Abstract
INDONESIA:
Setiap pemilu yang diselenggarakan oleh pemerintah selalu saja ditemukan istilah golput. Istilah ini tidak muncul secara tiba-tiba. Pada awalnya konsep golput merupakan sebuah bentuk kebebasan atas keditaktoran Penguasa, namun saat ini konsep golput lebih pada ketidakpercayaan, kekecewaan serta bentuk proses masyarakat terhadap proses demokrasi yang ada. Keberadaan golput ini akan menciderai system demokrasi Indonesia yang ada, sehingga beberapa kalangan sangat menyayangkan jika eksistensi golput dalam setiap pemilihan umum selalu meningkat. Kekhawatiran eksistensi golput juga dirasakan oleh ketua KPU Indonesia (Kamil Husni Malik) menjelang pemilu 2014 mendatang. Penelitian ini membahas jumlah kecenderungan perilaku golput serta factor-faktor apa saja yang menyebabkannya pada mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Malang.
Rancangan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Sedangkan pengambilan sampelnya menggunakan tehnik random sampling. Dari jumlah populasi 735 mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Malang sebanyak 110 atau 15% yang dijadikan sampel. Penelitian ini menggunakan bantuan SPSS 17 for windows.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 45,5% sampel memiliki kecenderungan berperilaku golput terhadap partai peserta pemilu 2014, sedangkan yang berkecenderungan mendapat hak pilihnya dalam perayaan pemilu 2014 berjumlah 54,5%. Fakta ini sebanding dengan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa lembaga survey, seperti : LPI, dll. Berdasarkan jenis kelamin, diketahui sebanyak 26,4% berjenis kelamin laki-laki, dan berjumlah 19.1% berjenis kelamin perempuan. data tersebu menunjukkan bahwa kecendrungan untuk berperilaku golput lebih banyak didominasi oleh mahasiswa yang berjenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan. Berdasarkan kategori semester diketahui sebanyak 7.3% pada semester 1, berjumlah 12.8% pada semester 3, berjumlah 4.6% pada semester 5, kemudian berjumlah 9.1% pada semester 7, berjumlah 7.3% juga pada semester 9, dan yang terakhir berjumlah 4.6% juga pada semester 11. Berdasarkan kategori usia diketahui berjumlah 3.6% pada usia 18th, berjumlah 14.6% pada usia 19th, kemudian berjumlah 5.5% pada usia 20th, berjumlah 8.2% pada usia 21th, sedangkan pada usia 22th berjumlah 4.5%, selanjutnya 6.4% di usia 23th, dan yang terakhir di usia 24th yaitu berjumlah 2.7%. fakta tersebut menunjukkan bahwa kecendrungan untuk berperilaku golput terhadap partai peserta pemilu 2014 cukuplah banyak. Rata-rata kecendrungannya pada aspek apatisme politik, sinisme politik, dan alienasi sebanyak 13.6%, sedangkan aspek Anomi berada pada lever tersedikit yakni 4.5%.
ENGLISH:
Every election held by the government always found the term vote. This term does not appear suddenly. At first the concept of non-voters is a form of freedom from dictatorships Ruler, but this time more on the concept of non-voters distrust, disappointment and shape the public against the existing democratic process. The existence of these non-voters would harm Indonesia's democratic system there, so some of the deeply regrets if the existence of non-voters in any election is always increasing. Concerns the existence of non-voters also felt by the chairman of the Indonesian Commission (Husni Kamil Malik) ahead of the 2014 elections. This study discusses the number of abstentions and behavioral tendencies what factors are causing the students of the Faculty of Psychology of UIN Malang.
The design of this study used a descriptive quantitative method . While taking the sample using random sampling techniques. Of the total population of 735 students of the Faculty of Psychology of UIN Malang, a total of 110 or 15 % of the sampled. This study used SPSS 17 for windows.
