Abstract
INDONESIA:
Organisasi masa kini menghadapi satu dinamika dan lingkungan yang sedang berubah secara terus menerus, dimana dalam hal ini menghendaki organisasi untuk dapat menyesuaikan diri. Namun, orang sering kali menolak perubahan organisasi meskipun jika perubahan itu terjadi untuk alasan yang baik. Personal meaning diperlukan sebagai salah satu metode yang bisa digunakan untuk mengatasi penolakan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat personal meaning pada perubahan organisasi di SMK Cendika Bangsa Kepanjen, dan untuk mengetahui peran personal meaning pada perubahan organisasi di SMK Cendika Bangsa Kepanjen.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui peran antara variabel terikat yaitu perubahan organisasi dengan variabel bebas yaitu personal meaning di SMK Cendika Bangsa Kepanjen. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah pegawai sejumlah 36 orang. Metode pengumpulan data menggunakan skala personal meaning dan perubahan organisasi, yang masing- masing terdiri dari 24 item. Teknik analisa data dengan menggunakan analisa regresi linier sederhana.
Pada penelitian ini ditemukan bahwa 36 pegawai memiliki tingkat personal meaning yang tinggi yaitu sebesar 100%. Sedangkan pada tingkat perubahan organisasi ditemukan bahwa 35 pegawai memiliki tingkat perubahan organisasi yang tinggi yaitu sebesar 97,2% dan 1 pegawai pada tingkat yang sedang yaitu sebesar 2,8%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peran positif antara personal meaning pada perubahan organisasi di SMK Cendika Bangsa Kepanjen, hal ini ditunjukkan dengan nilai R yang merupakan simbol dari nilai koefisien korelasi. Nilai korelasi adalah 0,509. Nilai ini dapat diinterpretasikan bahwa hubungan kedua variabel penelitian ada di kategori kuat. Kemudian diperoleh nilai R Square atau koefisien determinasi (KD) yang menunjukkan bahwa variabel X (personal meaning) memiliki pengaruh kontribusi karena mempunyai nilai 25,9% terhadap variabel Y (perubahan organisasi) dan 74,1% lainnya bisa dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel X.
ENGLISH:
Nowadays Organizations face a dynamic and changing environment continuously, which in this case requires the organization to be able to adapt. However, people often resist organizational change even if its changing happens for a good reason. Personal meaning is required as one of the methods that can be used to overcome the rejection. This study aims to determine the level of personal meaning towards changes in the organization of Cendika Bangsa Vocational School, Kepanjen, and to determine the role of personal meaning towards changes in the organization of Cendika Bangsa Vocational School, Kepanjen.
The genre of this research is quantitative which aimed to determine the role of the dependent variable, especially in the changes of organization with the independent variables which is the personal meaning in Cendika Bangsa Vocational School, Kepanjen. The numbers of respondents in this study are 36 employees. The method of data collection is using personal meaning scale and organizational changes which for each consist of 24 items. Data analysis technique is using simple linear regression analysis.
This study found 36 employees had a high level of personal meaning that is equal to 100%. Likewise, the rate of organizational changes found 35 employees had a high level of organizational change in the amount of 97.2% and an employee in the level of medium which is 2.8%.
