianpengajian
agama.
Sementara itu tingkat pengawasan
dari pihak orang tua semakin bertambah longgar sehingga makin banyak remaja
yang terjebak perilaku seks pranikah karena berbagai pengaruh yang mereka
terima, baik dari teman, internet, dan pengaruh lingkungan secara umum.
Sekuat-kuatnya mental remaja untuk tak tergoda pada perilaku seks pranikah,
kalau terus-menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari
kontrol, tentu suatu saat akan tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam
itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang memang benteng mental dan
keagamaannya tak begitu kuat. Kehamilan remaja perempuan sebelum menikah
termasuk dalam kenakalan remaja dan dalam kehidupan sehari-hari dapat
dikategorikan sebagai perilaku menyimpang (Sarwono, 2005). Perilaku menyimpang
dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem
sosial. Perilaku menyimpang yang terjadi karena kurangnya kesadaran remaja akan
kehidupan mereka kedepan. Terbatasnya perhatian orang tua, pendidikan agama,
pengetahuan norma serta tidak membatasi pergaulan remaja akan meningkatkan
angka kenakalan remaja. Khususnya pada remaja perempuan membutuhkan perhatian
yang lebih dari kedua orang tuanya. Saat ini masalah seksualitas selalu menjadi
topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan
seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia.
Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks mahluk
hidup dapat terus bertahan hidup menjaga kelestarian keturunanya.
Masalah seksualitas di kalangan
remaja adalah 7 masalah yang cukup pelik untuk diatasi. Perkembangan seksual
itu muncul sebagai bagian dari perkembangan yang harus dijalani, namun, di sisi
lain, penyaluran hasrat seksual yang belum semestinya dilakukan dapat
menimbulkan dan berakibat yang serius, seperti kehamilan. Fenomena kehamilan
remaja perempuan saat ini sudah banyak kita jumpai di sekitar kita. Beberapa
faktor yang menyebabkan kehamilan pada remaja antara lain hubungan seks pada
masa subur, renggangnya hubungan antara remaja dengan orang tuanya, rendahnya
interaksi ditengah-tengah keluarga, keluarga yang tertutup terhadap informasi
seks dan seksualiatas, menabukan masalah seks dan seksualitas, kesibukan orang
tua (Surbakti, 2009). Perilaku coping merupakan upaya atau teknik individu
untuk menghadapi tuntutan internal maupun eksternal, yang dirasa mengancam atau
melebihi kemampuan yang dimilikinya. Perilaku coping dianggap sebagai
penyeimbang yang dapat membantu individu dalam melakukan penyesuaian psikis
maupun sosial (Lazarus dalam Isundariyana, 2005). Seseorang dalam menghadapi
setiap permasalahan mempunyai cara yang berbeda-beda, seperti penuturan Tika
Pratiwi (Program Sarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta2010) dalam
penilitianya bahwa ketakutan serta bayang-bayang kemarahan orang tua membuat
remaja putri tidak berani mengatakan hal yang sejujurnya pada orangtuanya dan
mencari solusi sendiri untuk mengatasi kehamilan.
menurutnya dengan melakukan aborsi dengan cara
aman tanpa ketahuan orang tuanya adalah solusi terbaik, serta selalu berharap
dukungan dari pasangannya untuk tetap berdiri disampingnya melewati masa-masa
pasca aborsi, sependapat dengan Latifah Husaini (Program Sarjana, Universitas
Gunadarma 2011) ia menuturkan, bila profesi 8 seseorang menjadi satu-satunya
jalan mencari uang untuk kehidupannya yang sudah jauh dari orang tua. Mengalami
hamil berkali-kali kemudian aborsi dilakukan untuk menyelamatkan pekerjaannya,
pilihan aborsi inilah yang dijadikan jalan keluar bagi seseorang untuk
mengatasi permasalahannya. Perbedaan perilaku coping itu dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti kondisi individu, karakteristik kepribadian, hubungan dengan
lingkungan sosial, strategi dalam melakukan coping, dan sosialkognitif
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis
diatas, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk-bentuk coping
yang dilakukan remaja putri yang menikah karena hamil sebelum menikah
2. Faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi coping pada remaja putri hamil sebelum menikah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana
bentuk-bentuk coping yang dilakukan remaja putri yang menikah karena hamil
sebelum menikah 2. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
coping pada remaja putri yang hamil sebelum menikah?
D. Batasan Masalah
Untuk memperoleh ruang lingkup yang
jelas, mudah dipahami dan terhindar dari persepsi yang salah dalam penulisan
skripsi ini, maka perlu adanya batasan masalah dalam pembahasan. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kekaburan obyek agar sesuai dengan arah dan tujuan
penelitian. Adapun batasan masalah sebagai berikut:
1. Obyek penelitian terfokus di desa
Tanjungrejo, kecamatan Bangorejo, kabupaten Banyuwangi
2. Parameter yang digunakan obyek
penelitian adalah remaja putri yang menikah pada usia 18-23 3. Karakterisasi
yang digunakan pada obyek penelitian adalah remaja putri yang menikah karena
hamil sebelum menikah 4. Usia pernikahan antara 0-2 Tahun
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan masukan pengetahuan bagi masyarakata tentang coping remaja putri
yang menikah karena hamil sebelum menikah, dan semoga dapat memberikan
sumbangan bagi ilmu Psikologi, khususnya Psikologi Sosial, Psikologi Remaja dan
Psikologi Perkawinan, terutama yang berkaitan dengan perkawinan yang disebabkan
hamil sebelum nikah. 10 dari penelitian ini, diharapkan dapat memberi manfaat
bagi para remaja mengenai faktor-faktor pendorong yang menimbulkan terjadinya
kehamilan sebelum nikah. Selain itu juga di harapkan dapat memberi manfaat bagi
para orang tua agar dapat lebih mewaspadai dan mengawasi pergaulan anak
remajanya, serta diharapkan dapat memberikan gambaran kepada masyarakat agar
lebih memperhatikan para remaja saat ini, terutama mengenai bahaya seks
pranikah yang dapat menyebabkan kehamilan pada remaja putri.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Coping remaja putri yang menikah karena hamil sebelum menikah: Studi fenomenologi di Desa Tanjungrejo, Bangorejo, Banyuwangi" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
1 comment:
adidas yeezy
nike lebron 11
100% real jordans for cheap
pandora jewelry
yeezy
nmd
nike huarache
nike air presto
golden goose
hermes handbags
Post a Comment