The results showed that there were 45.5% of the sample had a tendency to behave non-voters on the party participating in the election in 2014, while the tendency to get a vote in the election celebrations in 2014 amounted to 54.5 %. This fact comparable with the research that has been done by some survey organizations, such as: LPI, etc. By sex, 26.4 % is known as the male sex, and amounted to 19.1 % were female. these data indicate that the tendency to behave more abstentions dominated by student-sex males than females. Based on the category known as half of 7.3 % in the 1st half , amounted to 12.8 % in semester 3, amounted to 4.6% in the 5th semester , then amounted to 9.1 % in the 7th semester, totaling 7.3% also at half 9, and the latter amounted to 4.6 % also in semester 11. Based on the known age category amounted to 3.6% at the age of 18th, amounted to 14.6 % at the age of 19th, then amounted to 5.5% at the age of 20th, amounted to 8.2% at the age of 21th, while the 22th age amounted to 4.5 %, then 6.4% at age 23 years, and the latter at the age of 24 years which amounted to 2.7%. The facts show that the tendency to behave non-voters on the party participating in the election in 2014 is sufficient lot. Average inclination on aspects of political apathy, political cynicism, and alienation as much as 13.6 %, whereas anomie aspects are the fewest in the liver 4.5 %.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam setiap perhelatan akbar pemilihan umum (pemilu) di dunia
manapun selalu saja dijumpai sekelompok masyarakat yang tidak menentukan
pilihannya alias golongan putih (golput), baik itu dalam pemilihan kepala
daerah (pilkada), pemilihan legislatif (pileg), maupun pemilihan presiden
(pilpres). Golput merupakan bentuk transformasi politik masyarakat yang kecewa
terhadap sistem dan iklim politik dalam roda pemerintahan.1 Golput juga bisa dimaknai
sebagai Suatu yang secara sengaja tidak mau didaftarkan sebagai pemilih dan
atau tidak mau menggunakan hak pilihnya dalam perayaan pemilihan umum.
Kaitannya dengan hal diatas, bahwa setiap warga negara dan penduduk berhak
untuk berserikat dan berkumpul, serta mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun
tulisan, dan sebagainya.2 Hal ini juga didukung dengan peraturan yang
menyatakan bahwa setiap Warga Negara Republik Indonesia berhak menggunakan Hak
pilihnya pada prosesi Pemilihan Umum secara jujur dan adil. Setiap warga Negara
yang pada hari dan tanggal pemungutan suara pemilu telah genap berumur 17
(tujuh belas) tahun atau lebih dan/atau sudah/pernah kawin mempunyai hak
memilih.3 1 Wahid, KH.Abdurrahman+Halim HD.2009.mengapa kami memilih
golput.Sagon.Jakarta hal 98 2 UUD 1945 pada pasal 28 3 Peraturan KPU nomor 12
tahun 2010 BAB I pasal 2 & 3 Untuk dapat menggunakan hak memilih dalam
Warga Negara Republik Indonesia harus terdaftar sebagai pemilih. Pemilih
sebagaimana dimaksud harus memenuhi syarat sebagai berikut : a. nyata-nyata
tidak sedang terganggu jiwa/ingatannya. b. tidak sedang dicabut hak pilihnya
berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap; dan
c. berdomisili di daerah pemilihan sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sebelum
disahkannya daftar pemilih sementara yang dibuktikan dengan Kartu Tanda
Penduduk atau dokumen kependudukan dari instansi yang berwenang.4 Pemilihan
umum 2014 ditanah air semakin berpotensi tak berkualitas, menyusul rendahnya
kemauan masyarakat untuk menggunakan hak pilih. Perilaku elit partai negeri
yang tak mampu mengatasi masalah bangsa ini, menjadi penyebab utama apatisme
masyarakat pemilih menggunakan hak demokrasi tersebut.
Rendahnya kemauan masyarakat pemilih untuk menggunakan hak pilihnya
sudah pada level sangat mengkhawatirkan. Potensi golput bisa melebihi 50 persen
pada tahun 2014. Golput lebih dipilih daripada memilih partai politik atau
pemimpin, sebab pada ujungnya parpol maupun pemimpin tidak bisa menepati
janjinya untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi bangsa. Sebagai
contoh kecil; kita dapat lihat dari angka partisipasi politik masyarakat dalam
pilkada Sumatra utara yang hanya mancapai 55% partipasi masyarakat untuk
menggunakan hak pilihnya.6 4 Peraturan KPU nomor 12 tahun 2010 BAB I pasal 4
ayat 1 & 2 5 Pernyataan ketua DPD irman gusman dalam Forum Rektor Indonesia
dikampus Surakarta, Jateng 10/05/2014 yang diambil dari http://fri.or.id 6
Pernyataan Irman gusman yang diambil dari http://www.suarakarya-online.com
Berita dari pilkada yang diselenggarakan KPUD kota Malang tercatat jumlah angka
golput pada masyarakat kota malang pada pilwali 2013 ini mencapai 30% dari
jumlah total pemilih.7 Sedangkan data lain menunjukkan bahwa angka golput
mencapai 34% dari jumlah daftar pemilih tetap yakni 612.569 pemilih dan yang
datang menuju TPS sejumlah 399.025 pemilih.8 Berdasarkan penelitian sebelumnya
yang dilakukan Institute Pertanian Bogor (IPB) mengungkapkan bahwa dalam
memilih calon walikota Bogor, ada sebesar 30,2% responden memilih belum tahu.