The results of this study showed that there was a positive role between personal meaning and the changes of organization in Cendika Bangsa Vocational School, Kepanjen. This is indicated by the value of R as a symbol of the value of the correlation coefficient. Correlation value is 0.509. This value can be interpreted that the relationship between the two variables of the study was the strong category. Then the obtained value of R Square or the coefficient of determination (CD), which indicates that the variable X (personal meaning) has the effect of contributions because it has 25.9% values towards the variable Y (change organization) and the other 74.1% values can be influenced by other factors outside the variable X.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan zaman pada masa sekarang juga
berbanding lurus dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Seiring
dengan berkembangnya keadaan tersebut, banyak perubahan yang terjadi di
masyarakat. Perubahan yang cukup terasa khususnya di Indonesia adalah perubahan
dalam bidang perekonomian, perindustrian, dan pendidikan. Pada masa depan,
hanya organisasi yang mampu mewujudkan perubahanlah yang akan lestari karena
berada pada kondisi siap menghadapi berbagai tantangan yang bentuk, jenis, dan
intensitasnya belum pernah terjadi sebelumnya (Siagian, 2004). Sumber utama
pemicu perubahan pada dasarnya berasal dari faktor internal dan eksternal suatu
organisasi. Umumnya, organisasi masa kini menghadapi satu dinamika dan
lingkungan yang sedang berubah secara terus menerus, dimana dalam hal ini
menghendaki organisasi untuk dapat menyesuaikan diri (Robbins, 2012). Secara
rinci Drucker (1993) menyebutkan beberapa sumber pembaruan suatu organisasi
dapat berasal dari : the unexpected, the incongruity, innovation based on
process need, changes in industry structure or market structure, demographics,
changes in perception mood and meaning, and new knowledge. Dari sumber utama
tuntutan pembaruan organisasi menurut Drucker tersebut, maka sumber perubahan
organisasi dapat berasal dari 2 kondisi internal dan eksternal yang tidak
diharapkan, munculnya ketidakwajaran, inovasi yang berdasarkan kebutuhan
proses, perubahan struktur industri atau struktur pasar, demografi, perubahan
persepsi, suasana dan makna serta pengetahuan baru. Kesemuanya ini akan
bermuara pada adanya tuntutan kepada organisasi untuk mengembangakan dirinya
(dalam Kreitner & Kinicki, 2000). Meningkatnya persaingan dan terobosan
yang menakjubkan dalam teknologi informasi memaksa organisasi untuk melakukan
perubahan.
Tingkat perubahan organisasi dan
sosial tentu saja semakin cepat. Survei yang dilakukan oleh Lopez (1996)
menunjukkan bahwa 750 perusahaan kesemuanya terlibat tidak dalam satu program
perubahan organisasi. Survey lainnya yang dilakukan oleh Laabs (1996)
menunjukkan dari 259 eksekutif mengindikasikan bahwa 84% memiliki satu
inisiatif perubahan yang sedang dilaksanakan, sementara hampir 50% memiliki
tiga atau lebih program perubahan yang sedang diimplementasikan (dalam Kreitner
& Kinicki, 2000). Seperti yang dijelaskan oleh Siagian (2004) bahwa
organisasi yang lebih baik adalah organisasi yang bersangkutan mencapai tujuan
dan berbagai sasarannya, bagaimanapun bentuknya, apapun strateginya, dalam
apapun ia bergerak dan tidak peduli besarannya. Salah satu bentuk kemajuan
teknologi dan industri adalah seperti yang disampaikan oleh Sekretaris
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah, Mustagfirin, di Jakarta, Jumat
(1/3/2013), kebutuhan industri terhadap teknisi kelas menengah sangat tinggi.
Kondisi demikian merupakan peluang bagi lulusan SMK untuk mendapatkan pekerjaan
di sektor industri. Setidaknya, 3 ada tiga keuntungan bisa diperoleh para siswa
lulusan SMK. Pertama, SMK berperan sebagai elevator atau tangga tercepat dari
masyarakat yang berasal dari kalangan kurang mampu untuk bisa menaikkan taraf
hidupnya. Kedua, lulusan SMK bisa memiliki pilihan dalam hidupnya. Setelah
lulus sekolah, mereka mempunyai pilihan untuk bekerja atau berwirausaha.
Ketiga, lanjut Mutagfirin, SMK mampu mendukung pertumbuhan ekonomi dan industri
di Indonesia (Kompas.com). Sejak lima tahun terakhir, arah kebijakan pendidikan
nasional mengalami perubahan. Salah satunya, rasio pendidikan kejuruan yang
bertambah dibanding jenjang SMA, yakni 60:40. Bersamaan dengan rasio SMK yang
bertambah ini, spektrum pendidikan kejuruan pun diperluas. Perluasan ini
terjadi dengan makin beragamnya kelompok kompetensi keahlian atau jurusan di
SMK. Hanya, orientasi kebijakan memperbanyak rasio sekolah kejuruan ini belum
sebanding dengan ketersiapan daya dukung yang ada, utamanya sarana prasarana
(Koran Pendidikan). Dalam hal ini, setiap SMK diharapkan bisa memenuhi
kebutuhan industri sesuai dengan perkembangan zaman, salah satunya adalah
dengan merubah pola organisasi pada SMK tersebut. Seperti yang disampaikan oleh
Robbins (2012) bahwa sebuah organisasi yang berhasil adalah sebuah institusi
yang dapat merubah cara dalam menghadapi persaingan.
Perusahaan-perusahaan tidak lagi mempunyai
pilihan, mereka harus berubah untuk tetap bertahan. Sayangnya, tidaklah mudah
untuk melaksanakan perubahan organisasi dengan sukses. Seperti yang dihadapi
oleh Lepore di Schwab, orang sering kali menolak perubahan organisasi 4
meskipun jika perubahan itu terjadi untuk alasan yang baik (Kreitner &
Kinicki, 2000). Pada umumnya, sulit bagi manusia guna untuk mencoba caracara
baru dalam melakukan sesuatu. Hal ini tepatnya karena merupakan karakteristik
dasar manusia bahwa sebagian besar karyawan tidak memiliki antusiasme terhadap
perubahan di tempat kerja Kreitner & Kinicki, 2000). Seperti yang
dijelaskan Robbins (2012), bahwa pada studi perilaku individu dan organisasi,
menjelaskan bahwa terdapat penolakan perubahan organisasi oleh individu dan
organisasinya. Penolakan terhadap perubahan ini bisa mengganggu proses adaptasi
dan kemajuan dalam perubahan tersebut. Salah satu dampak dari adanya penolakan
adalah penolakan yang dilakukan oleh individu yakni hilangnya loyalitas, sering
melakukan kesalahan dan sering tidak hadir dengan berbagai alasan (Robbins,
2012). Ramainya publikasi dan menjamurnya jurusan baru di beberapa Sekolah
Menengah Kejuruan seharusnya diikuti dengan profil kelayakan dan penjaminan
mutunya. Paling tidak, program keahlian harus terjamin sarana prasarana,
standar proses, dan prospek keterserapan lulusannya. Jika tidak, tentu akan
rentan merugikan masyarakat di kemudian hari.
Kelayakan sebuah jurusan Sekolah
Menengah Kejuran setidaknya harus tampak pada ketersediaan sarana prasarana dan
terpenuhinya kebutuhan alat dan bahan praktik dasar (Kompas.com) Dalam struktur
kurikulum SMK, pembelajaran praktik telah muncul sejak tahun kedua atau kelas
XI. Namun, berkaca pada pengalaman, pihak sekolah setidaknya membutuhkan waktu
lebih dari dua tahun untuk memenuhi standar sarana prasarana untuk mendukung
pembelajaran setiap 5 jurusan secara ideal. Di beberapa sekolah, investasi alat
yang sesuai standar untuk praktik keahlian dasar bahkan dilakukan dalam jangka
waktu panjang dan dilakukan setiap tahun (Kompas.com). Berdasarkan keterangan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa SMK yang melakukan
investasi alat dalam jangka waktu yang panjang.
Hal tersebut bisa menghambat siswa
dalam melakukan pembelajaran praktik. Hal-hal tersebut bisa menjadi salah satu
indikator penolakan yang dilakukan oleh organisasi, karena dalam memenuhi
standar sarana prasarana untuk mendukung pembelajaran, mereka cenderung
melakukan dalam waktu yang lama (Kompas.com) Untuk mengatasi penolakan yang
dilakukan inidividu maupun organisasi, terdapat beberapa strategi yang bisa
dilakukan. Dimana hal tersebut tentu tidak lepas dari peran para anggota
organisasi pada lembaga tersebut. Begitupun yang dialami oleh SMK Cendika Bangsa,
kehidupan masyarakat global yang penuh tantangan menuntut SMK Cendika Bangsa
dengan segenap potensi dan misi untuk mampu menempatkan diri dalam konteks
lingkungan strategis yang selalu berubah. Dalam hal ini, tentunya banyak hal
yang telah dilakukan oleh SMK Cendika Bangsa agar mampu bertahan dalam
persaingan global yang semakin kuat. Hal ini bisa dibuktikan dengan semakin
berkembangnya SMK Cendika Bangsa. Selain itu, dengan bertambahnya jumlah siswa
yang bersekolah di SMK Cendika Bangsa tiap tahunnya, membuktikan bahwa SMK
Cendika Bangsa merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dianggap mempunyai
nilai yang bermutu. Dengan berkembang dan bertambahnya jumlah siswa dalam waktu
yang singkat, 6 merupakan salah satu bentuk keberhasilan yang dicapai oleh SMK
Cendika Bangsa. Keberhasilan yang telah dicapai oleh lembaga pendidikan SMK
Cendika Bangsa ini tentunya tidak lepas dari peran para anggota organisasi pada
lembaga tersebut.