Hal ini dikarenakan responden melum mengetahui calon walikotanya sehingga belum
menentukan pilihannya. Selain itu, dalam menentukan pilihannya masyarakat kota
bogor juga melihat apakah calon walikota tersebut diusung oleh partai
pilihannya atau tidak. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat loyalitas masyarakat
kota Bogor masih cukup tinggi terhadap partai politik.9 Sejalan dengan hal
tersebut bahwa KPU mengutarakan kekhawatirannya terhadap angka golput pada
pemilu 2014 mendatang. KPU menengarai, kalangan mahasiswa berpotensi menjadi
pemicu golput yang berpengaruh signifikan ke masyarakat secara luas. Sebab
mahasiswa lah yang selama ini paling getol meneriakkan golput. Seperti yang
pernah diutarakan oleh ketua KPU Indonesia : “saat ini, ada tren penurunanan
partisipasi masyarakat dari pemilu ke pemilu. Pemilu tahun 1999, tingkat
partipasi masyarakat masih cukup tinggi mencapai 93,30 persen, menurun menjadi
84,07 7 Laporan kompas ATV Batu Malang tentang Kemenangan Aji dalam pilwali
kota malang pada hari rabu, 29/05/2013 pukul 15.15 WIB 8 Data diakses dari
situs www.memoarema.com>beranda>kotamalang pada rabu, 29/05/2013 pukul
16.52 WIB 9 Hermawan. 2008.
Analisis Preferensi Masyarakat Kota Bogor Terhadap Calon Walikota
2009- 2014. (Skripsi) Institute Pertanian Bogor (IPB). Hal 7 persen pada pemilu
2004 dan terus menurun menjadi 70,09 persen pada pemilu 2009”. 10 Menurunnya
partisipasi masyarakat dalam prosesi Pemilihan Umum di tengarai dengan
meningkatnya angka golput yang disuarakan oleh mahasiswa. Mahasiswa yang dalam
hal ini memiliki peranan vital dalam perayaan pesta demokrasi merasa kurang
dianggap oleh para pemangku kebijakan yang dalam hal ini adalah pemerintah.
Alasan kekecewaan menjadi salah satu permasalahan yang terjadi. Sehingga angka
golput menjadi sangat meningkat dari tahun ke tahun. Fakta lapangan menunjukkan
bahwa ada beberapa hal yang memicu terjadinya angka golput selalu meningkat di
masyarakat, terlebih pada tataran mahasiswa. Terbukti dalam pemilihan gubernur
yang baru diselenggarakan oleh KPU Jawa Timur pada tanggal 29 agustus 2013
kemarin, tercatat ada sekitar 43% angka golput. Angka ini meningkat sekitar 6%
dari pemilihan gubernur jatim yang dilakukan pada tahun 2008 yakni sekitar 28%
pada putaran pertama, lalu 37% pada putaran kedua. Kemudian alasan mereka
memilih untuk menjadi golput diantaranya karena : a), kuliah/kerja. b), tidak
mengetahui jadwal pemilihan. c), bingung memilih siapa. d), tidak percaya
terhadap calon dan partainya. e), tidak mendapatkan surat panggilan.11 Hal yang
sama juga pernah diungkapkan oleh Prof. Dr. Imam Suprayogo yang saat itu masih
manjabat sebagai rektor Uin Maliki Malang, beliau mengatakan bahwa tingginya
angka golput pada setiap perhelatan pemilihan 10 Pernyataan Husni Kamil Manik
saat memberikan Kuliah Umum di Universitas Haluoloe (Unhalu), Kendari, Sulteng,
diakses dari http:// www.google.com/news.detik.com pada senin, 18/2/2013 11
Data diakses dari situs www.pasuruhankab.go.id/berita.golput.jatim pada haru
rabu 4 september 2013 pukul 16:22 WIB umum ditengarai juga oleh pemahaman
politik mayoritas rakyat pemilih jatim yang semakin meningkat.