Dimana para anggota tersebut mau
bersama-sama berusaha keras untuk mencapai hasil yang diinginkan. Selain itu,
berhasil atau tidaknya suatu organisasi dibuktikan dengan kemampuannya bertahan
pada perubahan zaman. Sehingga suatu organisasi harus melakukan perubahan agar
mampu bertahan. Menurut Mohyi (1999), perubahan organisasi adalah perubahan
yang berkaitan dengan pengembangan, perbaikan maupun penyesuaian yang meliputi
struktur, teknologi, metode kerja maupun sistem manajemen suatu organisasi.
Perubahan tersebut dilakukan untuk memperbaiki kemampuan organisasi dalam
beradaptasi terhadap perubahan di lingkungannya. Kemudian, untuk merubah
perilaku para pekerja (Robbins, 2012). Perubahan organisasi yang dilakukan
bertujuan agar bergerak ke arah yang lebih baik dan menciptakan hasil yang
lebih efektif dan efisien sesuai tuntutan zaman. Selain itu, perubahan
organisasi dilakukan agar lebih menambah inovasi dan kerjasama antar anggota
semakin meningkat. Di dalam melakukan perubahan organisasi, perlu adanya agen
perubahan. Agen perubahan ini bisa saja seorang manajer atau nonmanajer, pegawai-pegawai
organisasi, atau konsultan luar (Robbins, 2012).
Banyak sumber perubahan
keorganisasian yang mendiskusikan tentang perubahan yang diperlukan di dalam
kultur organisasi, mencakup perubahan di dalam 7 kepercayaan dan nilai-nilai
anggota serta dalam cara menempatkan kepercayaan dan nilai-nilai tersebut.
Salah satu pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan orang, dimana menurut
pendekatan ini, perubahan organisasi dapat dilakukan dengan mengubah secara
langsung perilaku karyawan melalui pemusatan pada keterampilan, sikap, persepsi
dan pengharapan mereka, sehingga mereka akan melaksanakan tugas dengan lebih
efektif. Usaha mengubah perilaku dan sikap tersebut dapat diarahkan kepada
perseorangan, kelompok atau organisasi secara keseluruhan. Anggota yang tidak
memiliki kenyamanan pada suatu perubahan organisasi, maka akan cenderung
menghambat proses perubahan tersebut. Untuk itu perlu adanya strategi yang
dilakukan untuk mengatasi penolakan terhadap perubahan organisasi tersebut.
Selain itu, perlu adanya kesadaran pada diri individu pada organisasi tersebut
bahwa perubahan organisasi itu diperlukan untuk menuju arah yang lebih baik.
Individu perlu menyadari bahwa eksistensinya pada organisasi tersebut
dibutuhkan, agar perubahan organisasi yang dilakukan bisa selaras dengan
pemikiran para anggotanya dan tidak memaksakan kehendak. Kesadaran pada
individu ini bisa disebut dengan personal meaning. Reker (1996) menjelaskan
bahwa personal meaning memiliki tujuan dalam hidup, memiliki rasa arah, rasa
ketertiban dan alasan untuk eksistensi, rasa yang jelas dari identitas pribadi,
dan kesadaran sosial yang lebih besar. 8 Salah satu penelitian yang dilakukan
oleh Prawirodirdjo (2007) menyebutkan bahwa keberhasilan modernisasi yang
dilakukan Ditjen Pajak akan sangat bergantung pada kesadaran, pemahaman,
kesiapan dan kesanggupan para pegawai dalam beradaptasi dengan perubahan.