Masyarakat luas yang selama ini disebut sebagai rakyat, wong cilik,
dan semacamnya, dengan mata hati melihat apakah pilgub jatim ini memilih
pejabat (gubernir dan wakil gubernur), merasa aneh, pejabat kok dipilih,
ujarnya. Menurutnya, selama ini anggapan di tengah masyarakat, pejabat itu
identik dengan sosok penguasa yang berbaju safari, setiap tahun membagi-bagi
anggaran. Lalu jika yang tampak dimasyarakat seperti itu, muncul anggapan, buat
apa repot-repot ikut pilgub dan sebagainya.12 Mengacu pada peranan mahasiswa
dalam hal ini sangatlah diperlukan, karena salah satu peran mahasiswa dalam
masyarakat adalah sebagai agent of change yakni pembawa perubahan dan juga sebagai
agent of control yakni sebagai pengendali atau kontrol kebijakan pemerintah.
Namun apa jadinya bila sang pembawa perubahan dan pengendali kebijakan tersebut
bertolak belakang dengan peranan tersebut, dan justru menjadi pemicu terjadinya
golput pada pemilu yang diselenggarakan. Akankah membawa dampak yang begitu
besar terhadap pelaksanaan demokrasi di Indonesia? Bagaimana perubahan yang
akan terjadi? Masih layakkah mahasiswa disebut sebagai manusia yang memiliki
kedua peran tersebut? Kemudian apa jadinya bila berjalannya demokrasi ini tanpa
mahasiswa? Dan lain sebagainya. Sependapat dengan hal itu, pernyataan yang sama
juga disampaikan oleh Ketua KPU Indonesia yang berbunyi: “Saat ini di Indonesia
terdapat sekitar 2.647 perguruan tinggi baik negeri maupun seasta dengan jumlah
dosen sekitar 270.000 orang dan mahasiswa 4.273.000 kumpulan kaum intelektual
dalam jumlah 12 Data diakses dari jaringan pemilih dan pendukung calon presiden
independen Indonesia yang ada di situs www.suarapembaharuan.com/capresindy.blogspot.com
pada tanggal 05 setember 2013 yang besar ini merupakan kekuatan yang maha
dahsyat untuk melakukan perubahan sosial di tengah-tengah masyarakat”.
Namun melihat kondisi yang
terjadi belakangan terakhir sangatlah bertolak belakang dengan inisiatif
pemerintah untuk mengadakan pemilihan umum seperti yang tertera dalam peraturan
yang telah disebutkan. Bahwa masih ditemukan adanya beberapa mahasiswa atau
warga Negara Indonesia (WNI) yang tidak menggunakan Hak Pilihnya (golput) dalam
perayaan pesta demokrasi yang diselenggarakan. Fakta lapangan menunjukkan bahwa
mahasiswa adalah pemegang golput tertinggi dibandingkan elemen – elemen lain.
Mahasiswa mengatakan bahwa tidak memilih adalah sebuah pilihan.14 Kondisi ini
juga dibenarkan oleh salah satu mahasiswa pengurus organisasi intra kampus UIN
Malang, ia mengatakan bahwa bukan cuma mereka saja (yang telah disebutkan
diatas) yang merasakan hal yang sama terkait pemilihan umum yang
diselenggarakan pemerintah, dan diperkirakan masih banyak lagi mahasiswa lainnya
yang memilih untuk golput daripada ikut memilih dengan menggunakan hak pilihnya
dalam setiap perayaan pemilu yang diselenggarakan.15 Fenomena ini sangatlah
mengkhawatirkan, terlebih jika kita lihat dari pengalaman tahun 1999 sampai
2009, angka ketidak ikutsertaan masyarakat dalam perayaaan pesta demokrasi atau
golput tersebut semakin meningkat. hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan
ketua KPU 2014.16 13 Pernyataan Husni Kamil Manik saat memberikan kuliah umum
di universitas haluoloe (unhalu), kendari, sulteng 14 Wawancara hari sabtu
tanggal 20/04/2013 pukul 14.00 WIB di bawah parkiran perpus Pusat UIN malang 15
Hasil tanya jawab pada pukul 21.00 WIB hari rabu tanggal 01 mei 2013 di
organisasi X. 16 Ibid 2&3 Kaitannya dengan golput bahwa fenomena golput
(non vooter) merupakan salah satu bagian dari kajian psikologis yang
menjelaskan bahwa golput adalah aktifitas psikologis yang tak toleran, otoriter
dan acuh, perasaan tidak aman, perasaan kawatir, dan sejenisnya cenderung
perilaku politiknya abstain (golput). Sebab apa yang diperjuangkan oleh
kandidat atau partai tidak selamanya sejalan dengan kepribadian tersebut.