Perubahan pada Ditjen Pajak harus
memperhatikan dan melibatkan seluruh komponen yang ada termasuk pegawai. Untuk
itu pengelolaan sumber daya manusia menjadi bagian yang strategis dan
menentukan. Antara organisasi dan pegawai merupakan satu kesatuan yang memiliki
hubungan yang bersifat simultan dan harus seimbang. Artinya pada satu sisi,
pegawai harus dikelola dalam kerangka alur kepentingan organisasi, di sisi lain
kegiatan organisasi harus dapat memperhatikan kepentingan dan kebutuhan yang
diharapkan pegawai. Penelitian yang lain menunjukkan bahwa dalam profesi dan
praktik sosial lainnya tertanam makna diri secara luas, dan khususnya dalam
masyarakat dan tradisi di dalamnya. Demikian juga, partisipasi individu dalam
profesi sudah dibuktikan dalam kehidupan mereka. Kedua bentukbentuk
embeddedness aksen bagaimana makna diperkaya dan diperbesar sebagai komitmen
pribadi yang terhubung dengan masyarakat dan integritas kehidupan baik secara
keseluruhan. Keutamaan peran dalam mempromosikan manusia di masing-masing
tingkat: mempromosikan keunggulan dalam profesi, menyatukan kehidupan moral
yang baik, dan menjaga moral dan tradisi masyarakat. Dengan cara ini, makna,
bahkan rasa makna, memiliki dimensi obyektif karena terhubung dengan hal-hal
yang benar-benar manusiawi (termasuk lingkungan) (Martin, 2002). 9 Pada
penelitian tersebut menjelaskan bahwa jika seseorang mampu memahami apa itu
personal meaning dan mampu untuk menerapkannya, akan sangat membantu orang
tersebut dalam merubah sistem dalam organisasi. Apabila anggota organisasi
mampu memahami dan menyadari personal meaning pada dirinya, kemungkinan besar
perubahan yang dilakukan pada suatu organisasi tersebut bisa berjalan baik dan
tidak ada penolakan dari para anggotanya. Karena tujuan dari perubahan
organisasi itu sendiri adalah agar bergerak ke arah yang lebih baik dan
menciptakan hasil yang lebih efektif dan efisien sesuai tuntutan dan perubahan
zaman. Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas menunjukkan adanya
permasalahan dalam perubahan organisasi yang berkaitan dengan personal meaning.
Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian apakah
terdapat peran personal meaning pada perubahan organisasi di SMK Cendika Bangsa
Kepanjen. B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
maka rumusan masalah yang muncul adalah:
1. Bagaimana tingkat personal
meaning pegawai di SMK Cendika Bangsa Kepanjen?
2. Bagaimana tingkat perubahan
organisasi pegawai di SMK Cendika Bangsa Kepanjen? 3. Apakah terdapat peran
antara personal meaning terhadap perubahan organisasi di SMK Cendika Bangsa
Kepanjen?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui tingkat personal
meaning pegawai di SMK Cendika Bangsa Kepanjen.
2. Untuk mengetahui tingkat
perubahan organisasi pegawai di SMK Cendika Bangsa Kepanjen.
3. Untuk mengetahui adanya peran
antara personal meaning pada perubahan organisasi di SMK Cendika Bangsa
Kepanjen.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi pengembangan keilmuan baik dari aspek teoritis maupun
praktis, diantaranya:
1. Manfaat teoritis Dari segi teoritis,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada bidang psikologi dan
menambah hasil penelitian yang sudah ada, serta dapat memberikan gambaran peran
personal meaning pada perubahan organisasi.
2. Manfaat Praktis Dari segi praktis, hasil
penelitian diharapkan dapat memberikan informasi terutama pada lembaga
pendidikan, perusahaan, dan organisasi yang lain mengenai aspek-aspek saja yang
diperlukan dalam perubahan suatu organisasi. Kemudian bisa dijadikan kajian dan
contoh dalam melakukan perubahan organisasi agar organisasi yang dijalankan
mampu bertahan dalam perubahan zaman.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Peran personal meaning pada perubahan organisasi di SMK Cendika Bangsa Kepanjen" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah iniDOWNLOAD
No comments:
Post a Comment