Pribadi-pribadi tak toleran
cenderung menarik diri dari pentas politik. Maka perilaku apatis merupakan dari
pribadi yang otoriter.17 Disisi lain Keberadaan partai politik (parpol) hampir
selalu dapat dijumpai di setiap negara sebagai suatu kreasi dan manifestasi
sistem politik modern atau menuju modernisasi sebagai respon untuk memperluas
hak-hak pilih.18 Parpol adalah sekelompok manusia yang mempunyai doktrin
politik yang sama. Partai politik adalah pendapat yang diorganisasi.19 Partai
politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok
warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita
untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat,
bangsa dan Negara, serta memelihara keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945.20
Adanya partai politik memang tak bisa terlepas dari unsur psikologis yang ada
didalamnya. Seperti gaya kepemimpinan kader partai, moralitas dan etika partai,
dan lain sebagainya. seperti yang dirilis oleh salah satu media akhir-akhir 17
Mardatillah. 2010. Factor-Factor Yang Mempengaruhi Munculnya Golput. (Skripsi)
Fakultas ilmu social dan politik,universitas Sumatra utara medan, halaman 21.
18 Mahendra, yusril ihza.dinamika tata Negara Indonesia.jakarta.gema insani
press.hal 204-205. 19 slamet. 2005. Hubungan Antara Religiusitas Dan Persepsi
Terhadap Partai Islam Dengan Sikap Memilih Partai Islam. (tesis) sekolah
pascasarjana, universitas gajahmada Yogyakarta, hal: 18. 20 Undang-undang RI
nomor 2 pasal 1 tahun 2011 tentang partai politik ini bahwa sekitar 59,1%
responden menyatakan bahwa partai telah siap menghadapi pemilu 2014, Sedangkan
yang menyatakan belum siap adalah 33,9%, 7,0% menyatakan tidak tahu. Sedangkan
dalam polling yang dilakukan oleh lembaga yang sama terkait keyakinan
masyarakat terhadap kondisi partai politik untuk menghasilkan pemimpin yang
lebih baik menunjukkan bahwa 46,2% responden merasa yakin, 48,0% responden
menyatakan belum yakin, sedangkan yang tidak tahu sebanyak 5,8%.21 Hal ini
menunjukkan bahwa peranan psikologi sangatlah vital dalam sebuah partai dalam
pemilu.
Dari pemaparan diatas
peneliti menemukan adanya kesenjangan psikologis yang terjadi pada Mahasiswa
Psikologi UIN Malang khususnya dalam perayaan pemilu yang diselenggarakan.
Kesenjangan tersebut Nampak pada harapan pemerintah melalui peraturan-peraturannya
untuk mengadakan pemilihan umum berazaskan demokrasi, tercoreng dengan adanya
mahasiswa yang lebih memilih untuk tidak menggunakan Hak pilihnya atau
berperilaku golput. Sehingga hal ini akan cenderung mereduksi arti sebenarnya
dari Pemilu yang dilaksanakan. Dari kesenjangan tersebut, peneliti menengarai
bahwa perilaku golput yang ada pada mahasiswa psikologi uin malang dipengaruhi
oleh 4 hal, diantaranya; pertama, apatisme politik seperti; ketidakpercayaan
terhadap pemerintah, kedua, sinisme politik seperti; perlawanan atau protes
terhadap system, ketiga, alienasi seperti keterasingan dari pentas politik, dan
keempat, anomi seperti kehilangan orientasi hidup karena politik. 4 aspek
tersebut merupakan bagian terpenting dalam kajian perilaku golput atau non
voting behavior. 21 Lihat Koran kompas (departemen litbang) 5 mei 2013 halaman
2 Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang valid dan reliable serta untuk
menguji asumsi peneliti, maka perlu diadakan penelitian psikologi mengenai
perilaku golput yang ada pada mahasiswa psikologi uin malang. Dari fenomena
inilah peneliti berusaha mencari penyebab terjadinya dan bagaimana kecendrungan
golput yang ada pada mahasiswa psikologi UIN Malang dengan mengacu pada partai
politik peserta pemilu menjelang Pemilihan Umum 2014. Berdasarkan Surat
Keputusan (SK) tanggal 25 maret 2013 yang dikeluarkan Oleh Komisi Pemilihan
Umum Nomor 166/kpts/KPU/tahun 2013 Penetapan Nomor Urut partai politik Pemilu
tahun 2014 yang diantaranya : 1. Partai Nasional Demokrat (Nasdem), 2. Partai
Kebangkitan Bangsa(PKB), 3. Partai Keadilan Sejahtera (PKS), 4. Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), 5. Partai Golongan Karya (Golkar), 6.
Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), 7. Partai Demokrat, 8. Partai Amanat
nasional (PAN), 9. Partai Persatuan Pembangunan (PPP), 10. Partai hati Nurani
Rakyat (HANURA), 11. Partai Bulan Bintang (PBB), dan 12. Partai Keadilan dan
Persatuan Indonesia (PKPI).22 Dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk
mencoba melihat, mengetahui serta menguji tingkat kecendrungan perilku golput
yang terjadi secara lebih mendalam terhadap problematika perilaku golput yang
ada di perjalanan demokrasi di Indonesia ini. Oleh karena itu, kaitannya dengan
syarat mendapatkan predikat Sarjana (S1) penulis ingin mengangkat judul
“Perilaku Golput Terhadap Partai Politik Peserta Pemilu 2014 (Studi Pada
Mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang)” 22 www.kpu.go.id
B.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang
diatas, peneliti mencoba merumuskan permasalahan yang diantaranya : 1.
Bagaimana kecendrungan perilaku golput yang terjadi pada Mahasiswa Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang terhadap Partai
Politik Peserta Pemilu dalam Pemilihan Umum 2014? 2. Faktor – faktor apa saja
yang menyebabkan Kecendrungan Perilaku Golput Mahasiswa Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang terhadap Partai
Politik Peserta Pemilu dalam Pemilihan Umum 2014?
C.
TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah
diatas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kecendrungan
perilaku golput pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri
(UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang terhadap partai politik peserta pemilu dalam
Pemilihan Umum 2014. 2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang menyebabkan
kecendrungan perilaku golput mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang terhadap partai politik peserta
pemilu dalam Pemilihan Umum 2014.
D.
MANFAAT
Penelitian ini di samping memiliki tujuan-tujuan tertentu, juga
mencakup dua manfaat utama, yaitu manfaat teoritis dan praktis:
1.
Manfaat
teoritis: secara umum penilitian ini memberikan pengetahuan baru, serta
melakukan pengujian dan pengembangan konsep dan teori ilmu pengetahuan
psikologi dan politik. Sejalan dengan visi, misi dan tujuan luhur Universitas
Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang yang memiliki semangat
integrasi ilmu pengetahuan umum, maka diharapkan penelitian ini memberikan
sumbangsih terhadap perkembangan keilmuan, khususnya Psikologi
. 2. Manfaat praktis: secara khusus
penelitian ini memberikan kontribusi praktis, terutama perkembangan psikologi
politik yang ada di indonesia Manfaat ini tertuju kepada: a. Peneliti: peneliti
dapat menggunakan hasil penelitian untuk mengembangkan kajian-kajian keilmuan
psikologi politik lainnya, khususnya dalam konteks perilaku golput. b.
Mahasiswa : dapat menjadi bahan referensi perilaku dalam menentukan arah
pilihannya yang lebih baik terhadap peserta partai dalam pilpres 2014. c. Pihak
terkait : dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber motivasi dalam
menjalankan kinerja instansi agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam
menjalankan pemilu yang jujur, adil dan bertanggung jawab.
Untuk Mendownload Skripsi "Skripsi Psikologi" :Perilaku golput terhadap partai politik peserta pemilu 2014: Studi pada mahasiswa Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang" Untuk Mendownload skripsi ini silakan klik link dibawah ini
DOWNLOAD
No comments:
Post a Comment